Share

AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU
AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU
Author: Emylia Arkana Putra

Bab 1

AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU

[Bu Arin, hari ini Indri sudah mulai masuk kerja lagi. Dia hanya izin selama tiga hari saja.] Pesan dari Dina, karyawan Mas Ridwan yang aku suruh untuk selalu memantau dan memberi informasi tentang Mas Ridwan dan Indri.

[Oke, terima kasih atas informasinya]

~~~

Du du du ... hem hem hem ....

Dari tadi Mas Ridwan terus bersenandung. Raut wajahnya begitu berseri-seri.

"Bahagia sekali hari ini kamu, Pa?" tanyaku dengan memilih dasi untuk Mas Ridwan.

"Pasti dong, Ma. Siapa yang ngga bahagia, kalau pagi-pagi sudah disambut bidadari secantik kamu," jawab Mas Ridwan dengan menempelkan kedua tangannya di pinggangku sembari mengecup kening.

Bohong kamu, Pa. Aku tahu, kamu begitu bahagia karena hari ini Indri sudah mulai masuk kerja lagi setelah beberapa hari izin pulang kampung.

"Aku tunggu di meja makan, Pa."

"Oke, Ma," jawab Mas Ridwan sembari memasang dasi berwarna biru yang kupilihkan barusan.

Tidak berapa lama, Mas Ridwan keluar dari kamar dan menghampiriku yang sudah menunggunya.

"Arza belum diantar pulang sama Ibu?"

"Belum. Biarin saja kalau Arza masih ingin di sana. Lagian belum tahu juga, kapan Mbak Jum balik ke sini. Oh ya, Pa. Indri biar balik lagi menjaga butikku. Lagian karyawan kamu sudah lebih dari cukup 'kan?"

Uhuk uhuk uhuk ....

Mas Ridwan sampai tersedak kopi yang baru saja di sruputnya setelah mendengar ucapanku.

"Kenapa harus Indri?" celetuk Mas Ridwan dengan mengelap bibirnya.

Aku terdiam sejenak dan menatap tajam Mas Ridwan.

"Mak-maksudku, kenapa mendadak, Ma?"

"Memangnya ada yang salah? Bukannya Indri memang karyawanku. Dia membantu di tempat kerjamu hanya untuk sementara 'kan? Dan sekarang kamu sudah ada karyawan baru juga."

"Ta - tapi, aku butuh Indri untuk membantuku."

Membantu? Membantu dalam hal bercinta maksudmu, Pa. Aku tahu, kenapa kamu keberatan kalau Indri bekerja lagi di butikku. Karena kamu takut tidak bisa bermesraan lagi dengannya.

"Aku berangkat dulu," terang Mas Ridwan dan berlalu begitu saja dari hadapanku.

Heh ... sebegitu berartinya Indri buatmu, Pa.

Dengan cepat aku langsung mengambil kunci mobil. Dan bergegas mengikuti Mas Ridwan ke tempat kerjanya.

Hari ini aku ingin mencari tahu kebenaran tentang kedekatan Mas Ridwan dengan Indri.

***

Aku sengaja menghentikan mobilku sedikit jauh dari tempat kerja Mas Ridwan agar tidak ketahuan.

Kuraih ponsel yang ada di dalam tas dan menghubungi Dina.

"Din, apa Mas Ridwan sudah masuk ke ruang kerjanya? Dan Indri, apa dia sudah datang?"

"Sudah, Bu. Pak Ridwan baru saja masuk. Indri juga sudah datang, tapi dia belum masuk ke ruang kerja Pak Ridwan," jawab Dina dengan suara begitu pelan.

"Nanti kamu kabari saya kalau Indri sudah masuk ke ruang kerja Mas Ridwan!"

"Baik, Bu."

Kulajukan kembali mobilku menuju tempat kerja Mas Ridwan.

Ting ....

Notif pesan masuk dari Dina.

[Bu, Indri sudah masuk ke ruang kerja Pak Ridwan. Dan biasanya sekitar lima belas sampai dua puluh menit Indri di dalam.]

Dengan cepat aku langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko batik yang cukup besar dan terkenal di kota ini. Toko batik milik Mas Ridwan.

Semua pandangan karyawan langsung tertuju padaku. Mereka terlihat begitu tegang tak terkecuali dengan Dina.

Mereka semua memang terlihat sudah mengetahui skandal antara Mas Ridwan dengan Indri.

Sebenarnya, sudah beberapa kali aku mendengar kabar tentang kedekatan mereka. Tapi aku menganggap semua itu hanya angin lalu saja.

Mana mungkin Mas Ridwan tertarik dengan Indri. Secara fisik, aku jauh lebih cantik darinya. Aku juga istri yang ikut andil atas kesuksesan Mas Ridwan dalam usaha toko batiknya, pikirku saat itu.

Akhirnya aku tidak ingin tinggal diam setelah kedekatan Mas Ridwan dengan Indri semakin santer terdengar di telingaku.

Dan aku pun memutuskan untuk mencari informasi tersebut dari Dina. Karyawan yang sudah cukup lama bekerja dengan Mas Ridwan.

"Bu," ucap Dina menghampiriku dengan raut wajah yang terlihat cemas.

Aku paham, pasti dia takut kalau sampai Mas Ridwan mengetahui bahwa dia yang sudah memberi informasi padaku.

"Kamu tenang saja!" terangku dengan menepuk bahunya sembari mengulas senyum tipis.

Langkah kaki ini langsung berjalan menuju ruang kerja Mas Ridwan. Rasanya memang begitu berat. Tapi aku tidak boleh membiarkan hal ini berlarut-larut lebih jauh lagi.

Dengan cepat tanganku meraih knop pintu ruang kerja Mas Ridwan dan mendorongnya begitu kasar.

"Ma-Mama," ucap Mas Ridwan begitu gugup dan langsung menurunkan Indri yang baru saja dipangkunya dengan mesra.

Tanpa berkedip sedikitpun, tatapanku tertuju pada mereka yang terlihat salah tingkah.

Jangan nangis, Arin! Bukannya kamu sendiri yang ingin mengetahui kebenaran tentang hubungan mereka.

"Kenapa, Pa? Apa kedatanganku sudah mengganggu kalian?" tanyaku dengan menahan rasa sakit yang teramat dalam. Tapi aku tidak ingin menunjukkan di depan mereka. Karena sebelum memutuskan untuk mencari tahu kebenaran ini, aku sudah lebih dulu menyiapkan hati kalau akhirnya akan mendapat bukti yang menyakitkan sekalipun.

"A-aku, bisa jelaskan, Ma."

"Jelaskan? Penjelasan seperti apa yang ingin kamu katakan padaku, Pa? Apa yang aku lihat sudah cukup menjelaskan semuanya tanpa perlu mendapat penjelasan lagi darimu."

Indri, perempuan yang sudah tidak asing bagiku. Selain karyawan kami, dia juga keponakan dari Mbak Jum, pengasuh Arza.

Dan kini, perempuan itu persis ada di hadapanku. Setelah aku memergokinya sedang memadu kasih bersama suamiku di ruang kerja.

Sungguh memalukan. Ternyata memang benar, kalau mereka memiliki hubungan yang sangat spesial.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status