Home / Rumah Tangga / ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI / bab 3. Kuviralkan Kamu, Mas!

Share

bab 3. Kuviralkan Kamu, Mas!

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-02-17 09:15:09

Aku berdiri dan menuju ke arah kardus yang tadi juga kubawa pulang bersama koper. Para tetangga kulihat berbinar saat aku mengeluarkan isinya.

"Bu, saya ada beberapa oleh-oleh kue dan aksesoris khas Taiwan. Jadi ini dibagi yang rata ya."

"Terima kasih mbak Nai. Semoga urusan mbak Nai dilancarkan Allah. Dan Larsono serta Titin mendapat hukuman yang layak," ujar ibu-ibu tetangga setelah aku membagi oleh-oleh pada mereka.

"Nai, kamu yang kuat ya, kalau butuh bantuan atau informasi apapun, kamu tanya saja sama saya."

Aku mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih saat Bu Joko dan para tetangga lainnya pamit pulang.

*

"Enak makanannya?" tanyaku mengelus rambut Danang. Aku baru saja memesan aneka makanan online. Ada kebab, hottang, corndog dan es lumut.

"Hm, enak banget, Buk."

Aku menatap Danang yang sedang asyik menikmati makanannya.

"Apa kamu juga sering makan seperti ini saat ibu tidak ada?" tanyaku lagi.

Danang seketika menggeleng. Matanya menatapku lama.

"Waktu itu nenek dan Tante Titin makan ayam goreng, tapi Danang hanya diberikan lauk kerupuk."

"Apa?" Ada sesuatu yang menoreh hatiku dalam.

"Iya Buk." Danang melanjutkan makannya.

"Apa bapak tidak tahu tentang hal itu?"

Danang menggeleng. "Bapak ada di warung. Dan Danang juga dibilangin sama Tante dan Nenek agar tidak ngadu sama ibu dan bapak."

"Astaga!" Aku menutup mulut. Jadi mungkin itu pula yang mengakibatkan Danang lebih pilih ikut aku daripada tantenya. Baguslah.

"Apa bapak, tante, dan nenek tidak akan pulang kemari?" tanya Danang polos.

Aku menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Mulai sekarang, Danang di rumah sama ibu saja ya?"

Danang terdiam. "Kenapa bapak tidak pulang ke rumah ini lagi?"

Aku mengelus kepalanya. Mencoba memilih kalimat yang pas untuk anak berumur tujuh tahun.

"Sekarang bapak punya keluarga baru, Sayang. Dan bapak tinggal dengan keluarga barunya itu."

"Apa keluarga baru bapak itu Tante Titin?"

Aku mengangguk, menahan air mata yang hendak jatuh dengan membayangkan pengkhianatan yang mereka lakukan di rumahku.

"Bukankah dari tante dan bapak tinggal di sini? Jadi bukankah sekarang juga mereka tetap bisa tinggal bersama kita?"

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi menatap mata polos Danang yang kebingungan.

"Hm, makannya sudah? Ayo ikut ibu ke rumah tempat ibu?"

Danang mengangguk dan setelah mencuci tangan, aku menuju ke dapur. Tempat biasanya motor second ku dulu kutinggal.

Namun alangkah terkejutnya aku saat melihat motorku tidak ada.

Ting, sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel ku.

Mataku membulat sempurna saya membaca pesan dari mas Larsono.

[Oh, ya lupa bilang Nai, kalau motor kamu sudah aku jual sebagai tambahan beli mobil. Dan kamu juga harus tahu bahwa perabotan baru yang ada di rumah kamu itu adalah barang kredit. Silakan kamu lunasi ya, Sayang. Hahaha.]

Hati kembali memanas dan tanganku terkepal membaca pesan dari mantan suamiku.

Ada tiga tempat mengadu saat ketidakadilan menimpa. Satu, polisi. Dua, Komnas HAM, tiga, netizen. Dan untuk kasusku paling sesuai jika aku memviralkan lagi kelakuan be jat si Larsono itu alias menggunakan kekuatan netizen.

