AKU BUKAN BENALU

AKU BUKAN BENALU

By:  Bubuk Kacang  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
23Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Setelah menikah dengan Mas Dimas, aku mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga. Mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan mengurus ibu mertua karena Mas Dimas merupakan anak lelaki satu-satunya yang dimiliki ibu mertua. Suatu katika aku mendengarkan ibu mertuaku menjelek-jelekkan aku di depan para tetangga. Dengan bangganya ibu menghina dan memfitnahku dengan kejamnya. Mendengar penuturan ibu mertua membuatku bertekat untuk menghasilkan uang sendiri agar aku tidak perlu menggunakan uang anak kesayangannya itu. Namun ternyata keinginanku untuk hidup mandiri malah dijadikan oleh ibu mertua untuk menghancurkan pernikahanku dengan Putra semata wayangnya itu. Sikap Mas Dimas berubah 180 derajat setelah aku berkegiatan di luar Rumah. Akankah pernikahanku dengan Mas Dimas dapat kupertahankan?

View More
AKU BUKAN BENALU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
23 Chapters
Chapter 1 Fitnah Ibu Mertua
“Ning ini uang bulanannya.” Ujar Mas Dimas sambil menyerahkan amplop coklat padaku. “Bisa ditambahin ga mas uang bulanannya? Ibu kan makannya pilih-pilih mas.” “Ga bisa Ning kan kamu tahu sendiri gaji Mas berapa, yang dua setengah buat bayar cicilan mobil sama uang bensin dek.” “Ya gimana dong mas? Kan ibu ga mau makan dirumah kalau aku masaknya ga sesuai keinginan ibu.” “Udah ga papa kamu masaknya sesuai uang yang mas kasih aja, ibu biar beli kalau ga mau makan. Ibu ada pegangan uang dari pensiunan Bapak.” Jelas Mas Dimas kala itu ketika aku meminta tambahan uang bulanan. “Tapi uang ibu habis buat keperluan ibu sendiri mas.” “Udahlah Ning Mas udah pusing di kantor masa dirumah juga ngurusin hal kayak gini juga sih?” “Ya udahlah terserah Mas Dimas, aku minta tambahan uang karena uang tabungan aku udah habis mas. Aku udah ga punya pegangan.” “Masak seadanya aja Ning, lauk ayam kan juga udah enak jangan masak aneh-aneh.” Aku menikah dengan Mas Dimas karena kami saling mencintai
Read more
Chapter 2 Mengembalikan Sisa Uang Bulanan
“Jadi selama ini ibu ga suka kalau aku hanya dirumah, dan menghabiskan gaji Mas Dimas untuk kebutuhan rumah tangga?”“Bukan itu maksut ibu Ning, tapi harusnya kamu juga bantuin Dimas cari uang dong Ning. Ga cuma mangandalkan uang Dimas aja.”“Tapikan ibu tahu kalau Mas Dimas yang ngelarang Nining buat dirumah aja. Nining ga boleh kerja sama Mas Dimas bu” jelasku pada ibu mertua yang menuntutku bekerja.Setelah aku tahu bahwa selama ini ibu menganggap aku numpang hidup pada Mas Dimas, aku bertekat untuk berdiri sendiri. Aku akan membuktikan kepada Ibu bahwa aku bisa menjadi mandiri tanpa bergantung pada gaji anak kesayangannya itu. Sebenarnya meskipun dirumah saja selama satu tahun ini aku menjadi seorang penerjemah novel asing. Yahh sesuai dengan jurusan kuliahku selama ini, masa aku sekolah tinggi-tinggi ilmu yang kupelari sampai jungkir balik tidak kugunakan sama sekali. Karena itu aku sering berada dikamar setelah semua pekerjaan rumahku selesai. Mungkin karena hal itu ibu jadi mer
Read more
Chapter 3 Bertemu Teman Lama
“Bu Nining pergi dulu yaa, mau ada wawancara kerja.”“Nah gitu dong Ning cari kerja jangan Cuma dikamar aja.”“Iya bu biar ibu ga makan sama tahu tempe lagi, nanti ibu ya yang ngomong ke md?” rayuku pada ibu.“Memang gaji dari Dimas ga bisa beli ayam Ning? Kok selama ini kamu masak enak selama ini?”“Dari tabungan Nining bu, tapi sekarang tabungannya udah habis.” Ujarku agar ibu bisa sedikit menghargai usahaku menyenangkannya selama ini.“Alah bohong kan kamu sama ibu, mana mungkin kamu punya tabungan?”“Ada bu dikit-dikit, tapi sekarang sudah habis.” Aku ga mau ibu tahu kalau selama ini aku diam-diam jadi penerjemah.“Ya udah sana kamu pergi wawancara, nanti biar ibu yang bilang ke Dimas.”“Assalamualaikum bu.” Ucapku sambil mencium tangan ibu mertuaku.“Waalaikum salam.”“Hmm punya mantu kok perhitungan sama ibu mertuanya” gumam ibu yang masih bisa kudengar.Aku bergegas pergi menggunakan motor maticku menuju kantor editor majalah.“selamat pagi mbak, hari ini sama mau interview.”“
