๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ
ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ
โApa kau yakin baik-baik saja, Kaline?โ
Sang Raja yang berdiri duduk di ujung kursi meja makan yang teramat panjang itu bersuara, ia terdengar seperti seorang pemimpin layaknya seorang raja. Suaranya terkesan tegas nan absolut meski Kaline tahu kalau Sang Raja berbicara sebagai seorang ayah, bukan pemimpin kerajaan kepadanya.
Kaline mengangguk. โSaya baik-baik saja, Ayah. Tidak perlu khawatir tentangku. Saya minta maaf telah membuat Anda khawatir.โ Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, menatap daging panggang yang tersuguh di atas meja jati berwarna cokelat tanpa minat.
Kaline bisa mendengar dengan jelas Sang Ratu membuang napasnya dengan kasar dari ujung meja satunya. โBagaimana bisa kami tidak khawatir, lady-in-waiting yang selalu bersamamu berkata sebaliknya. Ia mengatakan kau tampak sangat kesakitan dan melupakan segalanya,โ ucap Ratu dengan suara getir.
โSaya baik-baik saja sekarang, Ibu.โ Bibir Kaline terangkat, membentuk senyuman kecil guna meyakinkan keduanya.
โIngatlah, Kaline. Kau satu-satunya penerus kerajaan ini. Jangan membahayakan dirimu secara terus menerus. Jika tidak ka-โ
Suara dentingan pisau dan garpu mengenai piring porselen terdengar sangat nyaring, memotong ucapan Ratu dengan sepihak. โSudah kukatakan untuk tidak membawa masalah kerajaan dalam waktu makan, Ratuku. Kita bertiga di sini sebagai keluarga.โ Meski suara berat Raja terdengar sangat ringan dan tenang, Kaline merasa sesak yang teramat. Bahkan hanya dengan perkataannya, Kaline tahu kalau Raja adalah sosok yang berbahaya.
Ratu menundukkan kepalanya, melepaskan pisau dan garpu yang ada di tangannya dengan tenang. โMaafkan saya, Yang Mulia.โ
Mata abu-abu Raja yang meski terlihat sudah renta, masih saja mengeluarkan aura mencekam itu kini beralih paa Kaline, membuatnya tercekat untuk beberapa saat. โJika kau merasa baik-baik saja, datanglah ke pertemuan antar kerajaan saat matahari terbenam. Kami akan membuat keputusan besar, dan aku ingin kau turut andil di dalamnya.โ
***
2 orang penjaga yang mengenakan baju zirah lengkap bersama pedang panjang yang menyangkut di pinggang mereka itu membukakan dua bilah pintu ganda dari jati dengan ukiran singaโlambang kerajaan Eargardโdi atasnya mempersilakan Kaline beserta Narin yang selalu setia berjalan di belakangnya.
Ruangan pertemuan itu tampak amat besar dengan meja bundar beserta kursi-kursi yang berjajar mengelilinginya. Jika dikira-kira, ruangan ini bisa memuat 100 orang dan masih bisa bertambah mengingat masih banyak ruang kosong yang ada di dalamnya.
Raja dan Ratu Eargard duduk di sebuah kursi dengan bentuk yang paling rumit di antara semuanya. Bantalannya berwarna merah terang, sedangkan sangganya berwarna emas. Tentu tidak ada maksud lain selain mengingatkan siapa yang berkuasa di sini.
โYang Mulia.โ Kaline menundukkan badannya serta kepalanya dalam-dalam. Raja yang menggunakan mahkota berat di atas kepalanya beserta jubah panjang kini tampak lebih berbahaya daripada apapun.
โSilakan duduk di kursimu, Putri.โ
Narin melangkah terlebih dahulu, menarik kursi serupa seperti milik Raja dan Ratu namun lebih kecil. Selepas memastikan Kaline duduk dengan nyaman, ia lantas pergi ke pojok ruangan, berkumpul bersama lady-in-waiting lainnya yang tampak berdiri siaga.
