Playing a game of vengeance is as hard as breaking a rock, especially when that game is equally as dangerous as something much more powerful; Love. Meet Luke, one of the few Trillionaire's in Europe. Luke Carrington, 25, carries an unimaginable amount of anger, hatred and pure resentment towards the Richardson family- the family responsible for the destruction and demise of family. He holds a deep grudge towards the Richardson family, believing they had orchestrated the murder of his parents. After narrowly escaping being murdered too, young Lucas flees to South Africa. Now an established man and one of the richest men in the world, Lucas returns to London and finds his way to the Richardson mansion to strike a deal with Judith Richardson after cunningly seizing all their wealth. Best believe that things are about to fall apart for the Richardson's, and our hero might just have some dangerous motives in mind.
View More"Tidak hanya kamu yang aku urus, Mas. Ada Sarah juga 'kan. Minta dia buatkan sarapan untukmu."
Hatiku mencelos melihat sikap Amina yang begitu acuh tak acuh padaku, suaranya memang lembut tapi dia seolah tidak mau menatapku. Aku merindukan dia yang dulu, tidak pernah sekalipun dia melalaikan kewajibannya sebagai istri meskipun tugas rumah pun banyak yang menanti untuk dikerjakan. Sebelumnya kami memang memiliki asisten rumah tangga namun karena keuangan yang tidak memadai Amina mengurus semuanya sendiri.Amina seperti ini semenjak Sarah ada di rumah, rasanya tidak memiliki pilihan lain karena Sarah adalah anak panti. Mau tidak mau aku harus membawanya pulang. Kupikir Amina akan menerima karena istriku itu berhati lembut dan penyayang. Amina memang menerima namun sikapnya berubah.Belum bisa jika memberikan rumah yang sebesar rumah ini, Sarah ingin dibelikan rumah yang sama. Dia mengatakan padaku jika harus adil. Ya, aku sadar itu. Namun kondisi keuanganku sangat sulit satu tahun ke belakang ini, bahkan banyak usahaku yang harus gulung tikar."Tapi Sarah tidak bisa memasak. Aku juga rindu masakanmu." Merengek mencoba meluluhkan Amina."Aku sibuk. Refal sudah menunggu untuk diantar ke sekolah."Amina pergi membawa serta anak kami yang baru berusia lima bulan. Dia selalu menunggu Refal sampai jam pulang sekolah. Sekarang karena aku tidak banyak kerjaan saja bisa ada di rumah. Memiliki istri dua tapi sama sekali tidak ada yang mengerti.Lebih baik mencari makanan di luar saja, Sarah juga jam seperti ini masih tidur. Dia selalu seperti itu, tidur paling awal bangun paling akhir. Dia mengatakan jika itu bawaan hamil. Padahal dulu Amina tidak seperti itu saat hamil."Yo, mau kemana?""Eh … Tante Atika." Tenggorokanku seperti tercekat saat melihat kakak dari mendiang ibuku itu datang tanpa memberi kabar seperti biasanya."Kenapa wajahmu kaget begitu? Mana Amina dan anak-anak?"Tanpa bisa dicegah Tante Atika masuk ke dalam rumah bersama dengan Sarah yang juga keluar dari kamar. Tante Atika terdiam dan memperhatikan Sarah.Rasanya aku ingin kabur saja. Hal ini memang dirahasiakan darinya karena aku belum siap. Tapi tanpa perencanaan apapun dia malah datang."Dia siapa, Yo?" Tante Atika menatapku tajam karena aku yang menunduk dan tidak berani menatap matanya."Aryo, Tante bicara padamu!" Suaranya meninggi."Tante, tolong jangan berisik. Aku ini istrinya Mas Aryo."Mata Tante Atika membelalak. "Is–tri? Kamu menikah lagi Aryo?""Wajar Mas Aryo menikah lagi, istrinya saja tidak enak dipandang, kurus kering, bau matahari, bau ompol da–""Cukup, Sarah!" Nafasku memburu, menatap tajam pada Sarah yang tidak bisa membaca situasi. Dia malah memperkeruh suasana.Sarah mencebik. "Kenapa? Itu yang kamu katakan padaku saat kamu memintaku jadi istri keduamu."Aku menjambak rambut frustasi, kenapa Sarah sama sekali tidak bisa diajak kompromi."Dimana hati kamu, Aryo? Kamu mencari kesenangan pada wanita lain hanya karena istrimu itu tidak menarik lagi?" Tante Atika mengepalkan tangannya dengan tatapan tajam yang seolah menghunus jantungku."Amina seperti itu karena dirimu juga. Dia mengurusmu, anak-anak bahkan adikmu. Amina tidak ada waktu untuk