Share

4. cincin

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-05-24 10:46:17

Cincin itu datang dari Mona jewelry pukul setengah tiga sore, kuterima dan segera kucocokkan dengan cincin yang asli. Hasilnya sangat mirip dan nyaris tak bisa dibedakan mana yang asli dan palsu, bahkan pancaran kilau permata dan beratnya sama.

Hanya bedanya, cincin yang asli memiliki cetakan logo nama  perusahaan dilingkaran dalam sedangkan yang palsu tidak.

"Ah, mudah-mudahan Mas Danu tidak menyadarinya."

 Kalaupun ia menyadari dan sampai marah maka aku pun akan membalas dengan kemarahan yang lebih besar lagi karena berani-beraninya ia membelikan cincin mahal untuk wanita yang jelas-jelas tidak menemani berjuang di kala susah dan melahirkan untuknya seorang anak.

Kuletakkan cincin  palsu itu di box cincin asli sedang yang asli kusimpan di kotak perhiasanku.

Tak lama mas Danu datang, bunyi klakson mobilnya menandakan bahwa ia sudah berada di garasi.

Aku segera menuruni tangga menuju dapur dan menyiapkan segelas kopi untuknya.

"Gimana urusannya Mas, lancar."

Ia hanya mendengkus pelan membuang napas, pertanda ia cukup lelah dan suntuk seharian.

"Aku lelah," gumamnya.

"Mas mau makan atau mau mandi lebih dulu?"

"Aku mau maka aja, siapin makanannya," ucapnya.

"Itu udah siap di meja Mas." Ia beralih menuju meja dan membalikan piringnya.

Kuhampiri dan kutuang sesendok nasi dan lauk, ia mulai makan dan aku duduk menemaninya. 

Selama 17 tahun pernikahan aku tetap melakukan rutinitas seperti ini, suamiku selalu dilayani dan ditemani. Tidak sekali pun aku pernah alpa untuk melayaninya di meja makan.

"Oh ya, Mas, cincin klienmu sudah siap, tadi diantar staf."

"Benarkah? Oh baik, makasih." Ia meneguk air dalam gelasnya.

"Di mana cincinnya," sambungnya.

"Di meja kerjamu, Mas," jawabku.

"Oke." Dia menyantap makanannya dengan cepat lalu menuju ruang kerja dengan terburu-buru. Tidak pernah suamiku seperti itu, seperti apapun buru-burunya dia tak pernah sampai meninggalkan makanan, apalah itu, baru beberapa suapan yang dimakannya.

"Mas nasinya kok gak dihabisin?"

"Udah, udah, aku harus mengantar cincin ini pada klien, keburu dia ke luar kota," jawab Mas Danu.

"Emang Mas mau ngantar cincin itu ke rumahnya?"

.

"Gak aku akan mengantar ke kantornya."

Aku rasanya ingin sekali marah tapi aku harus menahannya. Kususul ia di kamar karena jika ia mandi seperti biasa aku akan menyiapakan pakaian yang akan dia pakai di atas ranjang.

"Awasi cincinnya ya Sarah, aku mau mandi," pintanya sambil menunjuk kotak merah di atas meja rias.

"Iya, Mas. Gak usah khawatir, mana ada yang mau maling siang-siang begini, ada tuan rumah lagi," jawabku melengos.

Kesal dan benci karena ia menyuruhku mengawasi benda yang akan dia berikan pada pacarnya, keren sekali bukan? Kreatif suamiku ini. 

Ingin kupalu kepalanya hingga pecah. Tapi karena teringat pada cincin mungil senilai hampir tiga puluh juta yang kini ada dalam genggamanku, maka kuurungkan niat.

"He he he, setidaknya aku telah menukarnya dengan perak dan permata swarovsky biasa senilai 300 ribu rupiah." Aku tertawa jahat.

"Ada apa kau tertawa?" tiba-tiba Mas Danu berdiri di belakangku sambil mengusap-usapkan handuk di kepalanya.

Ia berdiri di sisi ranjang mengenakan kaus dan celana dalam.

"Ma, aku gak mau kemeja ini, kesannya aku sudah sangat tua."  Ia melempar baju itu ke atas kasur.

"Lho, biasanya juga kemeja itu yang Mas pakai buat ketemu klien, nyatanya juga Mas memang sudah tua," sungutku lirih.

"Ma...." Ia membulatkan mata, "Kumohon cepat saja lakukan, aku bisa terlambat."

"Ya ampun Mas, kayak dikejar setan deh," kataku sambil mencarikannya baju lain.

"Aku minta yang kasual aja, kaus polo dan celana jeans serta sepatu," ucapnya.

"Mas mau bisnis apa mau kencan."

"Sarah, ayolah, jangan banyak bicara, aku bur-buru ini," katanya sambil meraih baju yang baru saja kuambil dari dalam lemari.

