“Nggak ngajak Elaine?” tanya Kale saat Darell baru saja tiba ditempat tongkrongan mereka.
Karena Elaine tak bisa diajak jalan, akhirnya Darell memutuskan untuk nongkrong bersama kedua temannya. Sekalian mereka juga sudah beberapa minggu tidak mengunjugi Kai.
“Kerja katanya,” jawab Darell sambil duduk di tengah-tengah Kale dan Valen.
“Kerja? Kerja apaan?” Valen mengerutkan keningnya.
“Btw, sorry gue potong. Darell minumnya yag biasa, kan?” tanya Kai.
“Gue pengin Manhattan, Kai,” jawab Darell. Biasanya dia akan memesan Wishkey Sour, tapi kali ini dia ingin memesan yang lain.
“Sip. Untung gue nanya,” timpal Kai. “Silakan kalian lanjutkan lagi pergibahan kalian,” ucap Kai, dia terkekeh dan langsung menyiapkan pesanan Darell.
“Gibah apaan?” cibir Valen sambil mendelik pada Kai. “Jadi kerja apaan?” tanya Valen penasaran.
&ldquo
Halo, kak. Mohon maaf lahir bathin ya. Kebetulan besok sudah mau puasa. Jadi mayuu meminta maaf jika ada salah. Dan ... untuk bab yang memuat cerita berkonten dewasa, mayuu akan upload malam ya. Mungkin selepas Isya/ Terawih. Terima kasih ❤️
“Bangsat lo, Gavin!” raung Darell.Lalu laki-laki itu berlari ke arah kakak sepupunya. Melancarkan tinju tepat pada pipi kiri Gavin.BUGH.“Aaakk!” pekik para gadis yang ada di ruangan itu.Seketika Gavin tersungkur, setelah mendapatkan pukulan di pipi kirinya. Sebelum benar-benar jatuh, badannya menyenggol beberapa botol minuman keras yang ada di atas meja. Tentu saja botol tersebut pecah dan menumpahkan minuman yang masih tersisa. Darell berjongkok, meraih kerah baju Gavin yang sudah tidak rapi itu.“Lo ngapain cewek itu, hah?” geramnya sambil mencengkrang dengan erat kerah baju Gavin.“Huh!” Gavin mendengus sambil menyeringai. “Apa urusan lo, hah? Terserah gue mau melakukan apa pun sama cewek itu. Lagian gue udah bayar juga,” dengus Gavin.“Bangsat!” Darell hendak melayangkan pukulannya yang kedua. Namun usaha tersebut gagal. Ketika dua orang perempuan datang k
Untuk kesekian kalinya, Elaine menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan. Kenapa di tahun ini kesialan selalu menimpa dirinya? Sepertinya Elaine tak cocok dengan angka tujuh belas. Dia juga tiba-tiba mengingat saat dua tahun lalu.Di mana Elaine sedang mengikuti lomba dan dia mendapat nomor urut tujuh belas. Biasanya Elaine selalu menang jika diikut sertakan dalam lomba Ekonomi. Tapi saat itu dia gagal. Lolos babak penyisihan pun tidak.Elaine mendesah kasar, dia ingin menangis sekarang juga. Gadis itu menyesali hidupnya di umur tujuh belas tahun ini. Dia merasa ingin men-skip sisa umurnya dan langsung berumur delapan belas tahun. Tapi mana mungkin bisa? Kecuali dia terkena sindrom putri tidur, dan bangun beberapa tahun kemudian saat umurnya delapan belas tahun.Mobil HRV putih sudah terparkir di basement apartemen. Darell langsung menarik Elaine masuk ke dalam gedung, menaiki lift menuju lantai lima dan segera masuk ke dalam unitnya. Tak ada perlawanan dari El
Elaine meringkuk di kamar Darell. Dia masih terisak, walau sekarang air matanya sudah tak membasahi pipi mulusnya itu. Otaknya me-review kembali kejadian yang baru saja menimpanya di tempat karaoke itu.Gadis itu mengigit bibir bawahnya. Ternyata dia memang cewek murahan. Sudah dua orang yang berkata demikian, Elsa dan Gavin. Di tambah ucapan Darell yang seolah menampar dirinya. Elaine benar-benar ingin menghilang dari bumi ini.Waktu sudah menunjukkan pukul tiga malam. Gadis bersurai hitam dan pendek itu mencoba untuk menutup matanya. Badannya terasa lelah, namun otaknya tak henti-henti memikirkan hal-hal buruk yang pernah menimpa Elaine. Sehingga dia tidak bisa untuk tidur.Elaine merentangkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar Darell. Di satu sisi dia memang berterima kasih karena telah ditolong oleh Darell. Namun di sisi lain, dia merasa terhina karena Darell seolah tak tulus dalam menolongnya. Tiba-tiba Elaine merasa kesal dan marah pada laki-laki itu. R