Kembali ku capture pesan wa dari mas Larsono dan menambahkannya dengan video saat tadi siaran langsung dalam I*******m. Video yang memperlihatkan wajah mas Larsono dan Titin, juga surat nikah dan KK baru mereka. Tak lupa pula, kusertakan bukti transfer ke rekening mas Larsono selama aku bekerja di luar negeri.

Kali ini kusebar di akun F* ku, IGku, tiktok ku dan juga status WA.

Kita akan lihat, Mas. Apa kalian tahan dengan hukuman sosial yang akan kalian dapatkan.

Tak lama berselang, berbagai notifikasi berhamburan memasuki ponselku. DM, messenger, japri pun memenuhi akun sosial media.

Dengan perlahan, aku membuka dan membaca pesan satu persatu dan tersenyum.

|Maaf Kak, apa boleh saya share postingan kakak? Semoga kakak cepat dapat keadilan.|

|Kak, saya bantu viralin. Semoga ada yang paham masalah hukum dan berkenan membantu kakak.|

|Kak, semoga masalahnya cepat selesai. Tega sekali suami dan adik kandung kamu.|

Dan beragam inbok lainnya bernada kesal pada mantan suami dan Titin bersarang ke ponselku.

Aku tersenyum puas. Lalu aku membuka kolom komentar dan membacanya pula.

|Astaga. Laki-laki mokondo! Kok bisa sih ada laki-laki seperti itu. Harusnya ke laut saja!|

|Pak @Dorman Haris, tolong kawal kasus mbak Naimah.|

|Mana sih akun media sosial atau nomor w******p suami dan adik benalu itu?|

|Eh, itu ada nomor wa nya yang laki-laki di foto SS mbaknya.|

Aku tersenyum puas. Rasain kamu, Mas. Maaf kalau hanya dengan cara ini aku memberimu pelajaran.

"Buk."

Aku tersadar saat Danang menyentuh bajuku.

"Ya, Nak?"

"Apa kita jadi pergi?"

Aku terdiam. "Nang, apa Danang pernah tahu bapak baik motor?"

Danang mengangguk. "Iya. Buk. Emang ada apa?"

"Motornya sekarang dimana?"

Danang menggelengkan kepalanya. 'Ah, dia pasti tidak tahu. Anak kecil mana tahu soal barang-barang orang dewasa.'

"Hm, baiklah. Kita naik grab sajalah."

Sejenak aku mengacuhkan semua inbok dan komentar yang masuk ke dalam ponsel. Lalu memesan grab.

"Memangnya kita mau kemana, Buk?" tanya Danang saat kami sudah naik ke dalam mobil, bingung.

Aku menatapnya. "Nanti kamu juga akan tahu. Kita nggak cuma mampir ke satu tempat, Sayang."

Danang mengangguk. Aku merengkuh pundak anak lelakiku satu-satunya dan memeluknya.

"Maafkan Ibu karena terlalu sering meninggalkan kamu, Nang."

Danang terdiam. "Memang selama ini ibu kemana?"

"Ibu kerja, Nang. Nyari uang untuk kamu dan keluarga kita." Ada rasa ngilu yang teramat dalam saat mengatakan tentang keluarga kita. Karena orang-orang yang kuanggap keluarga sudah mengkhianatiku. Tapi tak bisa kupungkiri bahwa hal ini tak lepas dari kesalahan ku yang terlalu percaya pada mas Larsono.

"Ibu kerja dimana?"

"Di luar negeri. Jauh dari sini."

"Hm, apa nanti ibu akan kembali lagi?"

"Tidak, Nang. Insyallah apapun yang terjadi, Ibuk akan mencari uang disini dan menemani kamu, Nak."

Danang mengangguk. "Apa Bapak tidak akan pulang selamanya?"

