แชร์

Chapter 6 Kerja Sampingan

ผู้เขียน: Bubuk Kacang
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-06-20 22:26:10

Aku mengikuti saran Nita untuk menpublishkan novel yang sudah aku terjemahkan selama satu tahun ini. Ada beberapa paltform online yang katanya bisa mempublish novel terjemahan. Ya untung untung investasi jangka panjang.

“Ning mending untuk menambah pendapatan, kamu upload cerita yang sudah kamu terjemahkan ke platform-platform cerita online. Sekerang sudah banyak yang berbayar kok. Untuk penambah pembaca kamu juga membuat akun f******k untuk mempromosikannya. Memang perlu usaha yang keras sih kalau baru mulai merintis. Tapi dari pada didiamkan sama di komputer kan sayang Ning.”

“Emang boleh Nit novel terjemahan dimasukin ke platform-platform online?”

“Boleh banget dong ning, apalagi sekarang ada yang namanya kontrak exclusif dan non exclusif. Jadi kamu bisa bilih mau di publikasikan ke satu platform saja atau ke banyak platform. Apa lagi kalau kamu bisa nulis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Kamu tahukan kalau novel terjemahan biasanya bahasnya amburadul. Nanti sekalian kamu latihan membuat novel sendiri, siapa tahu bisa diterbitkan.”

“Jadi itu penghasilan diam-diammu selama ini Nit?”

“Iya ning, aku kan cari kesibukan karena suamiku jarang pulang, keseringan dinas di luar kota. Sebenernya dia ngajakin aku ikut ke tempat dinasnya, tapi aku lebih nyaman disini Ning. Kalau bosen bisa pergi ke rumah orang tua ataupun mertua. Kasihan kalau tidak pernah dijenguk sama anak-anaknya.”

“Ternyata kamu perhatian juga sama mertua ya Nit.”

“Iyalah mertuaku sangat baik ning, kadang aku merasa sungkan atas perhatian mereka. Suamiku memang bukan anak satu-satunya, tapi saudaranya yang lain memutuskan untuk pindah ke luar kota. Anak terdekatnya hanya aku dan suamiku kalau lagi pegang cabang sini.”

Aku mencoba semua platform novel yang direkomendasikan Nita, sambil mencoba melihat peluang yang paling besar dimana. Lumayan bisa untuk menambah pengetahuan tentang ilmu baru ini.

“Kamu lagi ngapain Ning? Tumben hari sabtu masih mainin computer, ada deadline buat senin?”

“Enggak kok mas aku lagi iseng publish novel terjemahan aku pas kuliah dulu.”

“Emang boleh dipublikasikan Ning? Itu kan terjemahan.”

“Kata Nita bisa mas, makanya ini aku coba karena penasaran.”

“Ya udah terserah kamu aja, Mas kagum sama ketekunan kamu Ning. Mas hari ini mau pergi ya ketempat Bram.”

“Mau ngapain mas tumben?”

“Mau curhat kali aja dia bisa ngasih mas kerja sampingan, dia kan kliennya banyak Ning.”

“Ya udah mas hati-hati ya mas, semua kalau ditekuni pasti hasilnya bagus mas. Entah sekecil apa hasil yang kita dapatkan diawal pasti lama-lama juga ga terasa jadi banyak hasilnya kalau kita tekun Mas. Kamu harus belajar tekun mulai sekarang.”

Ibu memang selalu memanjakan Mas Dimas selama ini jadi dia selalu berada di zona nyaman.

“Semoga kamu tidak pernah berubah mas, tetap percaya sama aku. Karena landasan yang utama dalam hubungan suami istri adalah kepercayaan. Apalagi sekarang aku sudah memiliki pekerjaan di luar rumah. Semoga rumah tangga kita dijauhkan dari hal-hal negatif mas.” Batinku.

***

“Mas gimana kalau kamu bikin Angkringan aja di lapangan depan kompleks. Disana banyak anak nongkrong Mas, nanti aku temenin jualannya. Menunya nanti tinggal pesen di budhe Titin.” Usulku pada Mas Dimas saat dia bingung mau buka usaha apa.

Kami sedang menikmati buah Melon potong setelah makan malam.

“Apa apaan kamu Ning, masa kamu nyuruh anak ibu jualan nasi kucing sih Ning. Jualan yang agak bagusan dikit dong Ning, pecel ayam kek atau apa gitu.” Protes ibu mertua.

“Kan kalau angkringan hanya modal gerobak, tikar sama terpal buat jaga-jaga kalau hujan Bu. Jajannya juga modalnya modalnya dikit bu, kalau bisa bikin sendiri lebih banyak Bu untungnya.”

