Share

AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU
AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU
Author: Emylia Arkana Putra

Bab 1

last update Last Updated: 2022-10-29 12:16:34

AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU

[Bu Arin, hari ini Indri sudah mulai masuk kerja lagi. Dia hanya izin selama tiga hari saja.] Pesan dari Dina, karyawan Mas Ridwan yang aku suruh untuk selalu memantau dan memberi informasi tentang Mas Ridwan dan Indri.

[Oke, terima kasih atas informasinya]

~~~

Du du du ... hem hem hem ....

Dari tadi Mas Ridwan terus bersenandung. Raut wajahnya begitu berseri-seri.

"Bahagia sekali hari ini kamu, Pa?" tanyaku dengan memilih dasi untuk Mas Ridwan.

"Pasti dong, Ma. Siapa yang ngga bahagia, kalau pagi-pagi sudah disambut bidadari secantik kamu," jawab Mas Ridwan dengan menempelkan kedua tangannya di pinggangku sembari mengecup kening.

Bohong kamu, Pa. Aku tahu, kamu begitu bahagia karena hari ini Indri sudah mulai masuk kerja lagi setelah beberapa hari izin pulang kampung.

"Aku tunggu di meja makan, Pa."

"Oke, Ma," jawab Mas Ridwan sembari memasang dasi berwarna biru yang kupilihkan barusan.

Tidak berapa lama, Mas Ridwan keluar dari kamar dan menghampiriku yang sudah menunggunya.

"Arza belum diantar pulang sama Ibu?"

"Belum. Biarin saja kalau Arza masih ingin di sana. Lagian belum tahu juga, kapan Mbak Jum balik ke sini. Oh ya, Pa. Indri biar balik lagi menjaga butikku. Lagian karyawan kamu sudah lebih dari cukup 'kan?"

Uhuk uhuk uhuk ....

Mas Ridwan sampai tersedak kopi yang baru saja di sruputnya setelah mendengar ucapanku.

"Kenapa harus Indri?" celetuk Mas Ridwan dengan mengelap bibirnya.

Aku terdiam sejenak dan menatap tajam Mas Ridwan.

"Mak-maksudku, kenapa mendadak, Ma?"

"Memangnya ada yang salah? Bukannya Indri memang karyawanku. Dia membantu di tempat kerjamu hanya untuk sementara 'kan? Dan sekarang kamu sudah ada karyawan baru juga."

"Ta - tapi, aku butuh Indri untuk membantuku."

Membantu? Membantu dalam hal bercinta maksudmu, Pa. Aku tahu, kenapa kamu keberatan kalau Indri bekerja lagi di butikku. Karena kamu takut tidak bisa bermesraan lagi dengannya.

"Aku berangkat dulu," terang Mas Ridwan dan berlalu begitu saja dari hadapanku.

Heh ... sebegitu berartinya Indri buatmu, Pa.

Dengan cepat aku langsung mengambil kunci mobil. Dan bergegas mengikuti Mas Ridwan ke tempat kerjanya.

Hari ini aku ingin mencari tahu kebenaran tentang kedekatan Mas Ridwan dengan Indri.

***

Aku sengaja menghentikan mobilku sedikit jauh dari tempat kerja Mas Ridwan agar tidak ketahuan.

Kuraih ponsel yang ada di dalam tas dan menghubungi Dina.

"Din, apa Mas Ridwan sudah masuk ke ruang kerjanya? Dan Indri, apa dia sudah datang?"

"Sudah, Bu. Pak Ridwan baru saja masuk. Indri juga sudah datang, tapi dia belum masuk ke ruang kerja Pak Ridwan," jawab Dina dengan suara begitu pelan.

"Nanti kamu kabari saya kalau Indri sudah masuk ke ruang kerja Mas Ridwan!"

"Baik, Bu."

Kulajukan kembali mobilku menuju tempat kerja Mas Ridwan.

Ting ....

Notif pesan masuk dari Dina.

[Bu, Indri sudah masuk ke ruang kerja Pak Ridwan. Dan biasanya sekitar lima belas sampai dua puluh menit Indri di dalam.]

Dengan cepat aku langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko batik yang cukup besar dan terkenal di kota ini. Toko batik milik Mas Ridwan.

Semua pandangan karyawan langsung tertuju padaku. Mereka terlihat begitu tegang tak terkecuali dengan Dina.

Mereka semua memang terlihat sudah mengetahui skandal antara Mas Ridwan dengan Indri.

Sebenarnya, sudah beberapa kali aku mendengar kabar tentang kedekatan mereka. Tapi aku menganggap semua itu hanya angin lalu saja.

Mana mungkin Mas Ridwan tertarik dengan Indri. Secara fisik, aku jauh lebih cantik darinya. Aku juga istri yang ikut andil atas kesuksesan Mas Ridwan dalam usaha toko batiknya, pikirku saat itu.

Akhirnya aku tidak ingin tinggal diam setelah kedekatan Mas Ridwan dengan Indri semakin santer terdengar di telingaku.

Dan aku pun memutuskan untuk mencari informasi tersebut dari Dina. Karyawan yang sudah cukup lama bekerja dengan Mas Ridwan.