Terlihat mata Danang begitu terluka. Ah, ya Allah, dia pasti sudah merekam pertikaian antara aku dan mas Larsono tadi.

"Bapak ... tidak akan pernah pulang. Maafkan ibu, tapi bapak sudah memilih untuk menikah dengan Tante Titin."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 30. Kembali Akur (Tamat)

    Titin baru saja menidurkan Febi saat terdengar ponsel nya berdering nyaring. Titin menghela nafas panjang dengan cepat meraih ponselnya yang berdering diatas kasur. Khawatir Febi akan terbangun. Perempuan beranak satu itu berdecak kesal saat melihat siapa yang menelepon nya. Titin segera keluar dari kamarnya untuk menerima telepon dari Dimas."Heh, ada apa lagi kamu, Dim? Kamu jangan harap bisa pulang sebelum kamu bekerja!" seru Titin dengan kesal. "Selamat pagi, Bu. Kami dari pihak kepolisian. Kami mengabarkan bahwa pak Dimas, suami ibu ditangkap oleh polisi karena menabrak seorang gelandangan hingga tewas. Untuk proses penyelidikan, pak Dimas bisa didampingi oleh pengacara. Dan sampai persidangan, pak Dimas akan ditahan terlebih dahulu.Kami menelepon ibu karena pak Dimas tertangkap dalam kondisi mabuk dan sekarang tidak sadarkan diri. Saat kami periksa, kontak nama ibu ada di dalam panggilan masuk ke ponsel pak Dimas beberapa kali.""Oh, Dimas ditahan ya? Tahan saja pak polisi!

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 29. Perkelahian di Penjara

    Larsono membuka mata dan terkejut saat salah seorang anggota tahanan di selnya menusuk perut Larsono dengan ujung sikat gigi yang sudah ditajamkan. Darah segar mengucur dari lukanya itu.Larsono berteriak lagi. Tapi dua orang tahanan yang berada di satu sel dengannya hanya melihat perut Larsono ditusuk berulangkali oleh napi lainnya. Darah segar sudah mengalir kemana-mana membuat lantai penjara penuh dengan noda darah. Tepat saat Larsono lemas, datang sipir penjara dan langsung menegur mereka. Napi yang menusuk Larsono segera menyembunyikan sikat gigi itu di balik bajunya."Heh, apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan? Tidak bisa ditinggal sebentar saja!" gerutunya sambil menyalakan lampu dalam sel. Dan seketika petugas itu terkejut melihat kondisi Larsono yang bersimbah darah. "Astaga, siapa yang melakukan hal ini?" tanya petugas polisi itu. Ketiga tahanan terdiam dan hanya menatap Larsono yang sudah pingsan karena kesaktian dan kekurangan darah. Polisi itu langsung memanggil

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 28. Nasib saat Di Penjara

    Beberapa Minggu sebelumnya,"Kamu kayaknya lagi seneng deh, Put?" tanya Mamanya saat Putra baru saja pulang dari kafe Naimah. Putra mengurungkan niatnya untuk berjalan ke kamar lalu menghampiri mamanya. "Seneng dong. Coba Mama tebak alasannya?" tanya Putra sambil menatap wajah mamanya dengan seksama. Mamanya tersenyum lebar. "Pasti karena cewek. Ya kan?"Mata Putra mendelik. "Kok Mama bisa tahu sih?""Ya karena Mama pernah muda, Put. Tapi kamu saja yang belum pernah tua."Putra tersenyum. "Ya, bisa saja kan mama nebaknya karena omset toko kita naik?""Hm, nggak tuh. Kan feeling mama bilang kalau kamu bahagia karena perempuan. Jadi siapa dia? Coba bawa kesini," ucap sang mama membuat Putra tersipu malu. "Tapi, dia janda anak 1, Ma.""Lha, kenapa memangnya kalau janda. Asal bisa menjaga kehormatan diri, maju aja terus."Mata Putra berbinar. "Sungguh, Ma?""Tentu saja. Mama tidak pernah bercanda untuk hal seperti ini.""Jadi, mama setuju.""Tentu saja. Coba kenalin ke mama. Dan kamu