Darell mengganti pakaiannya dan bersiap untuk mencari Elaine. Ponselnya sedari tadi berusaha menelpon Elaine. Namun ternyata nihil, ponsel gadis itu tidak aktif. Darell semakin gelisah. Dia buru-buru mengambil kunci mobil dan segera pergi dari apartemennya.Pikirannya kacau sekarang. Semoga Elaine baik-baik saja. Itu yang dia harapkan saat ini. Rencananya dia akan menuju kos Elaine. Siapa tahu gadis itu ada di sana. Mengingat semalam Elaine menolak untuk di bawa ke apartemen Darell dan ingin pulang ke kosannya.Mobil putih yang dikendarai Darell kini sudah terparkir di mini market dekat gang kos Elaine. Ia langsung turun dari mobil dan berlari di gang kecil. Ah, sial! Gerbangnya terkunci. Darell tak mengenal satu pun teman kos Elaine.Tak habis akal, Darell mencoba menggedor pelan gerbang putih itu. Tadi dia mendengar beberapa orang perempuan sedang berada di luar kamarnya. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membukakan gerbang tersebut.“Mi
Matahari kini sudah mulai turun. Elaine bisa melihat warna langit yang sudah mulai berubah. Matanya kini terbuka sempurna dan melihat ke sekelilingnya. Gadis itu mendapati Tirta sedang berada di depan laptopnya.Perlahan Elaine bangun dari posisi tertidur di kasur. Kini demamnya sudah turun dan dia mulai bertenaga. Sepertinya Elaine kurang tidur, makanya dia bisa pingsan.“Udah bangun?” tanya Tirta saat melihat Elaine sudah dalam posisi duduk. “Mau makan? Nanti gue beliin makanan. Lo mau makan apa?” tanya Tirta lagi.Ada perasaan senang di hati Elaine, saat Tirta begitu perhatian padanya. Walau Elaine tahu perhatian laki-laki itu hanya sebatas rasa kemanusiaan saja. Dia tak tega melihat Elaine yang lemas, terkapar dan tak berdaya.“Apa aja. Sorry banget gue ngerepotin. Gue janji nanti bakal balas budi, kok,” ucap Elaine.“Santai. Itung-itung ini balas budi gue juga, dulu lo udah ngerawat gue,” timpal
Sudah dari jam tiga sore Darell menunggu di parkiran Indoseret. Berharap dia melihat Elaine pulang ke kosannya. Laki-laki itu sangat panik, tapi dia tidak tahu harus ke mana. Jadi yang bisa dilakukan sekarang adalah menunggu Elaine.Jam digital pada mobil Darell sudah menunjukkan pukul enam sore. Berarti sudah tiga jam dia menunggu Elaine di sana. Darell memijit keningnya, dia sedikit merasa pusing. Jujur saja dia belum makan berat sedari pagi. Rasanya tak tenang untuk makan, jika dia belum menemukan Elaine.TING.Ponsel Darell berbunyi dan menampilkan notifikasi dari Grace. Buru-buru dia meraih ponselnya yang disimpan di atas dashboard mobil.Grace: Elaine aman, kok. Dia bakal balik ke kosan. Gak usah khawatir lagi. Thanks udah mengkhawatirkan sahabat gue. Thanks juga sudah kabari gue tentang kondisi Elaine.Darell menarik sudut bibirnya, lalu dia menghela napas lega. Ah, akhirnya dia mendapatkan kabar tentang Ela
“Hutang lo sama Soraya biar gue yang bayar. Besok gue yang urus, lo diem aja,” ucap Darell.UHUK. UHUK.Saking terkejutnya, Elaine sampai tersedak makanannya sendiri. “Dari mana lo tahu itu?” tanya Elaine panik.Elaine sebenarnya tak ingin Darell tahu masalah ini alasannya karena Soraya adalah mantan Darell. Walau mungkin ini tidak ada hubungannya sama Darell, Elaine khawatir malah akan menimbulkan masalah baru. Kalau berurusan dengan mantan itu memang sedikit memusingkan.“Kenapa sih nggak ngomong aja? Gue kan pernah bilang sama lo, apa pun yang lo pengin pasti gue kabulkan. Toh itu benefit lo. Bebal banget jadi anak,” ungkap Darell.“Jujur aja gue nggak enak dan gue nggak mau ketergantungan sama lo.”“Bagus dong kalau lo ketergantungan sama gue,” timpal Darell.“Hah?” Elaine bingung. “Kok bagus sih?” tanya Elaine.“Iya biar sama. Karena
“Lo pasti bilang sama Darell tentang masalah gue sama Kak Soraya kan, Ven?” tanya Elaine pada Veni yang sedang rebahan di kasur milik Elaine.Sepulang kuliah, Veni ingin mengunjungi kos Elaine. Katanya ingin menemani gadis itu plus mendengar cerita Elaine kemarin. Tapi gadis itu malah rebahan di kasur milik Elaine. Sedangkan si tuan rumah duduk di karpet miliknya. .Veni menganggukan kepalanya setelah mendapatkan pertanyaan itu dari Elaine. Lalu dia memiringkan badannya, menghadap ke arah Elaine. Menopang kepala oleh tangan kanannya.“Lagian lo tuh so-soan nggak denger saran gue. Terus kejebak gitu sama si Bisma sialan! Kualat lo gak denger apa kata Veni,” ucap gadis itu.“Ya kan gue gak mau ngerepotin Darell. Lagian siapa gue, minjem-minjem duit sama Darell?” bela Elaine.“Ah! Lo suka pura-pura. Gue tahu kalian tuh sebenernya ada something. Tapi kagak mau cerita aja sama gue,” sindir Veni.Dar