Share

Bab 5

"Sudah, Bu. Sudah saya sambungkan sekalian ke ponsel ini." Lelaki yang merupakan karyawan Elisa menyerahkan ponsel Rahma kepada pemiliknya.

"Baik, Mas. Terima kasih, ya. Kwitansinya mana?"

Diserahkannya selembar nota pembelian kepada Rahma, dan bergegas wanita itu memberikan sejumlah uang yang tertera pada nota pembelian. Tak lupa ia juga menambahkan satu lembar uang pecahan 100 ribuan sebagai upah atau bonus atas tenaganya.

Setelah lelaki itu pergi, Rahma melangkah masuk menuju kamar Risa. Kepala Rahma mendongak, mencari keberadaan benda kecil yang akan mengungkap kebusukan dua manusia tak berakhlak.

Dua pasang cctv terpasang dengan sempurna. Satu menyorot langsung bagian ranjang, dan satunya mencakup satu ruangan.

"Pasti mereka tidak akan tau kalau ada cctv di dalam sini," ucap Rahma dengan bibir tersenyum puas.

****

Bibir bergincu merah maroon itu tersenyum kala melihat sang kekasih sudah terduduk di salah satu kursi yang ada di cafe tempat mereka melakukan janjian.

Bergegas Risa melangkah. Senyum terus menghiasi wajahnya di sepanjang ia berjalan.

"Sudah lama, Mas?"

Pandangan Arjuna yang semula menunduk karena menatap layar ponsel pun kini terangkat setelah mendengar suara Risa.

"Ah, belum. Baru 5 menit yang lalu."

Arjuna bangkit dari tempat duduknya. Sejenak mereka saling berpelukan dan tak lama kemudian pelukan itu pun terurai. Risa mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di hadapan sang kekasih.

"Kamu mau pesan apa, Mas?" tanya Risa dengan pandangan tertuju pada selembar menu yang baru saja diberikan oleh sang pelayan.

"Samakan saja," jawab Arjuna dengan singkat.

"Jus jeruk 2 sama spaghetti 2, Mbak." Risa menunjukkan salah satu macam spaghetti yang tertera di lembar menu makanan.

Sang pelayan pun dengan sigap mencatat.

"Setelah makan siang, antar aku ke salon ya, Mas. Sudah lebih dari sebulan aku nggak ke salon, wajahku jadinya kelihatan buluk."

"Iya, nanti Mas antar."

"Tapi setelah ke salon, kita ke mall dulu. Sudah lama juga kamu nggak ajak aku shopping. Rindu aroma baju baru." Risa terkikik setelah berbicara.

"Apa nggak kelamaan? Nanti Rahma curiga loh," ucap Arjuna.

"Enggak, kamu tenang saja. Aku tadi bilang kalau ada acara kumpul temen-temen dan pulang kisaran jam 8. Cukuplah waktunya untuk ke salon dan pergi berbelanja," seru Risa dengan begitu antusias. Ia meyakinkan sang kekasih jika semua baik-baik saja.

"Kamu tenang saja. Setelah kamu menyenangkanku, aku akan membahagiakan kamu," imbuh Rida sembari mengerling nakal dengan bibir yang tersenyum genit.

"Haruslah itu. Kemarin kepalaku rasanya mau pecah gara-gara lagi mode on, tiba-tiba Rahma datang."

"Kenapa nggak minta sama istrimu malam itu?"

"Hah! Yang ada udah nggak selera lihat lemaknya yang menggelambir itu."

Risa tertawa terbahak-bahak, dalam batinnya ia bersorak-sorai karena sang kekasih sudah tak membutuhkan tubuh sang istri. Bahkan, terlihat di kedua netra Risa saat wajah Arjuna seperti menahan rasa jijik.

Jika Arjuna mengatakan hal seperti itu, bukan berati fisik Rahma tak terlihat menarik lagi.

Sungguh, jika dibandingkan dengan wajah Risa, masih jauh lebih cantik wajah Rahma. Bentuk tubuh Rahma pun tak semengerikan seperti yang dikatakan oleh sang suami. Dimana banyak lemak bergelambir di sana. Tubuh Rahma hanya memiliki bobot yang tak lebih dari 55 kilogram. Hanya saja, Rahma memiliki perut yang sedikit membuncit setelah melahirkan keturunan mereka yang kini belum genap berusia satu tahun.

