Home / Rumah Tangga / AKU ISTRIMU MAS! / Pencarian Asisten Rumah Tangga

Share

Pencarian Asisten Rumah Tangga

Author: Vinassa
last update Last Updated: 2025-01-18 23:15:30

Abara berjalan menuju kamar mandi sambil tetap membayangkan wajah sang nenek yang mengaku sebagai istrinya. Ia merasa kesal dan ingin segera mencari solusi.

Setelah mandi, Abara sarapan dan memutuskan untuk berangkat ke kantor. Di dalam mobil, dia memikirkan rencana untuk mencari pembantu rumah tangga.

"Ini adalah solusi terbaik," katanya pada dirinya sendiri. "Dengan begitu, aku bisa menghindari nenek itu."

*

Sesampainya di kantor, Abara langsung menemui sekretarisnya, Lestari.

“Lestari, aku butuh bantuanmu,” kata Abara. "Saya ingin mencari pembantu rumah tangga. Bisakah Anda membantu saya mencarikannya?"

Lestari mengangguk. “Tentu saja, Tuan. Saya akan mencari beberapa kandidat yang cocok.”

Setelah menerima perintah,

Lestaripun segera memberitahu beberapa rekannya dan membuat loker di media sosial untuk mencari asisten Bara. Dan tak butuh waktu lama, banyak orang yang menghubungi dan melamar melalui chat pada nomor yang ia lampirkan.

Ketika dirasa sudah menemukan beberapa yang tepat, ia berusaha mencari kandidat lain untuk bertemu dengan Abara nanti.

Bara masuk kamar, menutup pintu dan memijat kepalanya. Dia merasa lelah dan bingung. Siapa sebenarnya nenek itu? Mengapa dia mengaku sebagai istrinya?

Saat itu, ponsel Bara berdering. Dia melihat ke layar dan menemukan nama "David", teman sekolah lamanya.

"Hei, Bara! Apa kabarmu?" tanya David.

"Kabar buruk, David...." Bara terhenti.

"Kenapa? Bukankah kamu baru saja menikah?" David bertanya dengan rasa ingin tahu.

(...)

(...)

"Oh... Baiklah, aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu, maafkan aku karena terlambat dan aku tidak bermaksud untuk tidak menghadiri pestamu kawan, atau membalasnya karena kamu tidak menghadiri pernikahanku saat itu. waktunya. Tapi, situasinya mendesak," lanjut David karena Bara belum menjawab pertanyaannya dan hanya diam saja.

David justru merasa tak suka dengan sikap Bara yang terkadang selalu terlihat pendiam dan cuek. Bahkan ia tidak pernah tahu tentang kehidupan Bara. Karena menururnya Bara bisa dibilang tertutup, bahkan media sosialnya sepi seperti kuburan. Mungkin di sisi lain, Bara juga tak pernah mau mengurusi kehidupan David atau orang lain. Bahkan “kepo” pada kehidupan mereka di media sosial.

Tapi, kali ini. David merasa penasaran dengan apa yang terjadi, karena sejak SMA Bara adalah tipikal orang yang jarang curhat.

"Kenapa Bar? Apa kamu baik-baik saja? 

"Aku kurang enak badan, Vid. Ada yang aneh," ucap Bara kali ini.

"Dan terima kasih atas ucapanmu. Lagipula aku tahu saat itu kamu pasti ada acara lain jadi kamu tidak datang," lanjut Bara.

"Lalu, sebenarnya apa yang terjadi? Jangan khawatir, aku bilang kamu bisa memberitahuku jika kamu punya masalah," jawab David kini 

"Ini, sebenarnya ..."

"Aku tidak tahu siapa istriku sebenarnya," jawab Bara.

"Apa?"

"Mengapa?"

Bara menceritakan semua yang dialaminya kepada David, temannya sejak SMA.

**

Beberapa hari kemudian, Lestari mempertemukan Abara dengan beberapa kandidat.

Hingga beberapa kandidat terpilih. Namun, belum ada yang cocok dan mereka malah bertemu dengan kandidat yang aneh.