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 27. Tertangkap Polisi

    Orang itu menerima serbuk putih lalu dengan secepat kilat menodongkan pistol ke arah Larsono."Kami polisi! Angkat tangan dan menyerahlah!" seru orang itu seraya menempelkan pistol pada kening Larsono. "Apa salah saya, Pak? Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya suruhan untuk nganter barang.""Barang yang kamu antar itu Narkoba. Jadi jangan pura-pura tidak tahu! Segera turun dari mobil dan hadap ke depan!"Larsono mengangguk lalu membuka pintu perlahan. Saat dia hampir keluar dari mobil, lelaki itu menabrakkan pintunya ke tubuh polisi itu. Lalu berlari sekuat tenaga masuk ke dalam sawah. "Saudara Larsono, jangan lari!"Kedua polisi itu langsung mengejar Larsono. Salah satu dari mereka, menembakkan pistol nya ke udara. "Dorr!!""Jangan lari, kamu! Atau kami tembak."Larsono mempercepat larinya. Suasana gelap area persawahan membuatnya kesulitan untuk lari dengan kencang. Dooorrr!Aaarggh!Peluru yang ditembakkan oleh polisi itu mengenai kaki Larsono. Lelaki itu berteriak kesakitan da

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 26. Pekerjaan Baru Larsono

    Larsono mengambil bungkusan putih itu dan mengamati nya. "Bukan kah serbuk ini mirip ..,"Pemuda ceking itu meraba saku jaketnya dan merasa ada sesuatu yang hilang. Dia lalu berbalik ke arah Larsono. Larsono yang sedang menggenggam serbuk putih itu menjadi terkejut. Lalu buru-buru menyerahkan serbuk itu pada pemuda ceking. "Mas, ini ..,"Pemuda itu menatap wajah Larsono dengan curiga lalu segera merampas serbuk putih itu."Jangan suka mengambilnya barang milik orang lain!" desisnya lirih sambil menatap tajam ke arah Larsono."Jangan sembarangan bicara! Benda itu mendadak jatuh dari sakumu dan akan dikembalikan saat kamu mendadak marah padaku padahal aku saja tidak melakukan kesalahan apapun padamu," sahut Larsono ketus.Lelaki ceking itu hanya melihat sekilas pada Larsono. Lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam warung. "Hei, seperti biasa," ucap lelaki ceking itu pada pemilik warung."Beres, Bos."Pemilik warkop itupun bergegas membuatkan kopi kental ke dalam cangkir lalu men

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 25. Kondisi Larsono

    "Jangan mimpi! Dia anak kamu atau bukan, papa tidak akan pernah mau menerima nya. Dan satu hal lagi, kamu pilih nikah sama perempuan itu tapi papi coret dari KK dan tidak mendapatkan warisan sepeserpun, atau kamu tinggalkan perempuan itu dan anaknya serta kembali pada Dila?! Jawab sekarang!"'Wah, papa masih marah, lebih baik aku mengalah dulu. Daripada namaku dicoret dari ahli waris, lebih baik aku pura-pura berdamai dengan Dila agar tetap dapat duit buat Titin,' batin Dimas. "Dimas tetap mau sama Dila, Pa. Dimas janji tidak akan menemui Titin lagi.""Tunggu, Pa." Dila bangkit dan menyeka air matanya dengan punggung tangan. "Dila tidak ingin bersama dengan mas Dimas lagi.""Kenapa Dil?" tanya orang tua dan mertuanya kaget. "Karena Dila tahu, Mas Dimas ingin mempertahankan pernikahan ini dengan setengah hati. Dila yakin sekali kalau mulut mas Dimas bilang ingin bersama dengan Dila, tapi nanti mas Dimas akan menemui perempuan itu lagi diam-diam. Dan Dila tidak mau dikhianati dan sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status