Kaline memperhatikan kursi-kursi kosong di sekelilingnya gelisah, jauh berbeda dengan pemimpin kerajaan yang berada di sampingnya yang tampak tenang.
Seorang petugas yang mengenakan baju zirah berjalan dengan gagah, menghampiri kursi mereka lalu menunduk dengan hormat. โPerwakilan dari Kerajaan Lyvora telah tiba, Yang Mulia.โ
Raja mengangguk sekilas. โPersilakan mereka masuk.โ
Tak lama kemudian, pintu ganda itu kembali terbuka, menampilkan 5 orang pria dengan baju seragam berwarna hijau tua masuk, mengikuti jalur karpet merah yang terbentang di lantai.
Mata abu-abu Kaline mengerjap beberapa saat, memastikan penglihatannya tidak salah. Kelima pria dari Kerajaan Lyvora itu mengeluarkan percikan api saat sepatu hitam mengkilap yang mereka kenakan menyentuh lantai.
โYang Mulia, perkenalkan saya Albert utusan Raja Alvinka V.โ Seorang pria yang tampak paling tua di antara mereka memperkenalkan diri, tak lupa menundukkan punggungnya.
โMengejutkan saat mengetahui Rajamu tidak turut hadir, Albert,โ komentar Raja dengan nada datar, namun semua orang di dalam ruangan ini tahu pasti, kalau ia sedang menyindir secara tersirat.
Albert tersenyum sungkan, menampilan kerutan yang memenuhi wajahnya, tampak serasi dengan rambut yang sudah memutih. โAwalnya Raja Alvinka V akan hadir, Yang Mulia. Namun ada permasalahan di kota yang membuatnya berhalangan,โ jawabnya.
Raja mengangguk pelan lalu mengayunkan tangannya, memberi aba-aba Albert beserta 4 orang yang berdiri di belakangnya untuk duduk.
Jemari Raja mengetuk-ngetuk meja jati dengan pelan, menjadi satu-satunya suara yang mengusir hening namun membuat atmosfer di dalam ruangan semakin mencekam.
Tak berselang lama, petugas yang sama kembali menghampiri. โRaja Varine X dari Elavrine dan 4 perwakilannya sudah tiba, Yang Mulia.โ
Setelah diberi izin masuk, pintu ganda itu kembali terbuka, seorang pria yang mengenakan mahkota bertahtakan berlian beserta jubah besar berwarna biru bersama ... empat ekor serigala yang mengikutinya dari belakang.
โSetelah sekian lama, senang akhirnya bisa bertemu denganmu lagi, El.โ Pria itu sama sekali tak menunduk, bahkan dengan berani menyebut sang Raja tanpa pangkat.
โMenjadi setengah hewan bukan berarti kau bisa melupakan adab sebagai tamu, Raja Varine X.โ Tidak seperti Raja dari Kerajaan Elavrine itu, Raja Elโpemimpin Eargardโmembalas sapaan dengan dingin.
Raja Varine X tertawa hambar, lalu memberi aba-aba pada 4 ekor serigala di belakangnya. Dalam sekejap, serigala itu berubah menjadi 4 pria gagah yang mengenakan seragam serupa.
Kaline terlihat semakin gelisah. Dunia ini benar-benar gila. Dia baru saja melihat serigala yang berubah menjadi manusia di depan mata, persis seperti film Twilight. Bedanya, ia tidak merasa para manusia serigala itu keren layaknya di layar kaca. Mereka mengerikan. Bertemu dengan dua kelompok yang bisa berubah menjadi hewan dan memercikkan api benar-benar tidak masuk akal.
Matanya melirik ke arah Ratu yang sedari tadi duduk dengan tenang, tampak tak terganggu dengan kenyataan bahwa tamu-tamu mereka jelas bukan manusia biasa. Begitupun Raja dan para lady-in-waiting yang menunggu di pojok ruangan.