Secepat kilat ia kenakan pakaiannya, kaos kaki lalu sepatu, berdiri di kaca rias menyisir rambut hingga klimis, lalu menyemprotkan parfum sebanyak mungkin hingga ruang kamar terasa pengap oleh aroma parfum.

"Mas mau kemana sih, mandi parfum," kataku.

"Kan tadi udah ku bilang, mau nganterin cincin."

"Sebaliknya Mas, seperti pria yang mau tunangan," bantahku.

"Ya ampun, Sarah, suami mau bisnis kok ngomong gitu, bukannya malah mendoakan biar usahanya berkah dan kliennya makin banyak."

Aku hanya berdecak kecil sambil membuang napas kasar.

"Iya, Mas. Aku selalu doakan kamu, semoga kamu sukses selalu, tetap sayang dan setia pada anak dan istri," balasku.

"Kok ngomong gitu, anak sama istri tetap utama 'lah," imbuhnya.

Aku hanya memajukan bibir dan tersenyum getir dengan cara ia berdusta, benar-benar kelas kakap suamiku ini, aku baru tahu.

Suamiku bergegas turun dan meraih kunci mobil.

"Nanti aku pulangnya agak malam, kamu mau dibawakan apa?"

Aku menghampirinya dan memeluknya, "Bawakan cinta saja."

"Ada ada saja, kamu Ma," ucapnya sambil tertawa.

"Ya aku ingin, kemana pun kau pergi hatimu tetap ada di sini bersamaku, aku ingin menjadi satu-satunya rumah untukmu kembali," kataku sambil menyentuh dadanya dengan ujung jari.

"Aku pergi dulu." Ia mengecup pipiku dan masuk ke mobilnya lalu melambai kecil.

"Aku pulang telat ya, Ma."

"Iya, Pa."

"Pergilah sayang, antarkan cincin palsu itu pada gundikmu." Aku membatin sambil tertawa puas. Kurogoh saku dan kutatap cincin itu berkali-kali. Apakah akan kujual atau kupakai sendiri? Bagaimana?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   19

    Jadi menang aku atau Gundiknya? Aku bertanya pada diriku di depan kaca rias sambil membersihkan sisa sisa make up sore tadi.Selepas arisan dan sepulangnya para sahabat dan kolega akhirnya aku bisa berbenah lalu mengistirahatkan diri lepas dari sedikit masalah tentang Erika.Suamiku mendatangi ke tempat tidur dan merebahkan dirinya ke sampingku."Bagaimana, apakah hari ini hari yang panjang bagimu, Mas?""Aku cukup lelah Sarah, aku mohon untuk tak perlu membahasnya lagi," ucapnya sambil memejamkan mata."Aku juga lelah Mas, sebaiknya kita tak perlu bicara banyak," balasku lalu merebahkan diri dan memejamkan mata.***Kutemui putriku pagi ini meja makan dia terlihat bersemangat membenahi rambut dan tasnya."Kamu sudah siap ke sekolah Nak?""Iya, Ma.""Kamu gak apa-apa?"Ia terlihat membulatkan mata dan tersenyum tipis "Buat apa malu atau takut, Ma.""Oke sayang, kalo gitu mari makan," kataku.Suamiku bergabung bersama kami tak lama setelahnya."Oh ya, Pa, aku mau minta tambahan uang y

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   18

    "Lihat apa yang terjadi Sarah," ujar Mas Danu sambil menghempas tubuhnya dengan frustrasi di sofa selepas ia pulang kerja sore ini."Ada apa, Mas?""Erika membuat mereka yang tadinya ingin mengambil mutiara dengan nilai beli 700 juta akhirnya membatalkan kerja samanya," ucap Mas Danu kecewa."Benaran, Mas, Bisa secepat itu?" "Iya bisa dong, Erika punya banyak kolega dan relasinya menyebar di mana-mana, ia punya pengaruh." Mas Danu memijiti kepalanya."Andai tidak ada latar belakang dendam asmara, mungkin ia tak akan membatalkan kontrak tanpa sebab, wanita itu mudah baper dan tidak profesional sama sekali," celaku pada gundiknya."Bukan begitu ....""Kenapa? Memang kenyataannya kok," sergahku."Lagian Mas juga andai ga menjalin cinta, Mas tidak akan rugi," tudingku sambil menuangkan segelas air minum di meja makan yang tak jauh darinya.Ia hanya membuang napas kasar dan terlihat amat gusar."Kendalikan sikap dan emosimu Sarah.""Aku telah mengendalikannya dengan baik, Mas. Andai tidak

