Share

Jadi begini?

Pov. Author

Acara pernikahan telah usai, Max berjalan keluar dari lobbi hotel diikuti beberapa Bodyguard dan Rubbi yang sedang kesusahan menarik gaun pengantinnya yang menjuntai sepanjang dua meter dengan berat 25kg tanpa bantuan siapapun. Bisa kalian bayangkan.

Sedang kan Max berjalan sambil menghubungi seseorang, disebelahnya ada Jay yang terlihat gagah mengenakan jas mahalnya.

"Siapkan pesawat, aku harus pulang sekarang juga." Ujar nya sebelum mematikan sambungan secara sepihak.

"Hai bisa kah kalian berjalan dengan pelan, baju ini sangat basar dan berat tahu!" Seru Rubbi sambil mengangkat gaunnya tinggi.

Max menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap wanita yang sekarang telah sah menjadi istrinya itu dengan wajah datar. Dia melihat jika Rubbi memang benar-benar kesulitan berjalan.

"Bantu dia, kita harus lebih cepat." Ujar Max memerintah salah seorang bodyguardnya.

Mereka pergi meninggalkan hottel mewah itu dengan pengawalan penuh, melintasi jalan ibukota seperti pejabat negara. Sampai tibalah mereka di bandara internasional soekarno hatta. Melalui pintu masuk tamu vvip mereka diantar ke jet pribadi milik Max yang terlihat sangat mewah.

Dengan ragu Rubbi melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang akan membawanya masuk kedalam jett pribadi itu.

"Kau! Bisa cepat sedikit?" Seru Max yang melihat Rubbi berjalan sangat lama.

Rubbi hanya mendengus lalu melangkahkan kakinya penuh percaya diri dengan di bantu bodyguad di belakangnya. Rubbi berjalan sambil melihat isi dari jett pribadi milik Max itu dengan tatapan terpukau. Didalam sana ada meja dan sofa, smart tv dan sebuah tempat tidur, tidak lupa kabin yang adalah kamar mandi. Apa ini rumah? Gumam gadis itu.

"Gantila baju mu, aku sangat muak melihatnya." Max sudah berdiri di belakangnya.  Pria itu mendorong Rubbi sampai terhuyung masuk menuju tempat tidur lalu menutup ruangan itu denga tirai hitam.

"Apa-apaan dia itu, seenaknya sekali memerintahku." Ucapnya sinis.

Rubbi menata sepasang pakaian dan sepasang pakaian dalam yang sudah di siapkan untuknya. Dengan usaha yang cukup keras akhirnya dia berhasil membuka gaun besar itu.

"Huuff ahirnya bisa kebuka juga, lega sekali." Ujarnya sebelum memakai baju yang sudah di siapkan Max untuknya.

Rubbi menatap tempat tidur di depannya lalu ia memilih merebahkan diri sejenak karena lelah, sementara Max beberapa kali menatap ke tirai hitam yang masih belum juga terbuka. Dengan langkah malas Max berjalan dan membuka sedikit tirai itu, ia takut mendapat pemandangan yang merusak matanya.

Max mendengus saat melihat Rubbi sudah tertidur diatas tempat tidurnya dengan berlapis pakaian dalam tanpa sehelai bajupun.

"Apa yang terjadi, Tuan?" Tanya Jay saat Max sudah kembali duduk di sofa.

"Tidak ada, Jay apa kau..."

"Tidak di sini Max, terlalu banyak telinga." Jay berbisik pada Max.

"Baiklah." Balas Max

Pesawat telah mendarat dua jam lalu sekarang mereka berada di dalam mobil yang membawa mereka menuju rumah pribadinya. Tak lama mereka memasuki pekarangan rumah yang sangat besar, ada beberapa bangunan di dalamnya namun mobil itu belum juga berhenti. Sampai dimana mereka sampai pada bangunan yang berbentuk segitiga yang dilapisi kaca transparan didalam nya terlihat perabotan rumah yang sangat lengkap. Ada pentry, kamar dibagian atas dan ruang menonton tv.

