Di sebuah ruangan dengan cahaya yang remang-remang, terlihat ada satu sosok manusia yang duduk di atas karpet.
“Satria” panggil seseorang dengan nada suara lembut sambil menghidupkan lampu yang ada di ruangan itu.
“Hm?” balas Satria dengan datar tanpa mengalihkan pandangannya dari arah bingkai foto yang ada di tangannya.
“Ayo turun, makan dulu” kata Bunda Satria sambil melangkahkan kakinya mendekati putranya.
“Satria gak laper bun” kata Satria dengan lirih.
“Ya udah kalau laper langsung turun aja ya?” kata bunda Satria sambil mengusap rambut satria dengan pelan. Saat mamanya ingin berjalan keluar dari kamarnya,
“Kapan mereka akan keluar dari rumah kita bun?” tanya Satria sambil memandang punggung bundanya dengan tatapan mata yang kosong.
“Sebentar lagi, kata tantemu dia sudah mendapatkan rumah untuk mereka tinggal” kata bundanya dengan senyum manisnya.
“Satria udah enek lihat wajah wanita itu” kata Satria dengan raut wajah mulai mengeras.
“Kamu gak boleh kayak gitu, bagaimana pun dia sepupumu” kata bunda Satria menasihati putranya.
“Kalau Satria menganggapnya sebagai sepupu” kata Satria dengan malas dan bangkit dari duduknya.
“Satria gak akan pernah lupa dengan perilakunya kepada Fely dulu, dia yang udah merenggut semua kebahagiaan Fely” kata Satria sambil berjalan melewati tubuh bundanya begitu saja.
“Dia hanya benalu yang menyusahkan” kata Satria dengan raut wajah marah.
‘Anak itu masih membencinya ternyata’ batin bunda Satria sambil menatap putranya dengan raut wajah datar. Jujur jika di tanya, apa dia masih membenci sosok Natasya? Dia juga akan menjawab bahwa dia juga tak menyukai sosok Natasya.
Di lain tempat.
Di salah satu ruangan yang ada di markas geng Arjun, lebih tepatnya ruangan pribadi milik Arka. Terlihat sosok Arka yang dengan serius menatap di layar laptop dan jadi yang sibuk mengetik di atas papan ketik. Saat sedang fokus dalam kegiatannya tiba-tiba pinti yang awalnya tertutup mulai terbuka dengan lebar.
“Woy! Serius amat bang” kata Irvan sambil duduk di pinggir kasur.
“...” tak ada respons dari Arka, dia masih sibuk dengan laptop di depannya.
“Suntuk nih gue, jalan-jalan yok” kata Rendy sambil duduk di samping Irvan.
“ke mana?” tanya Didi dengan penuh semangat.
“Biasa” kata Rendy dengan senyum misteriusnya.
“Lu gak usah bawa dampak negatif” kata Rangga dengan tatapan malasnya.
“Siapa yang bawa dampak negatif? Gue Cuma ngajak kalian seneng-seneng. Emang salah?” kata Rendy membela dirinya sendiri.
“Cara seneng lu yang salah” kata Rico dengan malas.
“Siapa bilang?” tanya Rendy dengan tatapan tak suka.
“Gue yang bilang” kata Rico dengan tenang.
“Lu semua bisa diem?” kata Arka dengan dingin.
“...” mendengar perkataan Arka semua orang yang ada di dalam ruangan itu sekejap diam seribu bahasa.
“Bagus” kata Arka dan kembali fokus ke laptopnya.
“Makin lama, makin nyeremin ya?” kata Rendy kepada Didi.
“Heeh, merinding gue lama-lama” balas Didi dengan raut wajah kaku.
“Kayaknya lu sibuk Ar, ngerjain apa emang?” tanya Rico mencairkan suasana.
“Tugas kampus” kata Arka dengan malas tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
“Oh, rajin amat lu” kata Irvan dengan raut wajah tak percaya.
“Tugas kampus apa? Ini masih liburkan kuliahnya?” tanya Didi dengan polosnya.
“Bocil diem” kata Rendy sambil membekap mulut Didi dengan tangannya.
“Gini gue kasih tau sama elu ya bocil. Si Arka di kampus sebagi ketua apa?” tanya Irvan dengan tatapan menuju ke arah Didi.
“Ketua Taekwondo” kata Didi dengan otak yang masih belum paham.
“Bentar lagi, ada junior baru di kampus. Arka lagi nyiapin berkas buat pendaftaran mereka yang mau gabung di Taekwondo” jelas Irvan dengan penuh kesabaran.
“Oh, paham-paham” kata Didi setelah paham maksud dari Irvan.
“Lemot lu keterlaluan” kata Rangga dengan tatapan malas.
Tak berselang lama ada seseorang masuk ke dalam ruangan itu.
“Wih! Baru dateng lu Sat?” kata Rendy saat melihat sosok Satria memasuki ruangan tersebut.
