Keyra berjalan ke arah meja Cafe dengan tangan membawa nampan pesanan teman-teman Bara. Dengan gerakan tenang Keyra meletakkan nampan di meja mereka.
“Wih! Makasih neng Keyra” kata Fito dengan senyum mengembang dan satu mata yang di kedipkan.
“Kelilipan miskin mata lu?” tanya Keyra dengan raut wajah tak berminat.
“Bwahahaha, bener kata lu Key. Kelilipan miskin tuh orang” kata Viki dari arah belakang Keyra.
“Nancep banget omongannya” kata Fito sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah sedih.
“Syut! Berhenti berbual, saya sudah muak mendengarnya” kata Viki dengan raut wajah sedikit alay.
“Lu berdua kayaknya udah di takdirkan buat bersatu” kata David dengan raut wajah tak berminat.
“Lu kira kita berdua jodoh?” ucap Fito dengan raut wajah sewot saat mendengar ucapan David barusan.
“Bisa jadi” balas David dengan santai.
Menden
Hari semakin larut dan setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Bima sudah sampai di titik lokasi yang di kirim oleh papanya. Saat ini Bima sedang berhenti di salah satu penginapan yang ada di sana, lebih tepatnya tempat yang sudah papanya sewa untuk mereka tinggali beberapa waktu ke depan.Bima memasuki rumah sederhana itu dengan langkah lebar. Saat memasuki rumah, pemandangan pertama yang dia tangkap adalah kesederhanaan rumah ini.“Sudah sampai kamu Bima? Papa kira baru besok kamu sampai. Kapan sampainya?” ucap papa Bima sambil keluar dari salah satu pintu bilik rumah.“Baru saja sampai pah. Papa sudah ke lokasinya?” tanya Bima dengan raut wajah bertanya.“Papa berniat besok baru ke sana. Jangan terlalu gegabah Bima, semua pergerakan kita jangan buat awak media curiga atau saingan perusahaan kita tahu. Lagi pula tak baik jika bertamu di rumah orang di malam hari” kata papanya memperingati sang putra.
Pagi harinya Bima dan Papanya sudah bersiap-siap untuk menuju ke rumah yang mereka maksud kemarin. Mereka ke sana dengan menaiki mobil papa Bima. Bima duduk di kursi pengemudi sedangkan papanya duduk di sampingnya.20 menit kemudian mereka akhirnya sampai di rumah yang mereka maksud.“Ini benar rumahnya pah?” tanya Bima dengan nada suara heran sambil menatap ke arah rumah kecil yang tak jauh di depannya.“Hm, ayo turun” kata papa Bima dengan raut wajah serius dan mulai berjalan keluar dari mobil dengan langkah tenang.Bima yang melihat itu dengan gerakan tenang menyusul langkah sang papa.Papa Bima sudah berada di depan pintu kayu di depannya. Saat akan mengetuk pintu rumah, gerakannya terhenti di depan pintu0 saat mendengar teriakkan seseorang dari dalam rumah.“Ampun buk, Dimas khilaf!”Papa Bima yang mendengar suara teriakan tadi, mulai menatap bingung dan heran ke arah pintu setelah itu berpinda
Saat ini Keyra sedang di kelasnya dengan tangan yang masih sibuk menyimpan semua barang-barangnya ke dalam tas.Tadi pagi dia sudah bertemu dengan Ami dan membicarakan perihal laptopnya yang rusak. Ami yang mendengar itu hanya tersenyum maklum, mungkin dia sudah tahu. Ami tak mempermasalahkannya, dia bilang ‘gak apa-apa itu juga laptop yang udah gak di guna ‘in niatnya mau gue kasih ke elu tapi ya udah’ katanya dengan senyum ramah.Keyra yang mendengar perkataan Ami waktu itu sedikit merasa haru di hatinya. Baru kali ini dia bertemu dengan sosok orang seperti Ami. Seseorang yang pengertian dan tak mempermasalahkan sesuatu dengan serius.Setelah semuanya di masukkan ke dalam tas Keyra mulai berjalan ke luar kelas. Hari ini hanya ada satu SKS, sebenarnya masih ada satu lagi tapi karena sang dosen tak hadir jadi para mahasiswa/i hanya di berikan tugas.Keyra berjalan ke arah gedung Asrama dengan langkah pelan, sesekali dia juga akan menatap
