Kira -kira tidak lama berselang dari bermain bola dengan anakku, tiba-tiba mataku pusing dan badan lemah sekali. Aku baru ingat aku dan Surya belum makan siang.
"Nak, ayo berhenti dulu. Makan dulu yuk, ibu pusing, Surya juga makan dulu ya." Pintaku memelas."Nggak mau, pokoknya main bola." Jawab Surya cemberut." Nanti kalau Surya mau makan, ibu belikan permen dan coklat deh." Bujukku."Iya sudah, Surya mau makan, tapi suapin kan tadi pagi Surya makan sudah makan sendiri, sekarang dsuapin ibu ya." Pinta Surya."Oke Sayang, yuk makan dulu." Aku menggendong Surya dan masuk ke rumah.Didalam rumah ternyata sudah ada mas Arya yang sedang menyantap makan siang."Mas, habis makan, tolong temenin Surya mainan ya, aku capek banget. Mau istirahat sebentar saja. "Suamiku mengangguk sambil terus mengunyah makanan."Makanya kalau punya anak jangan didekep aja, ajarin anaknya main sama anak tetangga dan nggak bikin kamu repot. " Sahut suamiku."Lo, Surya ini udah sering aku ajak main ke rumah tetangga. Tapi Surya gak mau, mungkin dia juga masih adaptasi karena baru 5 bulan kita tinggal di sini . Lagian seharusnya Mas juga bawa Surya jalan-jalan keliling kampung atau kemana. Kan Mas yang tinggal lama di sini daripada aku yang pendatang." Omelku.Kali ini aku tidak tinggal diam kalau disalahkan dalam mendidik anak. Aku sudah berbuat banyak dalam rumah tangga ini."Hhhh....iya deh, iya, nanti aku temenin main bola. Ayo sekarang Surya makan dulu ya." Kata suamiku.Usai makan, suamiku bergegas sholat. Sementara aku masih menyuapi Surya. Dan betapa terkejutnya aku saat selesai makan, malah mendapati suamiku tertidur di depan tv. Segera kumatikan tvnya dan menegur suamiku."Mas, bangun Mas, ini lo, katanya mau ngajak main Surya. La kok tidur sih, apa kurang puas tadi tidurnya?"Suamiku hanya menggeliat dan berkata, "Sebentar dulu, ngantuk ini, besok aku kirim barang ke Jakarta lagi."Aku kecewa sekali. Sudah dari subuh tidur sampai siang, sekarang tidur lagi."Nak, Ibu lelah sekali, main bolanya nanti sore ya, sekarang ibu ceritakan Nabi Nuh saja ya, kemarin kan belum selesai." Tawarku.Surya tampak berpikir sejenak. "Emm, boleh deh, Bu,"Lantas aku membimbingnya ke kamar dan mulai bercerita.Tak berapa lama, kulihat Surya tertidur, aku bersyukur dalam hati dan ikut tidur juga.Adzan Ashar membangunkanku. Bergegas keluar dari kamar tidur dan bersiap sholat. Kulihat suamiku masih mendengkur di depan TV."Mas, mas, bangun, sholat dulu, " ucapku. "Sebentar, masih ngantuk, "sahutnya."Halah biarin, yang penting sudah kubangunkan, dan kuingatkan sholat, " batinku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kadang aku lelah selalu mengingatkannya untuk sholat, tapi bila bukan aku yang mengingatkan, lamtas siapa lagi.Usai sholat di Masjid, kulihat beberapa anak sudah berkumpul di ruang tamu. Aku memang membuka jasa baca Iqro' dengan bayaran seikhlasnya. Kalau di desa seperti ini ada yang membayar berupa sembako, dan ada yang berupa uang. Semua kuterima dengan senang hati."Assalamualaikum, ustadzah, " sapa anak didikku serempak."Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, tunggu sebentar ya, ustadzah bangunin Surya dulu biar ngaji bareng." Jawabku."Iya, ustazdah," jawab mereka.Segera aku menuju kamar, menggendong Surya, dan mengajaknya ke kamar mandi.Setelah Surya siap, mengajipun dimulai. Semua anak didik mengajiku ada 8 orang. Termasuk Surya.Jam 16.45 semua telah selesai mengaji. Dan mereka pamit pulang."Mas, gas nya habis nih, tolong belikan dulu ya, aku masih tanggung ini ngupas bawang buat sambel." pintaku."Lah , kok aku ke warung, mana ada laki-laki ke warung beli gas." Jawab mas Arya."Bukannya Mas sering ke warung beli rokok, gak ada salahnya kan kalau ke warung beli gas?" tanyaku sebal."Beli aja sendiri, aku lagi buka youtub nih, kalau masangin gas aku mau." Sahutnya."Duh, memang kalau istri sehat dan gak sakit, mana mau mas Arya beli gas." Batinku.Aku