merawat dirinya sendiri. Badannya kurus karena dia lelah, makan saat ada waktu saja itupun seadanya karena dia tahu kondisi usahamu saat ini. Lebih dari sulitnya mengurus anak-anak, dia rela mengabdikan hidupnya mengurus adikmu. Dimana hati nuranimu, Aryo?" Suara Tante Atika semakin meninggi namun bergetar, dia mengusap sudut matanya yang basah."Maaf, Tante. Ak–""Mas …."Tidak ingin Sarah membuat semuanya semakin buruk, kuseret ke dalam kamar dan menguncinya dari luar."Jangan pernah berpikir Amina mengadu pada Tante, Tante tahu semua ini karena Refal yang biasa cerita, anak kamu sendiri. Kamu mencari Istri baru, belum tentu dia seperti Amina. Apa dia mau mengurus Asti yang sering mengamuk tanpa sebab? Apa dia mau mengurus Asti yang masih seperti anak kecil? Untuk makan pun harus disuapi dan dimandikan bahkan saat buang air pun harus dibersihkan. Apa dia mau melakukan itu? Hati Amina begitu mulia, dia menyayangi Asti padahal Asti hanya adik iparnya, tidak ada hubungan darah antara mereka tapi Amina tulus menyayangi dan merawat Asti."Hatiku berdenyut nyeri. Merasa tertampar dengan apa yang dikatakan Tante Atika. Kenapa diriku ini begitu bod*h sampai tidak memikirkan hal itu. Amina tanpa pernah mengeluh rela mengurus adikku yang memiliki kebutuhan khusus, bahkan dia menolak saat aku akan mempekerjakan orang untuk menjaga Asti."Aku masih mampu, Mas. Kita tidak tahu orang seperti apa, aku tidak ingin mengambil resiko jika nanti Asti malah diperlakukan tidak baik. Asisten rumah tangga saja sudah cukup."Itu yang selalu diucapkan oleh Amina. Saat itu kondisi keuanganku masih stabil.Dadaku tiba-tiba sesak dan bergemuruh. Kenapa aku jahat sekali. Mata ini berkaca-kaca, tidak mampu lagi dibendung pipiku langsung basah."Sekarang kamu menyadari semua kebaikan Amina? Dia tidak pernah bicara soal kebaikannya sendiri meski sebenarnya dia bisa, istri barumu itu tidak ada bandingannya dengan Amina. Cantik saja tidak cukup, Aryo. Sampai kapanpun kalau kamu terus melihat fisik, memiliki istri dua saja akan kurang."Tante Atika kembali menyeka air matanya. "Sudahlah, tidak ada gunanya bicara pada orang yang tidak memiliki hati sepertimu. Kalau kamu tidak bisa membahagiakan Amina, setidaknya jangan membuatnya terluka. Lepaskan dia! Di luar sana banyak laki-laki yang bisa memperlakukan Amina lebih baik daripada dirimu!"Aku menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak akan pernah melepaskan Amina sampai kapanpun. Aku mencintainya, Tante.""Cinta? Cinta kamu bilang. Kamu mencintai Amina tapi kamu juga menyiksanya. Kamu sadar dengan ucapan kamu itu? Jangan tahan dia jika kamu hanya ingin menjadikannya pembantu gratis di sini."Bersambung ….9 YEARS AGO. . ."Why are we running, mommy?"Lily asks, tired.Jack has a frown on his face as he waits for his mother to tell yet another lie."We're not running away, sweetie. We're just moving to somewhere much safer""Safer? Mom! We didn't do anything! Why do you and dad keep making us run from place to place? Dad's innocent so shouldn't have to run or hide!" Jack yells, tired of moving endlessly."We don't have another option, son. Please, no arguments, we need to get going and meet up with your father!"Jack gives up, but he's not satisfied. Anna was young, so she didn't quite understand what was going on or why they had to run continuously. But as for him, he knew what was going on, at-least, to an extent.Almost a two hour trip, Ava Hugh-Gray and her two children reach their destination. As so
Bloody hell! I wanted to give her a befitting reply, but I couldn't. I needed to get an explanation from Luke first. I open the study, hoping to find him there, but he's nowhere to be found. I walk back and forth, trying to dial his number again. This time, there's no service on my phone, and out of frustration, I smash the phone on the floor. Realizing I must've scared my poor child, I caress my stomach as I move to pick the phone up. Suddenly, my mind goes back to the day I almost fainted here, in the study. I touch the spot where the phone fell, and I remember that I'd felt something there that day. There was something under the rug, under the floor. I move the rug out of the way, and like I assumed, there was indeed, something under the rug. A hidden compartment. I open it up and there's a box inside. I open the box and begin to go through it's content. Pictures of a family. Pictures of a young girl, probably around age 5 or 6. There's a few white papers inside and I op