โYang Mulia, bukankah kita sudah lama menunggu? Tidak ada tanda-tanda kehadiran bangsa Voalire. Haruskah kita mulai sekarang?โ Albert berdiri, mengucapkan setiap patah katanya dengan hati-hati.
โDia benar,โ timpal Raja Varine X. โSeharusnya kau tahu vampir sialan itu tidak pernah serius dengan ucapannya. Mereka pasti mengolok-olok kita.โ
Raja El hendak membuka mulut, namun petugas yang sama kembali datang membuat suasana kembali kondusif. โPangeran Sirius Cliftone Alorine dari Kerajaan Voalire telah tiba, Yang Mulia.โ
Raja mengangguk. โSuruh dia masuk.โ
Pintu kembali terbuka, selaras dengan udara yang tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Lilin-lilin yang menggantung meredup, membuat ruangan menjadi remang-remang. Seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya melangkah masuk dengan tenang. Tidak seperti kerajaan lainnya, pria itu dengan percaya diri berjalan sendirian di atas karpet merah yang membentang.
โTerima kasih telah mengizinkan saya menginjak tanahmu, Yang Mulia Raja Nathan El Gard,โ ucapnya datar, masih enggan membuka jubah yang turut menutupi bagian kepalanya, membuat wajah pria itu sukar untuk dilihat.
Meski wajahnya tertutup jubah, Kaline masih bisa melihat sedikit kulit pucat serta bibirnya yang semerah darah. Dua gigi taring tampak begitu jelas tatkala ia berbicara. Raja Varine X benar, pria ini adalah vampir.
โKau membuat kami menunggu, Pangeran.โ
Ia melepas penutup kepalanya, memperlihatkan rambut hitam legam beserta mata merah menyalanya, menatap Raja Varine X beserta rombongannya dengan tajam. โMohon maaf, Yang Mulia. Para serigala sedikit mengganggu perjalanan saya.โ Mata menyalanya itu melirik meja di mana perwakilan Kerajaan Elvarine sekilas.
Raja El mengangguk. โAku tidak punya banyak waktu. Duduklah, Pangeran.โ
Pangeran itu mengangguk singkat lalu berjalan menuju kursi yang paling jauh, membuatnya seperti bayang-bayang yang sukar dilihat jika saja kulitnya tidak terlalu pucat atau mata merahnya itu tidak menyala-nyala.
Kaline menghembuskan napasnya. Meski udara di dalam ruangan teramat dingin. Pelipisnya tidak henti mengeluarkan keringat. Tanpa perlu dilihat dengan jelas, ia bisa merasakan mata merah tajam Pangeran dari Voalire itu tak luput darinya meski Raja El tengah berbicara dengan lantang.
โPangeran Cliftone dari Voalire, apa kau mendengarku?โ suara instruksi Raja El yang terdengar teramat absolut dan berwibawa terdengar begitu lantang, membuat semua pandangan menatap ke arah Pangeran yang hampir saja dilupakan kehadirannya.
Untuk pertama kalinya, ia tersenyum menampilkan dua gigi taring dengan terang-terangan. โTentu saja, Yang Mulia.โ
โApa yang akan kau berikan pada kerajaan ini jika kau memenangkan turnamen?โ
Kaline mengerutkan dahinya bingung. Mereka tidak pernah membahas turnamen sebelumnya, Sepanjang pertemuan, Raja El dan perwakilan kerajaan lainnya hanya membahas tentang hubungan timbal balik antar kerajaan beserta mekanisme politik.
Pangeran Clifton berdiri, membuat wajah putihnya terlihat dengan jelas untuk yang pertama kalinya. โBukankah pemberian terbesar dari pernikahan adalah cinta, Yang Mulia?โ mata merah menyalanya melirik ke arah Kaline, membuat gadis itu terpanjat kaget. โSaya akan dengan senang hati memberikan cinta saya pada Putri Ralenia Kaline Gard sepanjang kehidupan abadi saya.โ
Kaline terpaku. Mata abu-abunya menatap Pangeran Clifton dengan kosong. Bukan, bukan karena perkataannya barusan tapi wajahnya. Kaline amat familiar dengan wajah itu. Cal. Benar namanya Cal. Mereka sudah saling kenal dari kecilโdi kehidupan gadis itu sebelumnyaโmeski begitu, Kaline sama sekali tak mengenalnya selain nama pria itu karena ia sangat tertutup.