"Bu," ucap Dina menghampiriku dengan raut wajah yang terlihat cemas.

Aku paham, pasti dia takut kalau sampai Mas Ridwan mengetahui bahwa dia yang sudah memberi informasi padaku.

"Kamu tenang saja!" terangku dengan menepuk bahunya sembari mengulas senyum tipis.

Langkah kaki ini langsung berjalan menuju ruang kerja Mas Ridwan. Rasanya memang begitu berat. Tapi aku tidak boleh membiarkan hal ini berlarut-larut lebih jauh lagi.

Dengan cepat tanganku meraih knop pintu ruang kerja Mas Ridwan dan mendorongnya begitu kasar.

"Ma-Mama," ucap Mas Ridwan begitu gugup dan langsung menurunkan Indri yang baru saja dipangkunya dengan mesra.

Tanpa berkedip sedikitpun, tatapanku tertuju pada mereka yang terlihat salah tingkah.

Jangan nangis, Arin! Bukannya kamu sendiri yang ingin mengetahui kebenaran tentang hubungan mereka.

"Kenapa, Pa? Apa kedatanganku sudah mengganggu kalian?" tanyaku dengan menahan rasa sakit yang teramat dalam. Tapi aku tidak ingin menunjukkan di depan mereka. Karena sebelum memutuskan untuk mencari tahu kebenaran ini, aku sudah lebih dulu menyiapkan hati kalau akhirnya akan mendapat bukti yang menyakitkan sekalipun.

"A-aku, bisa jelaskan, Ma."

"Jelaskan? Penjelasan seperti apa yang ingin kamu katakan padaku, Pa? Apa yang aku lihat sudah cukup menjelaskan semuanya tanpa perlu mendapat penjelasan lagi darimu."

Indri, perempuan yang sudah tidak asing bagiku. Selain karyawan kami, dia juga keponakan dari Mbak Jum, pengasuh Arza.

Dan kini, perempuan itu persis ada di hadapanku. Setelah aku memergokinya sedang memadu kasih bersama suamiku di ruang kerja.

Sungguh memalukan. Ternyata memang benar, kalau mereka memiliki hubungan yang sangat spesial.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 25 TAMAT

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKULima tahun penjara. Hukuman untuk Indri dan Mbak Jum karena ulahnya sendiri. Setelah melewati beberapa kali sidang, akhirnya aku mendengar putusan Majelis Hakim yang membuat hatiku merasa lega. Semua itu salah kalian sendiri. Kenapa harus menghalalkan segala cara hanya demi harta. Ayah dan Ibu langsung memelukku begitu erat. Mereka juga merasakan hal yang sama sepertiku setelah mendengar putusan tersebut.Aku menatap tajam Indri dan Mbak Jum yang hanya bisa menundukkan kepala di depanku. Hukuman itu memang pantas kalian dapatkan. Orang-orang yang dulu menyakitiku, kini sudah mendapatkan balasannya. -----------Aku hanya bisa membolak-balikkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Mungkin sampai pagi aku tidak akan bisa memejamkan mata. Perasaan deg-deg'an sudah begitu terasa malam ini. Apalagi besok saat ijab qobul.Ya. Aku dan Daffa akan melangsungkan akad nikah besok pagi. Tujuh bulan setelah acara lamaran.Tok tok tok "Rin, kamu sudah tidur?" panggil i

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 24

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKUSebuah pesan dari Indri masuk. Dia memberitahu alamat di mana kami akan bertemu. Dan tetap memberi sebuah ancaman untukku agar tidak lapor polisi."Rin, terus bagaimana ini? Kamu buruan ambil uang dan berikan pada mereka. Agar Arza segera pulang," tegas ibu.Karena harta mereka melakukan hal bodoh yang akan menjerumuskan mereka ke dalam penjara."Arin akan datang, Bu, dengan membawa uang. Tapi bukan untuk diberikan melainkan untuk Arin pamerkan.""Maksudnya, Rin? Kamu jangan main-main! Arza ada bersama mereka."Ayah dan Ibu ikut, tapi dengan mobil lain! Jangan bareng sama Arin! Nanti ikuti Arin agak jauh! Kita ikuti saja akting mereka, Bu!"Mbak Jum, Indri. Kalian itu terlalu amatir untuk melakukan hal seperti itu. Terlalu memaksa meniru adegan seperti di sinetron.Bukan tidak khawatir Arza di tangan mereka. Tapi aku lebih khawatir kalau Arza di tangan penculik asli.***Drrttt drrttt drrttt"Aku sedang perjalanan. Tenang saja! Uangnya sudah ada.""Bu A

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 23