lantas menyambar jilbab dan pergi ke warung sendiri dan langsung kupasang sendiri. Padahal dulu sewaktu masih belum menikah, selalu bapakku yang beli gas dan memasangnya untuk ibuku."Ya Allah, aku harus kuat demi anakku, walaupun kenyataannnya aku sudah teramat lelah." Batinku.Next?Flash back OnSaat itu aku baru pulang kerja dari mall sebuah mall besar di kotaku, saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku."Assalamualaikum, ""Waalaikumsalam,"bergegas ke ruang tamu. Dan saat kubuka pintu terlihat sesosok pemuda yang selama ini menghias mimpi-mimpiku."Mas Aji, silahkan masuk Mas, ada perlu apa ya kemari?" tanyaku berdebar."Ini, nganter undangan, insyallah minggu depan aku menikah. Datang ya." Ucapnya setelah duduk di ruang tamu.Dengan tangan gemetar, aku menerima undangan tersebut."Insyallah Mas, aku datang." Sahutku.Sepulang mas Aji dari rumahku, aku segera masuk kamar. Perasaanku berkecamuk. Berarti selama ini cuma aku yang merasa istimewa. Whatsapp yang selama ini mengajak sholat atau ikut pengajian bareng-bareng dengan teman lainnya artinya apa. Apa aku yang baper dan memendam perasaan spesial. Aku menangis dengan menutup muka pakai bantal agar tidak terdengar suara sedu sedannya."Nduk, sudah jam 4 sore kamu belum sholat lo." Suara ibu membangunka
Flash back On"Dek, kita kan udah nikah, nih, gimana sekarang enaknya? apa kamu resign dan ikut aku aja?" tanya mas Arya.Saat ini kami berada di rumahku."Duh, gak bisa kayaknya Mas, posisi aku sudah lumayan di sana, sudah 2 tahun kerja jadi admin kantor di mall itu. Aku juga bisa nabung sedikit-sedikit dari gaji. " Sahutku keberatan."Aku juga gak bisa ninggalin usaha travel yang baru kurintis, Dek, " ujar mas Arya lagi."Ya sudah, kita LDR an dulu aja ya Mas. Kan banyak pasangan baru yang juga LDRan dan mereka bahagia." Sahutku."Emang kamu gak papa kalau LDRan?" tanya mas Arya."Ya gak papa, sih, asal saling setia aja sudah cukup." Jawabku.Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba LDRan dulu selama setahun. Sebulan setelah menikah, mas Arya mengunjungiku dan membawakan sekantung penuh snack dan kue dari betamart dan ayam goreng crispy dari kf*."Ya Allah, Mas, banyak banget ini. Habis berapa semua kue dan snack ini?" tanyaku."Ya gak papa,kemarin ada orang sewa mobil dan juga minta
Flash back OnAku tidak tahu harus menceritakan kelakuan mas Arya pada siapa. Di pengajian yang aku datangi dulu, penceramahnya berkata bahwa suami istri itu bagaikan selimut satu sama lain. Kalau seorang istri membuka aib suami, itu sama saja dengan membuka aib sendiri.'Tapi ini beda, ini tentang tabungan masa depanku. Tabungan masa depan kami. Iya kalau uang yang mas Arya pinjam bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Kalau buat beli snack dan kue gimana.' batinku terus berdialog dan aku tetap tidak tahu harus meminta solusi pada siapa.'Kalau uang suami adalah uang istri juga, bukankah uang istri juga uang suami?' ada suara lain dalam hatiku.'Tapi kan memberi nafkah tugas suamin dan kalau mas Arya meminta uang terus padaku sampai aku gak bisa nabung, terus tiba-tiba aku hamil bagaimana?' pikiranku bercabang. Batinku berperang.'Aku harus diskusi dengan seseorang yang aku percaya, seseorang yang amanah dan mampu memberi solusi.'Dan keputusanku adalah menceritakan pada mbak Neti.Maka
Flash back onMalamnya, mas Arya berangkat ke Bali, bersama rombongan yang menyewa mobil dari kantor mas Arya.Aku pun menunggu di rumah, dan berkenalan dan bertamu dengan tetangga sekitar sehingga aku tidak menunggu sendirian di rumah.Sepulang dari Bali, mas Arya membelikan banyak sekali oleh-oleh, daster bali dan selimut bali untukku, makanan ringan dan ayam betutu.Aku bahagia sekali. "Mas, banyak banget bawaannya. Banyak ya penghasilan nyupirnya? " tanyaku. Berharap ada sisa untuk di tabung atau dibuat belanja kebutuhan hidup sehari-hari." Ya udah habis, tinggal 100 ribu buat pegangan bensin. Kan buat beliin oleh-oleh dan snack buat kamu, dek," sahutnya santai."Waduh Mas, boros banget sih, emang 3 hari nyupirin orang dapat berapa? harusnya dikasih aku semua. Nanti biar aku yang atur berapa untuk bensin, berapa untuk belanja bulanan, berapa untuk ditabung." Jawabku sewot."Untuk saat ini, mumpung belum ada anak, kita nabung dulu lah, Mas, kan masih belum butuh daster." Sahutku l
