POV RENOPerlahan aku dekati mereka yang sedang menikmati kopi dan kue menu kafe terkenal tersebut.Aku berjalan perlahan di belakang Dona, yang saling berhadapan dengan Andrean Jhon Sujiwo Tejo. Aku berhenti persis di belakang Dona duduk. Andrean kemudian melihat kehadiranku. "Pak Reno? Bapak ada di sini juga. Mari silahkan gabung bersama kami," ucapnya begitu melihatku. Ia berdiri sambil merenggangkan letak kursi di samping mereka.Dona yang duduk membelakangiku secara refleks berpaling ke arahku.Wajahnya sepontan melihatku dengan wajah terkejut. Lalu beranjak dari tempat duduknya dan berdiri."Papa? Pa-pa-papa kok disini?" tanya Dona dengan sedikit gugup. Ia tak mampu menyembunyikan rasa keterkejutannya kepadaku. Ia kemudian berpaling ke arah Andrean yang juga sama terkejut karena Dona memanggilku Papa."Andrean, kenalkan ini suami Dona. Papa kenalkan ini Andrean teman kuliah Dona dulu, i-i-iya baru beberapa minggu di jakarta," ucap Dona dengan berusaha bersikap tenang."Oh, ja
POV RENODengan tanganku ku bongkar puing-puing rumahnya. Tubuhku penuh keringat, mataku bercucuran air mata. Bibirku bergetar sambil memanggil manggil nama Rini.Rini ... Di mana kamu Rini ...Rini ....Mataku bercucuran air mata di antara puing-puing rumahnya yang berusaha aku bongkar dengan tanganku.Tiba-tiba tubuhku di pegang beberapa petugas menghentikan apa yang sedang kulakukan."Pak, Reno. Sabar Pak! Sabar. Nanti kita akan membongkarnya setelah air surut, Pak," ucap beberapa petugas yang berusaha memegangi tubuhku agar aku menghentikan kegilaanku membongkar puing-puing rumah di bawah longsoran tanah dan batu.Aku meronta, berusaha melepaskan diri dari pegangan mereka. Agar aku bisa melanjutkan kembali membongkar puing-puing rumah Rini."Lepaskan pak! lepaskan! Bapak lihat, Rini ada di dalam, kasihan dia! Pasti dia terjepit di dalam. Tidak bisa berbuat apa-apa! Saya harus menyelamatkannya, Pak! Biarkan saya yang membongkar sendirian jika Bapak-bapak tidak mau membantu! Lepaska
POV DONASore itu aku di ajak ketemuan sama si bule Andrean Jhon. Ah, mumpung papa ada rapat dengan perusahaan Jepang. Aku gunakan saja kesempatan itu.Akhirnya kami ketemuan di kafe ternama di Jakarta. Disampingku tempatnya yang santai suasananya juga menyenangkan.Ketika aku sampai, tampak Andrean sudah menungguku. Duh! Gantengnya mirip Brad Pitt. Hidungnya mancung, bibirnya merah, rambutnya ikal kecoklatan, matanya sedikit biru.Ah! Beruntung sekali yang jadi istrinya. Sayangnya aku sudah punya suami. Coba kalau enggak udah pasti aku minta dilamar terus.Ia terlihat senyum-senyum ketika melihat kehadiranku. "Hai, Andrean, sudah lama menunggu?" Sapaku ketika sudah di hadapannya."Oh, not yet honey, just a few minutes ago. You really look so beautiful, honey," ucapnya sambil merenggangkan kursi yang akan aku duduki."Thank you, sayang, kamu juga begitu tampan mempesona," jawabku."So, kamu mau makan apa sekarang, honey?" tanya Andrean dengan logat bahasa Indonesia kaku nya."Apa aja
Di tahanan Polsek Cimanintin aku hanya beberapa hari. Karena kasusku kelas berat akhirnya aku di pindahkan ke Rumah Tahanan khusus perempuan dibawah naungan Kemenkumham.Rumah Tahanan disingkat Rutan adalah tempat para tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Rutan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota.Rutan baru yang saya tempati memang khusus untuk tahanan wanita. Di dalamnya, bercampur para tahanan dengan berbagai jenis kasus. Dari narkotika, pencurian, pembunuhan, penipuan hingga korupsi.Berbagai kasus tapi dalam satu nasib. Rasanya tentu begitu terkekang kebebasannya oleh tembok menjulang tinggi dan jeruji besi. Dalam ruangan yang sempit, mungkin faktor over kapasitas. Aku mau tidak mau harus berdesakan dengan penghuni rutan yang lain. Tidur pun beralaskan tikar atau terkadang langsung bersentuhan dengan lanta