“Hm” balas Satria dengan datar.
Yah, semenjak meninggalnya sosok Fely, Satria memutuskan untuk bergabung dengan geng Arjun tanpa paksaan.
“Ada masalah lagi?” tanya Rangga dengan datar.
“Suntuk di rumah, lihat wajah mereka” kata Satria sambil duduk di samping Arka.
“Belum pindah?” tanya Arka tanpa mengalihkan pandangannya.
“Katanya sebentar lagi mau pindah” balas Satria sambil menutup matanya.
“Benalu” gumang Arka yang masih bisa di dengar oleh teman-temannya.
‘Semenjak kepergian dia, banyak orang yang mulai berubah secara perlahan’ batin rangga sambil menatap ke arah teman-temannya.
Beberapa hari kemudian, hari yang di tunggu-tunggu oleh Keyra sebentar lagi akan tiba. Saat ini dia sedang berkemas untuk keberangkatannya. Siang nanti dia akan berangkat dengan kereta menuju ke Jakarta. Sendari tadi hatinya berdebar tak karuan, seperti ada sesuatu yang akan menunggunya di sana.“Dek” panggil Dimas sambil masuk ke dalam kamar Keyra.“Apa?” tanya Keyra dengan malas. Sebab sendari tadi Dimas selalu menggodanya dan membuatnya kesal.“Cie yang mau ke Jakarta!” kata Dimas di dekat telinga Keyra dengan nada suara cukup keras.“Bang Dimas!” kata Keyra dengan kesal sambil mengusap telinganya yang terasa berdenging.“Gue budek tanggung jawab lu!” kata Keyra sambil menatap permusuhan ke arah Dimas.“Cie yang Otw budek” kata Dimas dengan tawa bahagia.‘Plak!’ satu pukulan dari Keyra yang mendarat tepat di atas kepala Dimas.“Sa
Hari yang di tunggu-tunggu oleh Keyra akhirnya tiba. Dengan semangat penuh Keyra bangun dari tidurnya. Keberangkatannya cukup membuat Dimas dan Bu Asri sedih.“Ibu Keyra pamit dulu” kata Keyra sambil mencium tangan ibu Asri.“Jaga diri di sana” kata bu Asri sambil mengelus rambut Keyra sayang.“Ibu juga jaga diri, jangan paksa tubuh kalau udah capek” kata Keyra dengan nada memperingati.“Iya, kamu tenang saja” kata ibu Asri dengan raut wajah lesu.“Kalau udah sampai jangan lupa beri kabar sama ibu!” kata ibu Asri dengan nada cukup keras.“Iya” balas Keyra dengan senyum manisnya.“Assalamualaikum” kata Keyra dengan senyum bahagia.“Wa’alaikumussalam” kata ibu Asri dengan nada suara cukup sedih.Keyra mulai menaiki mobil hasil pinjam yang di kendarai oleh Dimas. Saat Keyra baru saja duduk di kursi samping Dimas, sudah di s
Saat ini Keyra sudah duduk nyaman di salah satu kursi yang ada di dalam kereta. Setelah menyimpan barang-barangnya keyra mulai menyibukkan diri dengan buku yang ada di hadapannya.Kereta mulai melaju dengan sedang setelah utu berganti dengan kecepatan laju. Tapi itu tak menganggu konsentrasi Keyra dalam membaca buku miliknya.Kereta akhirnya berhenti di tempat tujuan Keyra. Walau memakan waktu cukup banyak yaitu 8 jam lebih. Dengan badan yang sedikit pegal Keyra mulai bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari gerbong. Dengan langkah pelang Keyra berjalan menyusuri stasiun kereta dengan senyum menawan.'Setelah setahun lebih gak nyangka gue bakal balik ke sini dengan tubuh asli gue' batin Keyra saat sudah keluar dari stasiun. Dengan langkah tenang Keyra mulai mencari kendaraan yang bisa membawanya ke tempat tujuan yaitu universitas yang nantinya menjadi tempat dia menuntut ilmu. Untuk tempat tinggal, Keyra tinggal di asrama yang sudah di sediakan oleh pihak
Setelah membereskan barang-barangnya di kamar asrama. Keyra mulai berjalan keluar dengan tujuan untuk mencari makan dan kerja."Ayo semangat!" kata Keyra dengan nada suara semangat."Pertama cari kerja, kedua pertahanin nilai kalau bisa tingkatin nilainya ketiga lulus dari universitas dan menjadi sarjana" kata Keyra dengan senyum semangat."Gue pasti bisa, cukup gak buat masalah dan menjadi tranparan" kata Keyra dengan mata berbinar. Tanpa dia sadari ada sesuatu hal besar yang menantinya di depan mata.Setelah beberapa menit dia berjalan menyusuri trotoar. Akhirnya dia sampai di warung makan yang ada di pinggir jalan."Bu pesen nasi pecel sama air putih" kata Keyra dengan senyum manisnya."Tunggu sebentar" kata sang penjual dan mulai membuat pesanan milik Keyra.Setelah menunggu cukup lama akhirnya pesanannya datang. Dengan lahap Keyra memakan makanannya tanpa memperdulikan sekitatnya.Tak butuh waktu yang lama akhirnya makanan