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU"Arin, bukannya Ayah dan Ibu memaksa kamu. Tapi ini sidang terakhir kasusnya Ridwan. Setidaknya kamu datang untuk memberi dukungan kepada Ridwan sebagai ayahnya Arza, tidak lebih," terang ibu yang terus berharap agar aku datang dalam sidang terakhir kasusnya Mas Ridwan."Tapi, Bu. Ibu tahu sendiri 'kan kalau sekarang ibunya Mas Ridwan begitu benci dengan Arin. Apalagi setelah tahu Arin dan Daffa menjalin hubungan.""Biarkan saja, Rin! Cepat atau lambat ibunya Ridwan juga akan paham.""Arin tidak mau, Bu."Ayah dan Ibu terus memaksa agar aku mau datang dalam sidangnya Mas Ridwan yang terakhir kalinya.Akhirnya dengan terpaksa aku pun mengiyakan keinginan mereka.Selama perjalanan, aku lebih memilih diam. Bukannya aku ingin memutus silaturahim dengan Mas Ridwan dan orang tuanya. Tetapi dengan sedikit menjauh dari mereka, aku bisa lepas dari bayang-bayang yang berhubungan dengan Mas Ridwan. Sudah cukup selama ini waktuku terbuang untuk urusan yang berhubu

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 22

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU "Arin ...," teriak Feby yang tiba-tiba muncul di ruang kerjaku.Aku hanya diam dan santai melihat sikap Feby. Sudah tidak kaget, tiba-tiba muncul langsung heboh."Ngapain lihatin aku kaya' gitu?" tanyaku dengan melotot.Feby hanya memalingkan wajah. Sepertinya dia sedang kesal denganku. Tapi kenapa?Aku melanjutkan lagi kerjaanku yang belum selesai. Brukk Tiba-tiba kedua tangan Feby menggebrak meja."Apa-apaan sih kamu, Feb?" "Kamu udah ngga nganggep aku sahabat lagi, ya?" tanya Feby menatapku tajam.Ish ... pertanyaan macam apa itu? Aneh."Menurut kamu?" "Ngga," jawab Feby dengan lantang.Aku langsung menghentikan kerjaan dan menatap Feby dengan begitu dekat."Kamu ngga lagi ngelindur 'kan? Memangnya ada apa? Datang-datang marah.""Kamu udah jadian dengan Daffa 'kan? Arin ... kenapa harus dirahasiakan dari aku? Nyebelin ...."Kini aku hanya terdiam dan menelan saliva'ku."Kenapa malah diam?" tandas Feby."Emangnya siapa yang bilang?""Ngga ada. Ak

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 21

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKUSenyum yang mengembang selalu kulihat dari Daffa ketika dia mengajak bercanda Arza. Kini Daffa memang lebih sering datang ke rumah."Rin.""Ya?"Tatapannya seakan mengisyaratkan sesuatu."Boleh aku bicara sesuatu?""Biacara saja!""Sebelumnya aku minta maaf kalau sedikit lancang. A-apa kamu belum bisa ngebuka hati lagi setelah perceraian kemarin?"Pertanyaan yang membuatku terdiam beberapa saat. "Sebenarnya aku sudah bisa move-on dari Mas Ridwan. Dan untuk ngebuka hati lagi memang belum terpikir, Daff. Sekarang ini aku lebih fokus pada Arza dan kerjaan, seperti yang pernah aku bilang. Untuk ngebuka hati lagi, butuh banyak pertimbangan. Kamu sendiri 'kan tahu, aku udah punya Arza. Dan masalah yang datang dalam rumah tanggaku kemarin, sedikit banyak membuatku harus hati-hati memilih pendamping hidup," jawabku dengan pandangan ke depan."Trauma?"Aku menggelengkan kepala."Tapi kenapa kamu tanya soal itu?" tanyaku balik.Daffa menatapku sebelum akhirnya m

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 20

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU"Arin," sapa Daffa dengan tatapan yang begitu hangat. Sesaat kami pun saling berpandangan."Ekhem ... ekhem ... kaya'nya yang jemput kamu ngga cuma Arin deh, Daff. Aku seperti ngga dianggap," ucap Feby membuat kami mengalihkan tatapan padanya."Iya, bawel," ucap Daffa dengan mengelus rambut Feby dengan kasar. "Mobil kamu mana, Feb?""Di rumah Arin. Nanti kita ke sana dulu ambil mobilku, Daff!"Daffa tidak menghiraukan jawaban dari Feby. Tetapi dia malah menatapku lagi. Dan kali ini tatapannya begitu dalam.Aku sangat gugup dan salah tingkah dengan sikap Daffa yang seperti itu."Pulang ... pulang." Lagi-lagi Feby membuat kami kelimpungan. "Daff, kamu mau duduk di depan dengan Arin atau di belakang?" tanya Feby."Depan aja deh, Feb." jawab Daffa yang membuat mataku membulat sempurna. "Eh, maksudku belakang aja." Sepertinya dia memang sengaja ngerjain aku.Kuhembuskan napas lega dengan memalingkan wajah."Berarti aku di depan dengan Arin, ya. Terus kamu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status