Read more
Chapter 4 Pengorbanan yang Sia-sia
Aku sampai rumah sore hari, saking asyiknya ngobrol sama Nita sampai lupa waktu.“Assalamualakum bu.” Ujarku sambil mencium tangan ibu.“Waalaikum salam, kamu darimana saja Ning jam segini kok baru pulang?”“Nining tadi ada keperluan sebentar bu sama temen, ini Nining bawain lumpia.”“Lumpia daging bukan Ning?” Tanya ibuku dengan semangat.“Lumpia biasa bu, kan ibu tau Nining lagi ga punya uang.” Kulihat wajah ibu tak sesemangat tadi.Mas Dimas pulang setelah maghrib“Mas Dimas mandi dulu ya, nanti langsung makan malam. ada yang mau aku omongin.”“Ya udah mas mandi dulu biar seger badannya. Mas capek banget hari ini.” Mas Dimas memasuki kamar mandi dengan lesu.“Tumben makannya cuma sama tahu tempe Ning?”“Iya mas kan uang bulanan kita menipis sekarang.”“Kemaren-kemaren ga pernah begini, kamu jangan boros dong ning.”“Kemarin kan aku tutupin pake uangku Mas, tapi karena ibu menganggap selama ini aku hanya numpang hidup denganmu maka akan kuperlihatkan arti numpang hidup yang sebenarn
Read more
Chapter 5 Menantu Idaman Ibu Mertua
Habis maghrib para tetangga menjenguk ibu mertua“Bu Siti sakit apa bu? Kemarin perasaan masih segar bugar penuh semangat ee kok malemnya loyo.” Tanya bu lilis.“Ga tau nih bu lilis, mungkin karena pikiran.”“Jangan terlalu banyak pikiran bu Siti, Zulaikah bawakan bu Siti buah pear katanya bagus untuk menurunkan tekanan darah. Buah pear kan banyak airnya jadi pasti bu siti jadi semangat makan buah.”“Zulaikah selain pinter nyari uang juga perhatian ya sama orang tua, terima kasih ya Zul.” Ucap ibu mertua berseri-seri“Iya bu Siti sama-sama, sesama tetangga kan harus saling tolong menolong.”Aku melenggang pergi meninggalkan ibu mertua dan ibu-ibu yang lain untuk membuat minuman. Jika tidak menyuguhi minuman aku nanti akan semakin di jelek-jelekin sama ibu mertua.“Nining lama banget sih kamu cuma bikin minumas aja.” Ujar ibu saat melihatku mengantarkan the hangat.Aku hanya diam sambil menyajikan minuman untuk para tetangga“Jangan keras-keras bu Siti kalau bicara sama menantu.”“Saya
Read more
Chapter 6 Kerja Sampingan
Aku mengikuti saran Nita untuk menpublishkan novel yang sudah aku terjemahkan selama satu tahun ini. Ada beberapa paltform online yang katanya bisa mempublish novel terjemahan. Ya untung untung investasi jangka panjang.“Ning mending untuk menambah pendapatan, kamu upload cerita yang sudah kamu terjemahkan ke platform-platform cerita online. Sekerang sudah banyak yang berbayar kok. Untuk penambah pembaca kamu juga membuat akun f******k untuk mempromosikannya. Memang perlu usaha yang keras sih kalau baru mulai merintis. Tapi dari pada didiamkan sama di komputer kan sayang Ning.”“Emang boleh Nit novel terjemahan dimasukin ke platform-platform online?”“Boleh banget dong ning, apalagi sekarang ada yang namanya kontrak exclusif dan non exclusif. Jadi kamu bisa bilih mau di publikasikan ke satu platform saja atau ke banyak platform. Apa lagi kalau kamu bisa nulis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Kamu tahukan kalau novel terjemahan biasanya bahasnya amburadul. Nanti
Read more
Chapter 7 Ujung Pertikaian
