Home / Rumah Tangga / AKU LELAH, MAS! / bab 2. Kumohon Bantu Aku!

Share

bab 2. Kumohon Bantu Aku!

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-05-01 11:51:44

Kira -kira tidak lama berselang dari bermain bola dengan anakku, tiba-tiba mataku pusing dan badan lemah sekali. Aku baru ingat aku dan Surya belum makan siang.

"Nak, ayo berhenti dulu. Makan dulu yuk, ibu pusing, Surya juga makan dulu ya." Pintaku memelas.

"Nggak mau, pokoknya main bola." Jawab Surya cemberut.

" Nanti kalau Surya mau makan, ibu belikan permen dan coklat deh." Bujukku.

"Iya sudah, Surya mau makan, tapi suapin kan tadi pagi Surya makan sudah makan sendiri, sekarang dsuapin ibu ya." Pinta Surya.

"Oke Sayang, yuk makan dulu." Aku menggendong Surya dan masuk ke rumah.

Didalam rumah ternyata sudah ada mas Arya yang sedang menyantap makan siang.

"Mas, habis makan, tolong temenin Surya mainan ya, aku capek banget. Mau istirahat sebentar saja. "

Suamiku mengangguk sambil terus mengunyah makanan.

"Makanya kalau punya anak jangan didekep aja, ajarin anaknya main sama anak tetangga dan nggak bikin kamu repot. " Sahut suamiku.

"Lo, Surya ini udah sering aku ajak main ke rumah tetangga. Tapi Surya gak mau, mungkin dia juga masih adaptasi karena baru 5 bulan kita tinggal di sini . Lagian seharusnya Mas juga bawa Surya jalan-jalan keliling kampung atau kemana. Kan Mas yang tinggal lama di sini daripada aku yang pendatang." Omelku.

Kali ini aku tidak tinggal diam kalau disalahkan dalam mendidik anak. Aku sudah berbuat banyak dalam rumah tangga ini.

"Hhhh....iya deh, iya, nanti aku temenin main bola. Ayo sekarang Surya makan dulu ya." Kata suamiku.

Usai makan, suamiku bergegas sholat. Sementara aku masih menyuapi Surya. Dan betapa terkejutnya aku saat selesai makan, malah mendapati suamiku tertidur di depan tv. Segera kumatikan tvnya dan menegur suamiku.

"Mas, bangun Mas, ini lo, katanya mau ngajak main Surya. La kok tidur sih, apa kurang puas tadi tidurnya?"

Suamiku hanya menggeliat dan berkata, "Sebentar dulu, ngantuk ini, besok aku kirim barang ke Jakarta lagi."

Aku kecewa sekali. Sudah dari subuh tidur sampai siang, sekarang tidur lagi.

"Nak, Ibu lelah sekali, main bolanya nanti sore ya, sekarang ibu ceritakan Nabi Nuh saja ya, kemarin kan belum selesai." Tawarku.

Surya tampak berpikir sejenak. "Emm, boleh deh, Bu,"

Lantas aku membimbingnya ke kamar dan mulai bercerita.

Tak berapa lama, kulihat Surya tertidur, aku bersyukur dalam hati dan ikut tidur juga.

Adzan Ashar membangunkanku. Bergegas keluar dari kamar tidur dan bersiap sholat. Kulihat suamiku masih mendengkur di depan TV.

"Mas, mas, bangun, sholat dulu, " ucapku. "Sebentar, masih ngantuk, "sahutnya.

"Halah biarin, yang penting sudah kubangunkan, dan kuingatkan sholat, " batinku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kadang aku lelah selalu mengingatkannya untuk sholat, tapi bila bukan aku yang mengingatkan, lamtas siapa lagi.

Usai sholat di Masjid, kulihat beberapa anak sudah berkumpul di ruang tamu. Aku memang membuka jasa baca Iqro' dengan bayaran seikhlasnya. Kalau di desa seperti ini ada yang membayar berupa sembako, dan ada yang berupa uang. Semua kuterima dengan senang hati.

"Assalamualaikum, ustadzah, " sapa anak didikku serempak.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, tunggu sebentar ya, ustadzah bangunin Surya dulu biar ngaji bareng." Jawabku.

"Iya, ustazdah," jawab mereka.

Segera aku menuju kamar, menggendong Surya, dan mengajaknya ke kamar mandi.

Setelah Surya siap, mengajipun dimulai. Semua anak didik mengajiku ada 8 orang. Termasuk Surya.

Jam 16.45 semua telah selesai mengaji. Dan mereka pamit pulang.

"Mas, gas nya habis nih, tolong belikan dulu ya, aku masih tanggung ini ngupas bawang buat sambel." pintaku.

"Lah , kok aku ke warung, mana ada laki-laki ke warung beli gas." Jawab mas Arya.

"Bukannya Mas sering ke warung beli rokok, gak ada salahnya kan kalau ke warung beli gas?" tanyaku sebal.

"Beli aja sendiri, aku lagi buka youtub nih, kalau masangin gas aku mau." Sahutnya.

"Duh, memang kalau istri sehat dan gak sakit, mana mau mas Arya beli gas." Batinku.

Aku lantas menyambar jilbab dan pergi ke warung sendiri dan langsung kupasang sendiri. Padahal dulu sewaktu masih belum menikah, selalu bapakku yang beli gas dan memasangnya untuk ibuku.

"Ya Allah, aku harus kuat demi anakku, walaupun kenyataannnya aku sudah teramat lelah." Batinku.

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suaminya kebangetan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AKU LELAH, MAS!   bab 52. Harapan Dea

    Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp

  • AKU LELAH, MAS!   bab 51. Keributan di Pesta Pernikahan

    "Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 50. Menerima Lamaran

    "M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 49. Will You Marry, Me?

    Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya

  • AKU LELAH, MAS!   bab 48. Perpisahan

    Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat

  • AKU LELAH, MAS!   bab 47. Pilihan untuk Dea

    "Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status