Mas Dimas hanya terdiam mendengar perdebatan antara aku dengan ibu mertua

“Kamu tuh mikirnya uang uang uang terus Ning, tuh lihat muka Dimas udah kusut gitu.”

“Ini kan juga demi masa depan Mas Dimas bu, kalau Mas Dimas ada tabungan hidupnya jadi tenang. Kalau nanti butuh uang untuk keperluan dadakan Mas Dimas ada pegangan. Ibu kalau bisa juga punya uang tabungan bu, buat jaga jaga.”

“Udahlah Ning jangan ceramah mulu ga akan terjadi apa apa sama Ibu dan Dimas. Kamu ga usah bilang hal hal yang belum tentu terjadi.”

“Untuk saat ini Mas belum bisa nabung Dek sampai cicilan mobil selesai.”

“Makanya aku minta biar Mas Dimas cari kerjaan sampingan. Jangan kerja yang terlalu berat, dikit dikit saja yang penting rutin masuk kantong setiap hari.”

“Kamu kan tahu Mas pulangnya malem Ning, kamu ga kasihan lihat mas banting tulang sampai jungkir balik?”

“Bukan itu maksud aku mas. Tapi Mas harusnya ada gambaran mau merintis usaha apa untuk masa tua nanti. Mas juga belum punya tabungan kan?”

“Udahlah Mas pusing, mau ngerokok dulu di luar.”

“Loh kenapa Mas Dimas ngeroko lagi, sejak kapan Mas?”

“Sejak Mas pusing mikirin keluarga kecil kita.” Ujarnya sambil berlalu keluar.

Aku menghembuskan nafas kasar. Segera ku bereskan meja makan, mencuci piring bekas makan malam agar bisa segera tidur.

Kubiarkan saja Mas Dimas memikirkan masa depannya. Aku sudah banyak memberinya masukan tapi tak ada satupun yang dilakukan. Entah apa yang ada didalam pikiran Mas Dimas. Selalu terlena di zona nyamannya sendiri.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 23 Rencana Membuka Butik

    Sepulang dari rumah Mas Dimas aku mengajak ibu dan Bapakku untuk membiacarakan sesuatu hal yang penting.“Pak, Buk sebenarnya Nining ingin minta tolong Bapak dan Ibu untuk membantu Nining mengelola bisnis Nining yang ada di Solo. Alhamdulillah usaha Nining selama ini sudah berkembang dan Nining sudah membuka toko di Solo.”Aku melihat wajah Bapak dan Ibu terkejut tidak mengerti.“Sejak kapan kamu berbisnis Ning? Bukankah kamu selama ini hanya ibu rumah tangga biasa? Itu sebabnya ibu mertua kamu selama ini tidak berbuat baik sama kamu?” tanya ibuku“Ibu benar, aku mengelola bisnis ini memang dari rumah aja bu. Dengan bantuan internet, sebenarnya sudha sejak kuliah Nining menjalankan bisnis ini bu, namun karena modalnya belum terkumpul jadi Nining tanya membuatnya dengan online aja bu. Tapi Nining juga punya partner bisnis yang membangun bisnis ini berama Nining. Bapak dan Ibu ingat dengan teman Nining, Sandra yang dulu sering Nining ajak mampir kerumah?”Kulihat ibu dan bapak mencoba m

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 22 Tanda Tangan Mas Dimas

    Agar masalah ini segera selesai aku memutuskan untuk meminta tanda tangan Mas Dimas sendiri. Pulang dari kantor Pak Rajendra aku memutuskan ke rumah Ibu mertua untuk meminta tanda tangan Mas Dimas. AKu harus mengambil kesempatan di hari bahagia mereka, agar ibu bisa meminta Mas Dimas menanda tangani surat perceraian antara aku dengan Mas Dimas. Aku yakin pasti Ibu mertuaku sangat bahagia akan kedatanganku dengan membawa surat gugatan perceraian.“Pak, kita langsung ke Rumah Ibu Siti ya Pak, buat minta tanda tangan Mas Dimas.”“Iya Ibu juga ingin melihat bahagimana reaksi Dimas dan Bu Siti melihat kedatangan kita ke rumah mereka.”“Bapak nanti jaga emosi Bapak ya, jangan terpancing emosi jika Bu Siti bilang yang aneh-aneh tentang Nining. Bapak tenang saja, Nining sudah terbiasa mendengar hinaan dari Ibu Siti.”“Kamu tenang saja Ning, Bapak pasti bisa mengontrol emosi Bapak, Bapak tidak ingin mengotori tangan Bapak untuk memberi pelajaran pada Dimas, jika kamu saja ikhlas masa Bapak mal