Flash Back OnHari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku."Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya."Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya."Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah."Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek."Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki."Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya."Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku."Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku."Kalau gitu
Flash back OnAkhirnya aku memutuskan pulang ke rumah mengendarai travel. Aku masih berharap bahwa ATM ku terselip entah dimana dan saldo masih utuh.Untung di dompetku masih ada uang 250 ribu, untuk membayar travel 85 ribu, masih tersisa untuk pegangan.Dari semalam, mas Arya tidak menyapaku. Aku pun mendiamkannya. Sampai setelah subuh saat aku berpamitan padanya, dia tetap dingin."Mas, aku pulang dulu, Assalamualaikum," kataku sambil meraih dan mencium tangannya." Asal kamu tahu, aku tetap nggak mengijinkanmu pulang." Sahut mas Arya.Aku diam saja dan melangkah mencari ibu mertua."Bu, saya pulang dulu mau mengurus ATM, Assalamualaikum, " pamitku sambil mencium tangan mertuaku."Waalaikumsalam, sebenarnya tanpa izin suami, istri tidak boleh meninggalkan rumah." Kata ibu mertua."Iya Bu, saya mohon maaf." Jawabku singkat.Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil travelku datang menjemput.Hari masih pagi, saat mobil travel memasuki halaman rumahku. "Assalamualaikum, Bapak,
Flash back OnAku melirik cincin mas kawin di jariku. Sekelebat ide terlintas."Ibu, Dea ingin menjual cincin mas kawin ini sebagai pegangan dan modal usaha bikin takjil dan lauk puasa di depan rumah, gimana menurut ibu?" tanyaku."Wah, jangan cincin kawin Nduk dijual, gimana kalau emas yang kamu tabung di ibu aja yang dijual. Kan ada beberapa perhiasan itu.Dijual satu buat pegangan dan modal, sama aja kan?" tawar ibu."Haduh, mending cincin kawin itu aja dijual Bu, hitung-hitung si Arya bayar utang sama Dea. " Sahut mbak Neti sengit."Laki kok letoy, gak bisa banget cari duit." lanjut mbak Neti lagi."Hush...kamu jangan bilang gitu Net, gimanapun, Arya kan masih suami Dea, Dea sendiri yang memilihnya kan?" Bapak menengahi."Kalau memang mau menjual cincin kawinmu ya gak papa Nduk, kan sudah hakmu, bapak dukung kok kalau kamu buka takjil di depan rumah, insyallah laris." Sambung bapak lagi.Akhirnya keesokan harinya, aku menjual cincin kawinku. Dan menggunakan sebagian uangnya untuk m
Flash back On"Kalau aku mengaku telah mengambil ATMmu apa kamu mau pulang ke rumah dan memperbaiki pernikahan kita?" tanya mas Arya."Belum tahu, Mas, emang kamu yang ambil ta?" pancingku."Iya aku yang ambil, aku fikir uang yang ada dimanfaatkan dulu, kalau habis kan bisa cari lagi." Jawabnya pelan.Aku geram sekali dengan ucapannya. Seenaknya saja dia mengambil ATM ku dan menghabiskan isinya tanpa izin dariku. Apalagi menggunakannya untuk senang-senang dengan temannya."Entahlah, aku mau istikhoroh dulu, kita lanjut ngobrol besok-besok, dan mungkin lebih baik aku lebaran di rumah orang tuaku dulu. Assalamualaikum." Putusku sepihak.Aku kembali serius dengan bisnis dadakan snack takjil. Sampai tak terasa lebaran kurang dua hari.Saat asyik menyiapkan aneka bahan gorengan terakhir untuk takjil besok, aku mendengar ponselku berbunyi."Assalamualaikum, Dea, ini mbak Nira," sapa suara seberang."Waalaikumsalam mbak Nira, ada apa ya? " tanyaku to the point."Gak lebaran di sini ta dek, d