Bagaimana bisa dia ada di sini sebagai seorang pangeran?
ยปโโโโโโโโโโโ
๐ ๐ช๐ฃ๐๐ช๐ฃ๐๐ ๐๐ฃ๐จ๐ฉ๐๐๐ง๐๐ข @๐๐ช๐จ๐ ๐ค๐๐๐ฎ๐ ๐ช๐ฃ๐ฉ๐ช๐ ๐ข๐๐ก๐๐๐๐ฉ ๐๐๐ฉ๐๐๐ก ๐๐๐ง๐๐ฉ๐
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใLangkah Kaline tampak begitu tergesa-gesa sembari menarik lengan Narin yang tampak kesulitan menyamakan langkah gadis di depannya. Pertemuan tadi berlangsung cukup cepat dengan kesimpulan ... akan ada sayembara antar kerajaan dan pemenangnya akan menikahi Putri Ralenia Kaline Gard, penerus satu-satunya tahta Kerajaan Eargard.Tentu saja jauh di dalam hatinya Kaline menolak dengan tegas. Bagaimana ia bisa menikahi makhluk-makhluk aneh itu? Melihat mereka mengeluarkan percikan api, berubah menjadi serigala, atau pun vampir berwajah pucat saja sudah sangat mengerikan. Namun tatkala ia mendengar suara Raja yang tegas nan absolut kembali membungkam mulutnya untuk mengajukan keberatan.“Putri, sebenarnya ada apa?” tanya Narin panik saat pintu
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ“Putri, apa Anda serius akan melakukannya?” untuk kesekian kalinya, Narin bertanya dengan pasrah. Ujung jarinya terasa dingin tatkala ia membantu Kaline memakai jubah, pun dengan bibirnya yang memucat lantaran panik.“Tenang saja, aku tidak akan membahayakanmu.” Kaline berusaha menenangkan. “Kau hanya perlu memberitahuku dimana tepatnya Pangeran Cliftone bermalam. Setelahnya, kau boleh pergi. Jika aku tertangkap, aku bersumpah tidak akan menyebut namamu.”Meski masih terlihat skeptis, Narin mengambil secarik kertas dan mulai menggambarkan denah sederhana. “Pangeran dari Voalire ada di istana bagian barat, begitu juga tamu yang lainnya. Jika saya tidak salah, kamarnya adalah satu yang paling ujung, dekat dengan balkon besa
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใSuara tapak sepatu yang bersatu dengan lantai kasar itu terdengar dengan jelas, perlahan-lahan bergerak menjauh darinya. Benar. Kenapa Kaline tidak memikirkan ini sebelumnya? Bagaimana jika Pangeran dari Voalire menolak untuk berbicara padanya? Pertanyaan sederhana yang belum mendapatkan jawaban itu membawanya ke dalam kegagalan.“Tapi aku adalah tuan rumah di sini, Pangeran.” Kaline berbalik, membuat pintu ganda yang hendak tertutup sempurna itu terhenti pergerakannya.Gadis itu telah berusaha keras untuk menginjakkan kakinya di sini. Ia tidak akan menyerah semudah itu. “Bukankah kau seharusnya memberikan sedikit rasa hormat jika kau memang belajar tata krama?”Pangeran Cliftone melipat kedua
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใKastil luas itu tampak amat suram. Tidak sedikitpun cahaya fajar dapat masuk melewati gorden-gorden tebal yang terpasang di setiap jendela. Seorang pria dengan jubah hitam yang tak pernah lepas dari tubuh jakungnya itu berdiri tegak menatap betapa kosongnya kastil itu. Udara dingin melilit kulit pucat yang tak pernah mengusik ketenangan pria itu.“Sudah pulang, Pangeran?”Pangeran Cliftone berbalik, mendapati seorang pria jakung akhir 40-an itu menatapnya dengan manik merah menyala. Sudah lebih dari satu dekade Cliftone mengenal pemimpin Voalire itu, namun tak sedikitpun dari wajahnya berubah menua.Pangeran Cliftone menunduk. “Baru saja, Yang Mulia.”
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใTepat dua hari sebelum pertemuannya dengan Pangeran Cliftone, Kaline masih belum menemukan cara bagaimana ia bisa tiba di Danau Sane tepat waktu. Meski ia sadar maksud Pangeran dari Voalire itu membalas surat hanya untuk mempermainkan Kaline, tapi itu tetap kesempatan emas. Bagaimanapun, ia harus tetap hadir meski melukai harga dirinya sekalipun.“Apa kau sungguh yakin cara ini tidak akan berhasil?” tanya Kaline untuk kesekian kalinya.Narin menghela napasnya. Sudah berjam-jam mereka berdebat soal ini. “Anda adalah seorang penerus tahta Kerajaan Eargard, Putri. Tentu tidak mudah menghilang begitu saja meski hanya dalam satu jam,” jelas Narin dengan sabar.Sejujurnya, ia merasa kas
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Kaline menatap Pangeran Cliftone tajam. Ia tak peduli manik merah menyala milik lawannya itu membalas tak kalah tajam. Setelah pertemuan mereka, Pangeran Cliftone langsung membawa Kaline menuju gubuk kecil yang tampak tua. โBeraninya kau membangun tempat persembunyian di wilayahku,โ ucap Kaline penuh penekanan. Bagaimana bisa gubuk ini lolos dari pengawasan para penjaga perbatasan? Jika terus dibiarkan, vampir ini bisa saja masuk ke istana tanpa ketahuan. Pangeran Cliftone tersenyum sinis, tampak sama sekali tak merasa bersalah atas tindakannya. โAndai kau tahu hal kotor yang orang kalian lakukan di wilayahku, Putri. Kau harus berkunjung ke penjara Voalire lain kali.โ Kaline terdiam. Ia telah mende
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Rumor hubungan spesial antara Putri Kaline dan Pangeran Cliftone menyebar dengan cepat. Seluruh penjuru negeri sudah mengetahui rumor tersebut hanya dalam satu malam. Banyak rakyat yang tidak setuju dan meminta penjelasan dari pihak kerajaan. Beberapa bahkan setia menunggu di depan istana sedari malam. โJawab aku, Putri. Apa kau benar berhubungan dengan Pangeran Cliftone?โ tanya Raja El sekali lagi dengan suara datar yang terdengar amat dalam. Kaline menundukkan kepalanya gelisah. Ruangan raja yang dikelilingi dengan rak buku itu tak ia sangka dapat menjadi amat menakutkan. Ratu Faline yang berdiri di samping kursi raja itu mengelus pundak suaminya perlahan, berusaha membuatnya tenang. โKau tahu ap
๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ Udara dingin yang menusuk kulit tak mengurangi antusiasme rakyat dari empat kerajaan besar terutama Eargard. Lampion serta obor di jalan dinyalakan dengan terang, menghiasi jalanan Eargard yang sudah mulai gelap. Gerbang istana yang biasanya ditutup dengan rapat kini terbuka dengan lebar, mempersilakan semua kalangan masuk tanpa memandang kasta. Para bangsawan dengan kereta kuda serta setelan yang tampak anggun membentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan kasta sosial. Berbincang-bincang sekaligus mencari celah untuk merendahkan satu sama lain. Beberapa dari mereka turut memperhatikan rakyat biasa yang tampak histeris melihat keindahan bangunan istana dengan tatapan risih. โAku tak percaya pihak istana turut mengundang rakyat bawahan itu,โ bisik salah satuny