Ternyata menjadi penulis di Platform online tidak mudah. Aku butuh lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan ritmenya. Benar kata orang “Hal yang paling sulit adalah memulai sesuatu”. Aku yang sudah terbiasa menulis novel terjemahan nyatanya masih kelimpungan. Aku harus menyesuaikan Bahasa yang aku gunakan agar mudah dipahami oleh semua kalangan. Tidak mudah mengajukan kontrak dengan platform platform tersebut. Mungkin aku harus banyak belajar biar bisa membaca peluang. Dan belajar menulis novel sendiri agar memiliki karga original. Bismilah mudah mudahan semua dilancarkan dan aku bisa istiqamah pada jalan yang telah aku pilih. “Gimana Ning nulis di platform online?” Tanya Nita padaku saat break makan siang. “Susah Ning, pusing banget aku, masih bingung butuh waktu buat beradaptasi.” “Ga papa Ning nikmati saja prosesnya, lama lama juga pasti enak kok ngejalaninnya.” “Iya kamu bener banget Nit. Kita harus bisa membuka peluang yang ada didepan mata. Jangan sampai terlewat begitu s
Read more
Chapter 8 Rezeki Terhalang Restu Ibu
Seminggu sudah kita memutuskan untuk menyewa sebuah rumah untuk kita tinggali. Akan tetapi aku merasa selalu sendiri di rumah kontrakan. Waktu luang lebih aku pergunakan untuk menulis cerita daripada aku terus memikirkan kapan Mas Dimas akan pulang dari rumah Ibunya. Sekarang aku juga bergabung menjadi reseller pakaian, hanya bedanya aku bekerja sama dengan adikku yang tinggal di Solo. Karena aku tidak punya waktu untuk pergi ke Solo mengambil pakaian yang aku pasarkan. “Dek nanti Mas Dimas pulang kerja mampir dulu ke rumah Ibu ya Ning, mau melihat kondisi Ibu.” Pulang kerja Mas Dimas selalu mampir ke tempat Ibunya dan pulang ke kontrakan saat aku sudah tidur, entah jam berapa. Waktuku dengannya hanya waktu pagi sebelum dia berangkat kerja. “Iya Mas meskipun sekarang kamu sudah menjadi suamiku, aku juga tahu posisi kamu sebagai anak satu satunya Ibu.” “Seandainya kamu dan Ibu bisa akur, pasti Mas seneng banget Ning.” “Mas kamu lihat sendiri kan perlakuan Ibu kamu ke aku? Aku kuran
Read more
Chapter 9 WFH di Rumah Ibunya
Sudah tiga bulan kami tinggal di kontrakan, hubunganku dengan Mas Dimas sudah sangat membaik. Meskipun saat ini ada wabah Covid 19 tapi tidak berpengaruh pada pekerjaanku, bahkan sedang ada proyek sebagai editor untuk sebuah novel online. Karena lockdown dan dianjurkan dirumah saja membuat peminat novel online meningkat tajam. Hal ini membuat aku harus sering lembur di kantor. Bahkan novel yang aku publish di platform online juga jadi banjir pembaca mesipun aku belum bisa menghasilkan banyak rupiah dari novel online. Tapi aku yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.“Mumpung hari ini aku pulang lebih awal sebaiknya aku mampir ke rumah ibu mertua.” gumamku. Kulihat ada mobil Mas Dimas terparkir di halaman rumah ibu.“Aku parkir di pinggir jalan sajalah, biar nanti pulangnya enak. Sudah ada mobil Mas Dimas jadi sempit kalau aku parkir motor di halaman.” Samar-samar aku mendengar obrolan ibu dengan Mas Dimas.“Kamu kok masih jam kerja gini di rumah ibu sih Dim seminggu ini, kamu d
Read more
Chapter 10 Tak Tik Ibu Mertua
Pov Ibu MertuaAku harus bisa membuat Dimas kembali lagi ke rumah ini. Dan aku berharap dia kembali ke rumah ini sendiri tanpa Nining.“Dimas kamu ga bisa tinggal di rumah ini lagi? Ibu kesepian dim dirumah sebesar ini sendirian.” Ucapku memelas untuk mencari perhatian putra kesayanganku ini.“Ibu kan tahu dimas ga bisa lihat ibu dan nining adu mulut terus tiap hari. Kapala dimas rasanya mau pecah kalau mendengar perdebatan kalian berdua. Ini pilihan yang tepat agar Ibu dan Nining berjauhan untuk menghindari konflik diantara kalian. Ibu paham kan? Aku ingin yang terbaik buat Ibu dan Nining.”“Ya udah terserah kamu deh, yang penting setiap makan malam kamu harus makan disini. Kalau kamu ga makan malam disini ibu ga mau makan.” Ancamku pada Dimas.“Iya bu, Dimas janji sama ibu.” Pintaku pada dimas sebelum dia meninggalkan rumah ini untuk tinggal bersama istrinya di sebuah rumah kontrakan sederhana.Aku harus mendekatkan Zulaikah sama Dimas, kulihat sepertinya perasaan Zulaikah sama Dima
Read more
DMCA.com Protection Status