"Aku bisa memasak, bersih-bersih, dan... menari balet!" ucap Pak Tono calon ke 102 yang baru saja masuk ke ruangan Bara.

"Balet?" tanya Bara sambil mengerutkan alisnya. Rasanya konyol.

“Iya, untuk menghibur Bapak dan Istri nanti,” jawab Pak Tono kini

“Ini tidak biasa.” Lestari menambahkan

Pak Tono pun memperlihatkan kepiawaiannya menari balet yang membuat Bara hanya menahan tawa dan merasa tidak cocok dengan Pak Tono. Tampaknya nanti Pak Tono tidak bisa diajak bekerja sama.

Bara dan Lestari memutuskan untuk mencari calon lain. Namun peserta yang jumlahnya ribuan itu belum bisa meyakinkan hati Bara. Dan sering kali ditolak. Hingga mereka bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Bayu yang baru saja memasuki ruangan Bara dengan nomor 1001.

“Saya bisa masak, bersih-bersih rumah, dan pekerjaan lain,” kata Bayu kini

Bara dan Lestari nampaknya mulai lelah dan lelah setelah memilih. Akhirnya... Diputuskan bahwa Bayu akan menjadi asisten rumah tangganya.

Abara memilih seorang pemuda bernama Bayu yang berpenampilan ramah dan efisien. Dan sepertinya Bara juga familiar dengan wajahnya. Sepertinya dia pernah melihat Bayu sebelumnya. Namun lupa dimana? 

"Bayu, kamu bantu aku mengurus rumah dan menjauhkan aku dari...tamu tak diundang," kata Abara sambil tersenyum.

Bayu terkejut, namun langsung tersenyum. "Saya siap membantu Pak. Saya akan menjaga kerahasiaan dan mengurus rumah dengan baik."

Abara segera membawa Bayu ke rumahnya. Sebenarnya... Dulunya dia punya asisten rumah tangga. Bi Suti. Namun, beliau mengambil cuti karena merasa tua.

🥀🥀

Abara pulang bersama Bayu. Dia mengetuk pintu dan wanita paruh baya itu muncul.

Bayu melihat sang nenek dan segera mengambil tindakan. "Selamat malam, Bu. Saya Bayu, asisten rumah tangga Pak Abara. Ada keperluan apa, siapa yang harus saya layani?" ucap Bayu langsung memperkenalkan dirinya.

"Apa?" tanya wanita tua itu dengan kaget.

Abara mengenalkan Bayu pada sosok nenek di delpannya. “Nenek, ini Bayu, asisten rumah tangga kita yang baru.”

Wanita tua itu memandang Bayu dengan tidak senang. “Apa yang dia lakukan di sini? Aku tidak membutuhkan orang lain untuk menjagamu.”

Bayu tersenyum sopan. "Aku hanya ingin membantu Tuan Abara dan Nenek."

Abara berusaha tenang. "Nenek, Bayu akan membantu kita. Jangan khawatir."

"Tapi... aku istrimu, Mas. Dan kamu tidak membutuhkan orang lain untuk melayanimu, aku tetap bersedia," imbuh wanita itu membuat Bara kesal dan Bayu terkejut.

"Istrinya siapa? Maaf, saya kira ibu itu nenek Pak Bara." timpal Bayu

"Jaga ucapanmu yaah! Aku istri Bara!" jawabnya sambil berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Wanita itu mulai merasa cemburu dan terancam. Ia berpikir untuk memperlakukan Bayu dengan kasar agar Bayu tidak betah dan tidak mengganggu ketentraman rumah tangganya.

*

Abara meminta Bayu untuk tidur di kamarnya. "Bayu, kamu tidur di sini saja," tanya Bara pada Bayu kini

"Bukankah di sana ada kamar yang kosong, Pak? Aku tidak enak badan, apalagi kita sesama laki-laki dan nanti Oyang, oops, maaf, maksudku, istrimu bisa marah kalau tahu kita teman sekamar," jawab Bayu. sekarang mencoba menolak.

Bayu ragu, tapi Abara meyakinkan. “Jangan khawatir, aku hanya butuh seseorang untuk diajak bicara.”