"Sampai kapan kau mau disitu cepat masuk!" Seru Max yang mengejutkan Rubbi.

"Tidak usah bicara dengan ku," Ucap Rubbi saat melewati Max. "Dimana koper pakaian ku?" Tanya Rubbi saat sudah berda didalam.

Max menatapnya seperti meneliti jengkal demi jengkal tubuh dan wajah Rubbi. Itu jelas membuat Rubbi risih.

"Apa yang kamu..."

Ucapan Rubbi terpotong saat seorang pelayan masuk membawa sebuah baju.

"Ini baju yang anda pesan, Tuan." Ujar pelayan itu.

"Berikan padanya." Ucap Max memberi kode lewat matanya mengarah pada Rubbi.

Mata Rubbi sukses membola, bagai mana tidak baju yang di maksud Max itu adalah baju seorang neni pelayan di jalan penjajahan belanda.

"Ohh tunggu-tunggu sebentar," Rubbi berusaha menetralkan rasa kaget nya, "apa maksudnya ini, Max?" Tanya nya.

"Oh ya, aku lupa memberitahukannya padamu, saat ini kau adalah istriku orang yang akan melakukan pekerjaan rumah tangga." Ucap Max sambil mengelus dagunya,  "itu berarti kau adalah pelayan, itu cukup sama dengan budaya dari negaramu kan." Jelas Max yang membuat Rubbi terkejut.

"Ha-ha-haaa apa kau sedikit gila? Itu jelas berbeda dan ibu rumah tangga itu bukan pelayan! Itu jelas berbeda!" Seru Rubbi.

"Sudahlah, pakai itu setiap hari kau di rumah ini." Ujar Max lalu melangkah pergi menaiki anak tangga yang menghubungkannya ke kamar utama.

Rubbi mengejarnya dengan sedikit berlari, namun sayang saat sudah dekat Max sudah menutup pintu kamar itu tepat di depan wajah Rubbi, lebih parahnya saat gadis itu ingin membukanya ternyata kamar itu sudah otomatis terkunci.

"Hah terkunci?" Ujarnya. "Max!! Buka pintunya aku ingin tidur juga!!" Seru Rubbi berteriak.

Ponsel disakunya bergetar, membuat Rubbi dengan cepat membuka pesan yang baru saja masuk.

'Kau tidur di kamar tamu, bukan di kamarku' Rubbi sukses dibuat terdiam saat membaca pesan singkat dari Max.

"SIALAN KAU MAX!!!"

Beberapa jam sudah Rubbi didalam kamar tamu, dia masih terdiam melihat keadaan kamar itu.

"Bagai mana bisa kamar yang seperti gudang ini di sebut kamar tamu?" Gumam nya saat melihat betapa berantakannya kamar yang di tunjuk menjadi kamarnya itu.

Dengan sedikit merasa jijik Rubbi mulai merapihkan kamar itu mulai dari tempat tidur yang berdebu, lantai yang berlumut dan ada kotoran tikus. Kukunya yang sudah di beri kutek harus kotor karena mengepel lantai. Rubbi baru bisa tidur saat waktu sudah menunjukan jam 2 pagi waktu LA.

"Ahhh akhirnya," gumam Rubbi sebelum menyelam kedalam mimpinya.

Max dikamarnya yang nyaman masih berkutat dengan laptop di depanya, pernikahanya yang mendadak membuat beberapa pekerjaan tertunda. Sampai dering ponselnya mengalihkan fokusnya, terlihat nama Jay di dalam nya.

"Ada apa Jay?" Tanya Max langsung.

"Emm baik aku akan pergi besok, kau bisa menyusul." Ujar Max lalu menutup panggilan.

Karena pesan dari asistennya itu membuat dia teringat denga Rubbi, dengan remot kontrol di sampingnya ia membuka tirai kamarnya yang memperlihatkan seluruh bagian dari rumahnya. sekarang ia bisa melihat pintu kamar Rubbi yang sudah tertutup.

Max mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan singkat pada Rubbi.

'Besok bersiap jam sepuluh kita akan kerumah keluarga ku'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status