"Kami catat keterangan keberatan versi penasehat hukum. Selanjutnya saya bertanya kepada jaksa penuntut umum. Apakah keberatan dengan apa yang disampaikan oleh penasehat hukum terdakwa? Jika keberatan maka silahkan berilah sanggahan," tanya hakim ketua kepada Jaksa penuntut umum."Kami keberatan yang mulia hakim," jawab ketua Jaksa penuntut umum."Silahkan paparkan kenapa JPU keberatan," ucap majelis hakim."Maaf, yang mulia. Kami menolak akan pemaparan penasehat hukum saudara Rini Amanda Tyas bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili karena saudara Rini Amanda Tyas. Karena dalam penyelidikan dan penyidikan jelas terbukti bahwa terdakwa sah telah menghilangkan nyawa seseorang akibat di tusuk sebilah pisau di area perutnya dalam hal ini dijerat dengan pasal 338 KUHP. Kami juga tidak sepakat dengan penasehat hukum saudara Rini Amanda Tyas yang mengatakan pasal 340 KUHP tidak berlaku bagi terdakwa. Karena terdakwa terbukti membawa sebilah pisau dari rumah. Itu artinya ia memang sudah me
POV RENOSetelah satu bulan lebih mencari dengan memasang iklan. Akhirnya aku mendapat pengasuh Naomi. Seorang ibu setengah baya. Namanya Bu Rokayah. Aku sengaja memilih umur setengah baya. Karena dengan umur segitu pasti sabar menghadapi kenakalan dan kerewelan anak kecil. Jika sudah ada pengasuh yang merawat aku jadi tidak khawatir lagi jika aku harus bepergian urusan bisnis. Aku hanya bisa meluangkan waktuku paling Sabtu Minggu saja selebihnya sibuk bekerja.Umur Bu Rokayah juga matang, penuh pengalaman dalam mengasuh dan menjaga anak. Aku khawatir jika tidak ada yang menjaga. Naomi akan sering jatuh yang mengakibatkan wajah dan tubuh Naomi sering lebam merah membiru. Karena tidak ada yang menjaganya. Sedangkan Dona sepertinya tidak perduli dengan Naomi. Kasihan dia jika harus sering seperti ini. Karena akan mempengaruhi mental dan fisiknya.Satu bulan lebih Naomi tingal dirumahku. Namun Naomi makin terlihat murung tidak seceria dulu, jarang berbicara. Ditambah lagi kulihat waja
Setelah sholat Maghrib dan membaca beberapa ayat Alquran, aku langsung gabung bersama teman-teman didepan televisi yang ada di ruangan tempat kumpul para tahanan wanita.Rencananya aku mau menonton siaran langsung Bu Donita di News TV. Sebab ingin melihat gambaran perkembangan kasus aku kedepannya.Ketika mulai gabung, tampak teman-teman satu sel juga sudah banyak yang ngumpul. Alhamdulillah, mereka juga ikut mensuport dan penasaran dengan perkembangan kasus aku."Waah, nama Mbak Rini masuk trending topik di televisi tuh, Mbak," ucap Kak Rere rekan satu sel, ia ditahan karena kasus pembobolan ATM bersama suaminya."Iya, tuh, langsung terkenal mbak Rini," sela si Yuyun terdakwa kasus peredaran uang palsu, sambil melihat ke arahku."Semoga bisa lekas selesai ya, Mbak kasusnya biar cepat bebas. Pengen deh ada yang bantuin aku juga, kayak mbak Rini biar kasusku lancar. Tapi kasusku berat. Kurir ganja! He he he," ucap si cantik Lena, wanita cantik, masih sangat muda tapi karena terlibat ku
Tak berapa lama, aku melihat dua orang laki-laki dan perempuan, satu anak kecil dituntun oleh mereka.Aku perhatikan dengan seksama hingga mendekat.Semakin dekat semakin jelas wajah mereka.Bu Donita?Siapa laki-laki itu?Tunggu-tunggu, Reno? Bocah itu ... Na-na-Naomi ...?Melihat sosok Naomi aku lalu berdiri dari bangku. Kemudian aku berlari ke arah Naomi. Air mataku luruh tak terbendung lagi rasanya."Naomi ....." teriakku.Kulihat Naomi juga berlari, begitu menatapku dan mengenali."Mama ...." Teriak Naomi.Begitu Naomi semakin dekat. Langsung menghambur ke pelukanku di mana tanganku aku buka lebar-lebarn. Kupeluk erat sekali tubuh Naomi. Tubuh yang selama ini aku rindukan.Rasanya tak ingin aku melepaskannya. Naomi mulai terisak, mataku juga memanas."Naomi .... Maafkan Mama, kamu baik-bail saja kan Naak?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca."Baik, Ma ... Mama kemana aja? Kok gak mau menemui Nomi, hu hu hu hu ...," ucap Naomi sambil menangis hingga bajukupun basah."Maafkan, Mama s