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   17

    "Kurang ajar!" Teriaknya yang lalu keluar dari mobilnya, suasana malam di komplek kami tidak ramai dan temaram membuat Etika berani keluar dari pintu mobilnya."Kamu kelewatan ya, aku bisa saja mematikan bisnis perhiasan dan mutiara suamimu," katanya dengan nada emosi."Kau pikir kau Tuhan yang bisa mematikan rezeki orang lain?" balasku."Kurang ajar," geramnya meradang lantas datang menghampiri dan mulai mendorong bahuku dengan kedua tangannya.Aku pun tak mau kalah membalas dan terjadilah saling dorong mendorong di antara kita berdua, ia mengenakan sepatu tinggi dan dress selutut sedangkan aku menggunakan sandal berbulu khusus di untuk di dalam rumah.Kami saling mobil, saking membenturkan badan ke mobil dan saling berjatuhan, bergulingan dan saling memukul dan mencakar."Dasar kepar**" teriaknya."Wanita murahan," balasku.Ia menampar wajahku keras hingga pipiku terasa sangat pedas, lantas kubalas dengan satu gerakan dan seketika wajahnya luka oleh bekas jari kukuku."Hei, ada apa

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   16

    "Laila buka pintunya Nak," bujukku sambil mengetuk pintu kamarnya."Aku gak lagi mau bicara dengan siapa pun Ma," jawabnya, " Biarkan Laila sendiri."Aku tak bisa memaksanya jika itu memang keinginan anakku, maka aku beranjak dari depan pintu kamarnya.Aku kembali ke bawah dan menemui asisten rumah tangga dan memintanya menyiapkan makan malam."Ina, tolong ini dimasak ya," kataku sambil menunjukkan kantong berisi cumi dan sayuran."Iya, Bu."Kemudian kutemui Mas Danu yang masih membisu di ruang tivi. Kuhempaskan diri di sampingnya lalu berkata,"Katanya Mas tidak akan bersama Erika lagi, nyatanya apa?"Ia masih membisu." Mas menyuruhku menyiapkan kebutuhan untuk ke luar kota tapi Mas malah pergi belanja dengan wanita lain, dan membeli kebutuhannya," ujarku marah."Tolong jangan menyalahkan aku.""Lho siapa yang mau disalahkan kalo bukan Mas, siapa?" lanjutku."Aku ... Aku minta maaf," katanya lirih."Maaf terus, seolah semua masalah kelar dengan kata maaf, tobatnya Mas, seperti tobat

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   15

    "Mama ... itu Papa dengan siapa?" ucap putriku dengan raut wajah kebingungan.Saat itu aku sendiri juga tak tahu harus mengatakan apa kepada Laila sedang suamiku berdiri terpaku juga wanita yang menjadi kekasihnya kehilangan kata-kata."Kenapa Papa bisa bersama dengan wanita itu?" Lanjut Laila."Papa menemaninya saja," ujar Mas Danu terhadap pertanyaan dan sangkaan putriku"Tapi kenapa dia sampai bergelayut di lengan Papa?" Pertanyaan itu membuat Mas Danu terkejut dan tidak bisa menjawab"D-Dia hanya teman Papa," balas Mas Danu.Belum selesai suamiku bicara, anakku telah mendekat menghampiri Erika, tanpa aba-aba ia menjambak wanita itu dengan keras."Laila ...," Seruku berusaha menghampirinya cepat untuk menghentikannya."Arggh ...." Wanita itu menggeram karena tidak sigap menerima gerakan Laila.Erika gelagapan karena rambut poninya yang ditarik dengan keras oleh anakku."Kamu pelakor hah?!" Laila mendesis sambil terus menjambaknya.Wanita itu tidak berusaha melawan melainnkan han

  • AKU ATAU KEKASIH (GELAPMU)   14

    Kubuka pintu rumah dengan santai melewati ruang tamu yang di sana sudah menunggu suamiku. Kulirik Jam dinding bergaya klasik berukuran besar yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam."Kamu dari mana, Ma?""Dari arisan Pa.""Kok lama banget," tanyanya."Udah biasa kan, Pa?""Apakah tidak terjadi keributan di sana?" tanyanya tiba-tiba, suaranya memantul dalam keheningan rumah seolah menginterogasi kesalahanku.Aku langsung menangkap, tampaknya wanita itu tak melewatkan sedikit hal pun untuk tidak disampaikan pada suamiku."Apa maksudmu, Mas?" tanyaku membalikkan badan."Kamu bertengkar lagi""Gak.""Tapi ...."Gumbrang ....Aku sudah muak, sebingga reflek kuhempas aksesoris yang terpajang di bufet depan."Selalu tentang Erika, tentang laporan wanita itu lagi!" Desisku marah.Ia memandang pecahan kaca itu dan berkata,"Tidak, bukan tentang itu," bantahnya cepat."Lantas?""Cincin."Kulirik benda cantik yang melingkari jari manis ku. Kuremas jemariku sendiri."Kenapa?","Katakan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status