"Dan... Sebenarnya aku memilihmu untuk menghindariku dari keterikatan itu," jelas Bara kini.

"Baik pak. Kalau itu yang anda inginkan," jawab Bayu sambil tersenyum. Bahkan dalam hatinya dia bersorak gembira. Karena ada sesuatu yang ingin dia rencanakan.

"Pak Abara, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa anda ingin saya menjadi asisten di rumah ini?" tanya Bayu ketika mereka memasuki kamar dan menyimpan koper mereka.

"Bayu, sebenarnya... Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Mak yang menempel itu. Dia mengaku sebagai istriku dan semakin aneh sejak kami menikah beberapa bulan lalu,"

"Aku sudah mencoba memahaminya, tapi aku lelah. Aku merasa mandek."

"Bisakah... kamu membantuku?"

Dengarkan pidato Bara sekarang. Angin semakin mudah. Dia pikir rencananya akan berhasil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kesempatan

    Liyana menutup jendela dengan hati-hati. Tirai ditarik, bukan untuk menghalangi cahaya, tapi untuk memutus pandangan dari dunia luar—dari mata-mata yang bisa saja dikirim Sapphire atau Gustur.Langkahnya ringan menuju meja kecil di sudut kamar. Ia menarik laci dan mengeluarkan ponsel cadangan. Ponsel itu tidak terhubung dengan jaringan utama rumah Danendra, dan hanya digunakan untuk satu hal: menghubungi penyelidik kepercayaannya.Kode Aman: L-52 diaktifkan.Liyana mengetik pesan cepat ke seseorang bernama “Titik Bening”:> “Sapphire tahu identitasku. Minta tolong cari hubungan dia dengan Gustur. Jangan lacak dari rumah ini. Prioritaskan nama ‘Arta Kencana’—pernah dengar dia sebut diam-diam.”Pesan terkirim.Liyana menghela napas. Ia tahu langkah selanjutnya bukan hanya bertahan, tapi menyerang balik.Karena Sapphire telah menunjukkan wajah aslinya, artinya Liyana tak perlu lagi pura-pura ramah jika harus bertemu.Lalu, pikirannya melayang pada Bara.Laki-laki itu... pria yang dulu ha

  • AKU ISTRIMU MAS!    Tantangan dari masalalu

    Liyana berdiri membeku di balik dinding batu taman. Nafasnya tercekat saat mendengar gumaman terakhir Sapphire yang menusuk seperti jarum dingin ke tulang belakangnya.> “Aku tahu kamu dengar semuanya, Bayu, UPS salah, Lily.”Sapphire kemudian berbalik dan melangkah anggun menuju rumah, meninggalkan jejak ancaman halus yang masih menggantung di udara.Liyana mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Jantungnya berdentam kencang, tapi bukan karena takut. Ini bukan hanya soal rahasia yang terbongkar—ini soal Bara. Tentang bagaimana wanita lain mencoba memutar balik kepercayaannya.Ia tahu Sapphire bukan sekadar datang sebagai “mantan”. Perempuan itu licin, penuh strategi. Dan barusan, dia meletakkan bom psikologis di hati Bara.Liyana buru-buru masuk ke kamarnya, duduk di tepi ranjang sambil memijit pelipis. Ia harus bertindak. Tapi dengan cara yang tak sembrono.Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan di pintu kamarnya.Tok. Tok. Tok.Suara itu berat. Ia langsung tahu.“Lily,” panggi