"Buruan bangun, betah amat di sana mas" kata Keyra sambil menyodorkan tangannya."Lu yang gak mau bantuin gue" kata Viki sambil menerima uluran dari Keyra."Lu yang gak tau diri, bangun sendiri kek. Lemah amat jadi cowok" kata Keyra dengan nada tak suka."Ini pertama kalinya gue ketemu sama elu kan? Tapi kenapa elu nyolot banget sama gue" kata Viki dengan nada tak suka."Karena elu nyusahin" kata Keyra dan mulai berjalan ke arah teras rumah orang sambil membopong tubuh berat Viki."Gue juga gak mau nyusahin" kata Viki dengan malas.Dengan perlahan Keyra meletakkan Viki di lantai teras."Kenapa bisa jatuh?" tanya Keyra dengan datar sambil menatap ke arah Viki dengan malas."Mana gue tau, nasib mungkin" kata Viki dengan acuh."Buka jaket lu" kata Keyra dengan datar sambil mengambil tissue basah dari kantong bajunya.Dengan perlahan Viki membuka jaketnya. Keyra yang melihat itu dengan enggan membantu Viki. Setelah ja
Pagi harinya Keyra sudah bersiap dengan pakaian milliknya. Saat ini jam menunjukan pukul 9 pagi dan kegiatan belajar mengajar masih belum di mulai. Dia masih mempunyai waktu satu hari sebelum kegiatan belajar mengajar."Ayo semangat cari uang" kata Keyra dengan nada semangat dan berjalan keluar kamar.Dengan langkah semangat Keyra berjalan ke arah pintu keluar asrama."Bahagianya diriku, akhirnya dapet kerja di Jakarta" kata Keyra dengan senyum bahagia dan kaki yang masih berjalan dengan langkah lebar.Beberapa menit kemudian langkahnya terhenti di halte dekat asrama. Dengan tenang Keyra duduk di kursi dan menunggu kendaraan umum datang. Tak berselang lama bus yang Keyra tunggu datang dan berhenti di depan halte. Dengan langkah sedikit terburu, Keyra berjalan memasuki bus. Saat Keyra memasuki bus ternyata sudah tak ada tempat yang tersisa untuknya. Dengan pasrah Keyra berdiri di dalam bus hingga sampai di tujuan.Beberapa menit telah berlalu
"Gue emang gak bisa mindahin cafe ini ke pusat kota tapi gue bisa mindahin lu dari alam dunia ke alam akhirat" kata Keyra dengan kesal."Emang lu bisa?" tanya Bara dengan senyum remeh."Mau gue buktiin?" kata Keyra sambil menatap kesal ke arah Bara."Udah elah, malah berantem" kata Viki dengan nada suara malas."Dia yang mulai duluan" kata Keyra dengan kesal dan mengalihkan pandangannya dari Bara."Gue gak butuh karyawan yang baperan" kata Bara dengan datar dan berjalan meninggalkan Viki dan Keyra dengan raut wajah cengoh."Lah ngambek kek perawan" kata Keyra dengan nada suara cukup keras dan berhasil membuat Bara menghentikan langkahnya."Bilang apa lu tadi?" kata Bara dengan raut wajah datar."Ngambekan kek perawan kurang asupan" kata Keyra dengan tenang dan menatap ke arah Bara dengan tatapan menantang.Bara yang di tatap seperti itu hanya berdiam diri di tempat sambil menatap ke arah Keyra dengan sorot mata yang suli
Keyra melakukan pekerjaannya dengan senyum senang dan bahagia. Di dalam kesibukannya tiba-tiba dering ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.“Bang Dimas?” gumang Keyra saat melihat nama sang penelefon. Setelah itu dengan gerakan tenang Keyra mengangkat panggilan tadi.‘Halo dek’ kata Dimas dengan nada judes.“Iya, ada apa bang?” tanya Keyra dengan polosnya.‘Ada apa lu bilang? Bagus ya, baru juga sehari di sana udah lupa sama yang di rumah!’ kata Dimas dengan kesal.“Hehe, maap atuh bang, nama juga lupa” kata Keyra dengan sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.‘Mana ada lupa sampek satu hari hah?!’ kata Dimas dengan nada tak santai.“Gini loh bang, dari kemarin Keyra sibuk beres-beres sama cari kerja. Sampai lupa ngabarin” kata Keyra mencoba menjelaskan kepada Dimas.‘Nyusahin gue lu. Lu tau gak, dari kemarin ibu neror gue b