The time Lucas gave me to leave the manor was almost up, but I had one last trick up my sleeve. Wearing my lingerie and night robe, I adjust my ring. I wanted to make Luke remember our bond—what we shared, physically, emotionally and sexually. This was the only way I knew how to. I leave my bedroom, with aunt Ruth and Lydia rooting for me.I enter Luke's room. It was my second time being in his bedroom. I'd never gone there before, because we mainly made use of my bedroom and the study. I was always curious about his room, but never thought to satiate my curiosity.The room is too dark. I can still see, but it is extremely dark. His room is huge, way bigger than mine. The room is almost empty, except for the bed, a few paintings I recognize as Van Gogh's. There stood a tall library by the far corner of the room. I move there. I don't have the time to carry out an inspection, I just needed to find Luke. I take out my p
He finally steps down from the stairs and we are face to face. I look away, closing my eyes as soon as I see his red watery eyes. Next thing, I'm being dragged by him up the stairs. I don't utter a word. He flings me into what I suppose is his room rather violently. I want to scream at him, and remind him that I'm carrying his child in my womb, but I ignore. "I can explain." is the first thing I'm able to say.He begins to shake, as he points his finger at me. "How many times did it happen?" I try moving closer to him, but he barks at me, almost making me tremble. "If you woul—he interposes, "Shut up!" He continues, "You are so loose, Natalie. You. . . are. . .no less than a prostitute." He says, leaving me stunned and heartbroken."Lu. . . Lucas." I whisper, unable to control the tears rolling down my eyes. I gasp as he begins to throw things around. "I know it was wrong, I know I should've told you the very first time I saw him
Nice meeting you again, Mr. Carrington. We met at the Richardson soiree? I'm the Senator's daughter in law." Lydia says, and I'm beyond shocked."Daughter in law?" I repeat."It's a pleasure. Please, do make yourself comfortable here- I know you're my wife's close friend."She nods, "Yes, Natalie. It was documents alone. I just had to sign some papers there was no wedding.""But still, you should have told me, Lydia, I mean I would've come over to you.""Excuse me, Ladies." Luke says before he leaves.I hurriedly drag Lydia to the sofa, so we can sit and discuss. "You have to make sure David doesn't come here." Is the first thing I can say. I couldn't risk having David or the senator around, especially when Rocky was still present in the house.Lydia nods, "I know- I came alone, and I come in peace. I just needed a getaway, Natalie.
It's almost seven in the evening and aunt and I had gone into the manor. I am on my way to the room to check on Luke because he wasn't in his study. I'm in the room and I scan the room but I don't see him around until I hear the shower running. I bite my lips in excitement as I remember my plans for Luke and I earlier this evening. I take off my shoes and tiptoe into the bathroom smiling. My smile disappears in no time as soon as I notice something odd. There was someone else in the shower with Luke. A woman. I slide the door open."Luke." I state, disgusted at the sight before me. He turns, alert. I can see the confusion on his face. I caress my temples in annoyance as I walk out. I quickly wear my shoes and I can hear Luke shouting at his companion as he rushes behind me."Natalie, I swear! I thought it was you, my love, you have to believe me!" He says, holding my arm. I jerk it off as I turn around. I scoff as I see Laurel wa
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments