Share

44. Tubuh tanpa kepala.

Tubuh tua itu meluncur deras, menghantam tanah kering dan menciptakan cekungan dalam. Bahkan, debu dan kerikil berhamburan akibat hempasan tubuh tuanya. Lalu darah mengalir dan merembes membasahi tanah kering dimana lelaki tua itu meringkuk.

Ajiseka kembali menancapkan pedangnya, menjadikan senjata pusaka sebagai tumpuan tubuhnya yang bergetar akibat penyesalan diri. Pasalnya, ia telah melanggar janjinya kepada sang ayah. Janji tidak sembarang melukai apalagi membunuh.

Ia terpekur, tenggelam dalam rasa yang menurutnya bersalah. Menunduk takzim sebagai rasa hormat kepada tubuh tua yang baru saja ia selesaikan kehidupannya. Tetapi tanpa diduga oleh Ajiseka, mata lelaki tua mengerjap dan jari jemarinya bergerak pelan.

“Kehidupan kedua baru saja kumulai, wahai anak muda! Hua ha ha ha” lelaki itu tertawa sumbang, ia berdiri gagah walaupun tubuhnya masih tetap bersimbah darah.

Hal itu membuat Ajiseka tercengang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya sebuah energi padat meluncur deras ke arah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status