  • AKU ISTRIMU MAS!    Pertarungan sesuangguhnya baru dimulai

    Langit mulai berwarna jingga ketika Bara melangkah keluar dari kamarnya. Kepalanya masih dipenuhi tanya, hatinya masih digelayuti rasa ragu. Bayu—atau siapa pun dia sebenarnya—semakin membuat pikirannya tak tenang. Tapi belum sempat ia menarik napas panjang, seseorang menghampirinya dari arah taman samping rumah.“Sapphire?” Bara sedikit terkejut melihat wanita itu muncul tanpa pemberitahuan.Sapphire mengenakan gaun biru muda yang jatuh lembut, kontras dengan rambut hitamnya yang dikuncir rapi. Tatapannya hangat, tapi ada sesuatu di balik senyumannya yang tak bisa Bara baca."Kenapa kamu tak menghampiriku? dan mengabaikan pesan," ungkapnya kini“Aku tahu kamu sedang kacau. Makanya aku datang. Aku... mau jujur,” ucap Sapphire pelan, suaranya mengambang di udara sore itu.Bara mengernyit. “Jujur tentang apa?”Sapphire menarik napas dalam, lalu melangkah lebih dekat. “Aku minta maaf, Bara. Aku... sudah tahu sejak awal siapa Bayu sebenarnya. Tapi aku diam. Aku... aku disuruh Ryven buat m

  • AKU ISTRIMU MAS!    Antara cinta dan Benci

    Di sudut rumah, malam itu sunyi. Bara duduk di ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya yang terbingkai di rak kayu. Foto itu kini terasa asing. Dua wanita—satu di rumahnya kini mengaku Liyana, satu lagi adalah Bayu yang ia pikir asisten, tapi ternyata juga Liyana.Bara menutup mata. Pusing. Perasaannya campur aduk.“Kenapa semua orang menipu saya?” bisiknya lirih.Malam semakin larut. Udara dingin menyusup di antara sela-sela jendela kamar, namun hati Bara lebih beku dari cuaca. Ia masih duduk termenung di kursi kerjanya, memandangi surat perceraian yang belum ia tanda tangani.Tangannya menggenggam pena, tapi matanya kosong. Setiap kali ia menatap nama “Liyana” di lembar itu, dadanya seperti diremas. Ia benci. Tapi juga... rindu. Ia kecewa, namun juga merasa hangat saat mengingat semua hari-hari bersama Bayu—atau Liyana, sekarang. Ia bahkan tak bisa menyebutnya dengan pasti."Kenapa kamu harus jadi Bayu?" gumamnya lirih.Tak lama kemudian, terdengar ketukan pelan di pintu kamar Ba

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kesalahpahaman Dan Luka

    Pagi itu, matahari enggan menyinari kamar Bara. Tirai masih tertutup rapat, dan udara di dalam kamar terasa pengap, seperti hatinya yang sesak oleh berbagai perasaan yang bertumpuk.Bara masih duduk di meja kerjanya. Matanya menatap satu berkas di hadapannya — berkas pengajuan cerai.Tangannya menggenggam pulpen, namun tak kunjung menorehkan tanda tangan di atas kertas itu. Di luar, terdengar suara burung berkicau, seolah mengejek kebimbangannya.“Kenapa kamu gak pergi aja, Lily?” gumamnya pelan. “Kenapa kamu harus bikin semuanya serumit ini?”Kata-katanya dingin, tapi suaranya bergetar. Ia bukan benar-benar marah... lebih tepatnya, kecewa. Terluka. Tertusuk oleh harapan yang sempat ia pupuk diam-diam sejak Liyana — atau Lily — kembali hadir di hidupnya sebagai Bayu.“Lily...” Bara memejamkan mata, menyebut nama itu dengan berat. “Kamu tahu enggak... saat kamu ngelap keringat saya waktu saya demam... saya ngerasa damai. Saya pikir, Bayu i

  • AKU ISTRIMU MAS!    Masih cinta

    Malam itu Bayu (Liyana) berdiri ragu di depan pintu kamar Bara. Ia sudah berkali-kali mengangkat tangan untuk mengetuk, tapi akhirnya kembali ragu. Namun malam ini, ia sudah tak tahan lagi. Ia butuh kejelasan. Butuh berbicara. Butuh menjelaskan. Walau tidak semuanya. Kamu harus kuat, Liyana, bisiknya dalam hati. Dengan satu tarikan napas panjang, akhirnya ia mengetuk pintu. Tok. Tok. Beberapa detik sunyi. Lalu suara langkah pelan terdengar mendekat. Pintu terbuka. Bara berdiri di ambang, hanya menatap sebentar, lalu berbalik badan dan kembali masuk tanpa mempersilakan. Tapi Bayu (Liyana) menganggap itu sebagai isyarat untuk masuk. Ia melangkah perlahan, menutup pintu di belakangnya. Keduanya kini berada dalam satu ruangan yang hening. Suasana tegang merayap seperti kabut. “Ada apa?” tanya Bara tanpa menoleh. Suaranya datar. Bayu (Liyana) mengecap bibirnya yang kering. “Aku... aku mau bicara, Mas.” Bara duduk di kursi dekat meja, menyilangkan tangan. “Kalau ini s