Memang pada dasarnya Arjuna yang tak pernah bisa merasa bersyukur dan suka sekali mencicipi tubuh setiap perempuan yang diinginkannya.

"Silakan dinikmati ...." Seorang pelayan membawa nampan yang berisi dua piring makanan dan dua gelas minuman pesanan Risa.

Pelayan itu memindahkan satu per satu piring dan gelas dari nampan ke meja yang ada di hadapan Risa dan juga Arjuna.

Bergegas sepasang kekasih itu mulai menyantap menu makan siangnya. Dan setelah selesai, segera Arjuna membayar tagihan makan mereka lalu dengan berjalan berdampingan, sepasang kekasih itu melangkah keluar dari cafe dan menuju ke arah mobil Arjuna yang terparkir di depan sana.

Di sepanjang perjalanan, tangan kanan Arjuna terus saja melingkar di pinggang milik Risa.

Dan tidak menunggu lama untuk kendaraan roda empat itu bergerak pelan meninggalkan area cafe.

Seperti permintaan Risa, Arjuna mengantarkan sang kekasih ke salon langganan dan setelah itu mereka sudah sepakat pergi ke mall untuk membeli baju untuk Risa.

***

Senyum merekah terpahat dengan sempurna di bibir milik Risa. Bagaimana tidak? Risa keluar dari mall itu dengan menenteng tiga buah paper bag. Kantong belanja yang berisikan tiga helai baju. Tentunya dibelikan oleh sang kekasih.

"Pulang, Mas?" tanya Risa.

"Kok pulang? Ke hotel lah."

Tanpa menunggu respon dari sang kekasih, cepat Arjuna menggenggam tangan Risa lalu ia berjalan dengan langkah panjang dan cepat.

"Jangan lari dong."

"Aku udah nggak tahan. Ayo ..." Arjuna mempercepat langkahnya hingga membuat Risa yang mengikutinya semakin terseok-seok.

Mobil pun meluncur menuju hotel yang letaknya searah dengan arah rumah.

Belasan menit berlalu, akhirnya sampailah kendaraan roda empat itu berhenti di sebuah bangunan tinggi. Hotel bintang tiga yang akan dijadikan tempat untuk sepasang kekasih itu mereguk kenikmatan.

Setelah melakukan pendaftaran, keduanya berjalan mesra menuju ke arah kamar.

"Mas, udah jam setengah tujuh. Tadi kamu bilang sama Rahma kalau kamu pulang jam tujuh kan?" tanya Risa ketika keduanya sudah masuk ke dalam kamar hotel.

Pintu tertutup, dan tanpa memberi jawaban terlebih dahulu, Arjuna langsung melahap bibir seksi dan bergincu milik Risa. Dan udara yang semula terasa dingin karena hembusan dari AC, kini menjadi terasa panas seiring suara desahan dan erangan memenuhi kamar hotel bintang tiga malam ini.

*

"Ingat, kamu pulang nanti jam delapan. Kalau jarak waktu kita hampir barengan, Rahma bisa curiga," ucap Arjuna.

Setelah selesai melampiaskan hasratnya, lelaki itu hanya berisitirahat sejenak. Mengatur deru napas dan degup jantung yang berdetak lebih kencang. Setelah sudah dirasanya stabil, Arjuna langsung turun dari ranjang lalu memakai satu per satu pakaian yang sebelumnya tampak berserakan di lantai kamar hotel.

"Iya, Mas. Aku di sini dulu. Nanti jam delapan aku keluar, naik taksi pulangnya."

"Cerdas," puji Arjuna sembari mengancingkan kemeja yang saat ini tengah membalut tubuhnya. Setelahnya, ia bergegas memakai jas Hitam Miliknya. Sejenak, Arjuna berdiri di depan cermin, memastikan jika penampilannya sudah terlihat rapih seperti sedia kala.

"Aku pulang dulu," ucap Arjuna sembari melangkah mendekat ke arah ranjang. Tubuh itu membungkuk, memberikan kecupan mesra di kening sang istri sebelum akhirnya ia melangkah pergi setelah Risa mengiyakan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nana Juliana
kog sang istri sih .jelas2 si risa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status