Plak!Suara tamparan yang menggema di ruangan kecil itu. Satu tamparan yang berhasil mengenai pipi Keyra. Tamparan yang di berikan Amerta tadi cukup keras buktinya bisa membuat sudut bibir Keyra sobek.“Jangan bentak gue!” kata Amerta sambil menatap marah ke arah Keyra.“Dasar cewek bego” ucap Keyra dengan nada suara pelan dan sorot mata sinis.“Diem lu!” kata Amerta dengan raut wajah marah dan tangan yang sudah menjambak rambut Keyra dengan kasar. Jambakan itu cukup kuat hingga membuat kepala Keyra mendongak ke atas.“Gue udah inget ‘in elu kemarin-kemarin, jauh ‘in Arka dan teman-temannya tapi lu terlalu keran kepala” kata Amerta sambil mengencangkan cengkeramannya di rambut Keyra.Keyra yang di perlakukan seperti itu hanya meringis menahan sakit, kepalannya terasa ingin lepas dari tempatnya.Plak!Satu tamparan lagi yang berhasil mendarat di pipi Keyra.&ldqu
Tanpa memedulikan ucapan Amerta barusan dengan kasar Sia membawa Amerta keluar. Sedangkan Dika sedang membantu Keyra berdiri dan melepaskan ikatan yang mengikat tubuhnya dengan erat.“Gue minta maaf atas nama sepupu gue” kata Dika sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah sedikit bersalah.“Hm” balas Keyra tanpa minat setelah tubuhnya terlepas dari lilitan tali.“Ayo gue anter berobat” kata Dika dengan raut wajah sedikit melunak saat melihat luka di tubuh Keyra.“Gak usah makasih,” balas Keyra dengan raut wajah datar dan bangkit dari duduknya.“Lu urus sepupu lu, biar gak buat masalah yang lain” kata Keyra dan berjalan meninggalkan Dika yang masih mematung di tempatnya.“Cewek aneh” gumang Dika sambil menatap ke arah punggung Keyra yang semakin menjauh. Setelah itu dia mulai melangkahkan kakinya menyusul langkah Sia dan Amerta.Di lain sisi.Dengan men
Di dalam ruangan sudah ada Bara yang sibuk dengan dokumen Cafe serta satu sosok perempuan yang menatap ke arah mereka dengan raut wajah tak suka.“Dia kenapa?” tanya Bara saat melihat Keyra di dalam gendongan Viki.“Habis di culik katanya” kata Viki sambil membawa tubuh Keyra ke kursi panjang yang ada di sana. Di kursi itu ternyata sudah ada Natasya dengan tatapan sinis yang tertuju ke Keyra.“Minggir lu” usir Viki sambil mendorong tubuh Natasya untuk menyingkir. Setelah itu dengan hati-hati meletakkan tubuh Keyra di atas bangku.“Lu ambil air bersih sama Es batu sana” kata Bara sambil membawa kotak P3K.“Hm” balas Viki sambil menganggukkan kepala dan berjalan keluar ruang kerjanya.“Cih! Pura-pura itu pasti” kata Natasya dengan nada suara tak suka dan sinis.“Kalau gak bisa diem lebih baik lu keluar dari sini” kata Bara dengan nada suara datar.
Di dalam ruang kerja Bara terlihat ada beberapa orang yang sedang beradu argumen. Bara yang memaksa Keyra untuk pulang bersama dengannya ke rumahnya sedangkan Keyra yang terus saja menolak. Sedangkan Viki yang membantu Bara untuk membujuk Keyra malah terpancing emosi sendiri.“Jangan batu lu Key, kondisi kayak gitu sok-sok ‘an mau tinggal sendiri di asrama” kata Viki dengan nada suara kesal.“Heh! Gue masih sehat walafiat belum ada tanda-tanda mau sekarat. Gak usah lebay lu, gue masih bisa kok jaga diri gue sendiri. Gue juga gak enak ngerepotin terus” kata Keyra yang masih keras kepala.“Bagus kalau sadar diri” kata Natasya dengan raut wajah tak suka dan nada suara sinis.Bara yang mendengar perkataan Natasya barusan mulai menatap tajam dan sinis ke arah Natasya.“Kalau gak bisa nyaring kata mending lu diem, jangan memperkeruh suasana” ujar Viki dengan raut wajah datar dan sorot mata yang tajam.
Di dalam mobil, Satria dan Keyra hanya diam membisu. Entah apa yang ada di pikiran mereka, yang pasti tak ada yang ingin memulai pembicaraan.Keyra sendari tadi hanya memandang ke luar jendela, dia sudah mengembuskan nafas lelah beberapa kali.“Kenapa bisa kayak gini?” tanya Satria memecahkan dinding penghalang di antara mereka.“Biasa” balas Keyra dengan malas.Mendengar jawaban Keyra yang seperti itu menambah rasa kesal pada hati Satria.“Bang Sat” panggil Keyra dengan nada suara lirih dan menatap ke arah Satria dengan raut wajah sayup.“Bentar Key, dari kemarin gue ngerasa ada yang ganjal tapi gue gak tau itu apa dan sekarang gue tahu,” ucap Satria dengan raut wajah serius dan menatap ke arah Keyra dengan datar. Keyra yang di tatapan seperti itu hanya mengerutkan dahinya sebagai balasan.“Lu tadi panggil gue apa?” tanya Satria dengan nada suara datar.“Bang Sa