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rasa ini

    Bayu (Liyana) duduk di atas ranjang sempit dengan mata kosong menatap langit-langit. Hatinya berat. Ia baru saja kehilangan Bara untuk kedua kalinya, dan kali ini lebih menyakitkan karena pria itu sendiri yang berpaling darinya."Dia pikir aku selingkuh..." bisiknya getir. "Dengan Ryven pula..."Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya ingin menjerit, tapi suara itu hanya terkurung di tenggorokan.Sementara itu, Bara duduk diam di ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya dengan Liyana yang masih terpajang di rak. Tangannya mengepal."Kenapa kau kembali hanya untuk menghancurkan aku lagi, Liyana?" batinnya. Ia ingin marah, ingin menghapus foto itu, ingin melupakan segalanya—tapi wajah Liyana terus mengganggunya. Kenangan mereka dulu pun berkelebat tak henti.Bara menghempaskan diri ke kursi, frustrasi. Ia tidak tahu harus percaya siapa. Nenek yang mengaku Liyana, atau Bayu yang jelas-jelas berbohong? Tapi wajah Bayu saat bicara dengannya... entah kenapa selalu seperti Liyana.

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bimbang

    ---Di Vila DanendraSudah tiga hari Bara tidak menyapa Bayu. Bahkan tak menatapnya. Seolah keberadaannya transparan. Padahal biasanya, sekalipun mereka tak banyak bicara, ada tatapan… ada kesadaran bahwa mereka saling hadir.Bayu duduk di pinggir ranjang kecil di kamar tamu yang kini jadi tempat tidurnya. Wig-nya ia simpan rapi di dalam laci, dan rambut aslinya terurai, mulai tumbuh tak rapi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin—mata Liyana menatap balik dari balik wajah Bayu."Apa aku harus menyerah...?" bisiknya lirih.Namun bayangan orangtuanya yang masih dalam cengkeraman Gustur membuatnya menggertakkan gigi. "Belum. Aku belum boleh pergi sebelum kebenaran terungkap."Ia keluar menuju dapur, berpura-pura mencari air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Bara di balkon atas, berdiri sendiri, memandang langit malam.Bayu menatap punggung itu lama. Hatinya sakit. Ingin mendekat, tapi takut ditolak.Sementara itu...Di BalkonBara menghela napas panjang. Wajahnya keras, tapi matany

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rumit

    Malam Hari – Ruang Tengah Rumah DanendraLangkah Bayu—atau Liyana—bergetar pelan saat menuruni tangga. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia sudah bersiap. Sudah menyusun kata-kata di kepala, berkali-kali. Malam ini, ia ingin mengakhiri semua kebohongan dan mengatakan yang sebenarnya pada Bara.Namun, ketika ia sampai di ruang tengah... Bara tak ada di sana. Yang ada hanya keheningan. Bahkan aroma kopi kesukaan Bara pun tak tercium. Aneh. Biasanya pria itu akan duduk membaca atau diam menatap api perapian.“Pak Bara?” panggilnya pelan.Tak ada jawaban.Dengan hati-hati, Bayu melangkah ke arah kamar Bara. Pintu sedikit terbuka. Ia mendorongnya perlahan dan menemukan Bara sedang duduk sendiri di ranjang, memunggunginya.“Pak...”Bara tidak menoleh. Bahunya tegang. Sunyi.Bayu menegakkan tubuh, mencoba tetap tenang. “Saya ingin bicara sesuatu... penting.”Bara masih diam. Hanya suara angin malam dari jendela yang terbuka sedikit mengisi keheningan.Bayu melangkah maju. “Saya... saya tahu se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status