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 21 Bertemu Pengacara

    Senin pagi-pagi sekali aku mengumpulkan semua berkas yang dibutuhkan. Aku akan menemui pengacara yang direkomentasikan Nita untuk membantuku mengurus perceraian dengan Mas Dimas. Aku membaca nama pengacara tersebut di kontak handphone ku. Aku merasa seperti tidak asing dengan nama itu. “Rajendra?” gumamku sambil melihat kontak yang diberikan Nita kemarin. Aku akan menelfonnya terlebih dahulu, meskipun sudah di buatkan janji dengan Nita, setidaknya aku juga memastikannya sendiri kan. Aku menekan tombol Call pada kontak Rajendra, tak lama kemudian suara bass dan maskulin menyapa indra pendengaranku.“Selamat pagi, dengan Rajendra disini.” ucapnya formal.“Selamat pagi Pak Rajendra, saya Nining teman Nita yang ingin meminta bantuan Bapak untuk mengurus perceraian saya. Bisa kita bertemu hari ini Pak, untuk membahas masalah perceraian saya?”“Ohh Bu Nining. Iya Ibu, tenang saja kemarin Nita sudah membuatkan janji temu ya Bu. Di kantor saya Jalan. Melati No. 405 Pukul 10.00 ya Bu, saya ha

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 20 Kedatangan Bapak dan Ibu

    Setelah menenangkan diri di Masjid dekat taman, aku memutuskan untuk belanja ke Pasar untuk membeli keperluan dapur karena Bapak dan Ibu akan datang. Aku tidak mungkin menyambut kedatangan mereka dengan meja kosong. "Sekalian belanja untuk seminggu kedepan kali yaa, biar ibu ga perlu belanja lagi selama di Semarang." ujarku sambil memilih ikan yang segar. Setelah membeli semua keperluan dapur aku membeli jajanan pasar langgananku untuk dihidangkan kepada kedua orang tuaku. Aku harus bisa menjamu mereka dengan baik agar kesedihan yang aku alami, tidak membuat mereka sedih. Aku harus bisa terlihat baik-baik saja saat mereka ada di Semarang. Aku tahu ketika aku sedih pasti orang tuaku akan lebih sedih daripada diriku sendiri. Mana ada orang tua yang rela melihat anak yang mereka sayangi sepenuh hati disakiti oleh orang lain. Apalagi orang tuaku yang selama ini selalu menjaga perasaan anak-anaknya. Sesampainya di kontrakan aku memasukkan semua belanjaanku ke dalam tempat khusus agar leb

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 19 Memasang Topeng Kebahagiaan

    "Bagaimana para saksi, Sah?" tanya pak penghulu yang sudah menikahkan Mas Dimas dengan istri barunya."Sah!" sentak semua orang yang ada diruangan ini dengan serentak.Tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku, aku segera menghapus air mataku. Semua tamu bergantian memberikan selamat kepada kedua mempelai, aku berdiri melepas kaca mata bacaku dan memasang senyum lebar. Aku berjalan menuju pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan ijab qobul."Selamat yaa Mas Dimas dan Mbak Zulaikah, akhirnya kalia bersatu dalam pelaminan, dan maaf Mas Dimas aku akan mengajukan gugatan cerai untuk Mas Dimas. Selamat ya Bu, karena ibu sudha mendapatkan menantu yang ibu idam-idamkan selama ini. Semoga hidup ibu bahagia." ucapku kepada mereka bertiga.Ibu Mertua menolak uluran tanganku yang ingin bersalaman dengan Beliau."Udah ga usah basa-basi, ngapain kamu disini? jangan merusak hari bahagia Dimas dan Zulaikah. Aku tidak ingin ada wanita pembawa sial yang

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 18 Perubahan Mas Dimas

    Aku menjalani rumah tanggaku dengan ketidaknyamanan selama satu bulan terakhir ini. Mas Dimas sekarang lebih sering menginap di rumah ibu dengan alasan kesehatan ibu yang menurun, tapi anehnya aku tidak boleh menjenguk ibu. Aku tidak tahu apa yang sedang di sembunyikan mas Dimas dariku, tapi aku harap dia menjaga kesetiaannya kepadaku. Meski dulu aku sempat ragu akan reaksi mas Dimas jika aku tidak subur, tapi mas Dimas berhasil menyakinkan ku bahwa rumah tangga kita akan baik-baik saja karena kita berdua bisa saling menghargai satu sama lain. Aku menepis semua pikiran buruk yang memenuhi pikiranku. Aku yakin kita berdua bisa melewati semua ujian dalam pernikahan kita berdua.Aku menjalani hari-hariku seperti biasa bekerja, menulis, berjualan dan menjadi ibu rumah tangga. Aku menikmati semua pekerjaan yang aku lakukan sehingga membuatku merasa tidak kosong karena jarangnya Mas Dimas dirumah. Aku anggap ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa untuk pernikahanku dengan Mas Dimas. Aku mene

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status