Flash back On
Saat itu aku baru pulang kerja dari mall sebuah mall besar di kotaku, saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku."Assalamualaikum, ""Waalaikumsalam,"bergegas ke ruang tamu. Dan saat kubuka pintu terlihat sesosok pemuda yang selama ini menghias mimpi-mimpiku."Mas Aji, silahkan masuk Mas, ada perlu apa ya kemari?" tanyaku berdebar."Ini, nganter undangan, insyallah minggu depan aku menikah. Datang ya." Ucapnya setelah duduk di ruang tamu.Dengan tangan gemetar, aku menerima undangan tersebut."Insyallah Mas, aku datang." Sahutku.Sepulang mas Aji dari rumahku, aku segera masuk kamar. Perasaanku berkecamuk. Berarti selama ini cuma aku yang merasa istimewa. W******p yang selama ini mengajak sholat atau ikut pengajian bareng-bareng dengan teman lainnya artinya apa. Apa aku yang baper dan memendam perasaan spesial.Aku menangis dengan menutup muka pakai bantal agar tidak terdengar suara sedu sedannya."Nduk, sudah jam 4 sore kamu belum sholat lo." Suara ibu membangunkanku dari tidur.Rupanya saking kelelahan menangis, aku tertidur."Iya Bu, Dea masih akan sholat,"sahutku sambil membuka pintu."Kamu habis nangis? ada apa Dea?"tanya ibu.Aku memberikan undangan pernikahan mas Aji pada ibuku."Ini temen kerja kamu? " tanya ibuku.Aku mengangguk. "La, kalau temen mau nikah, kenapa kok sedih? kan harusnya seneng?" tanya ibu lagi."Atau jangan-jangan kamu naksir sama temen kamu dan nggak berani bilang?" pertanyaan ibu tepat sekali sehingga membuat aku menangis."Walah, gapapa Dea, gak usah sedih, berarti gak jodoh." Kata ibu."Kalau kata mbak Neti, move on, cari yang lain, insyallah setiap orang ada jodohnya." Sambung ibu lagi.Mbak Neti adalah kakak semata wayangku. Usia kami terpaut 5 tahun. Mbak Neti sudah menikah dan punya seorang anak perempuan.Mbak Neti tinggal di rumah yang bersebelahan dengan rumah ibu kami.Sejak saat itu, hidupku terasa ada yang berkurang. Tak ada lagi yang membangunkan dan mengingatkan untuk sholat dan mengajak pengajian bersama.Sampai suatu saat, aku dikenalkan dengan sepupunya oleh temanku. Mas Arya.Awalnya aku menganggap biasa saja, tapi mas Arya terus memberiku perhatian.Mas Arya sangat royal padaku. Setiap kali datang ke rumah selalu membawa banyak kue dan snack. Tentu saja ponakanku, Maya, anak mbak Neti, yang sering main ke rumah, bersorak kegirangan.Mas Arya juga pandai mengambil hati anak kecil. Terbukti Maya senang sekali digendong oleh mas Arya.Kami kian dekat, dan tak lama kemudian mas Arya melamarku secara pribadi.Entah karena tidak mau menjomblo atau bagaimana, aku menerima lamarannya.Maka keluarganyapun datang ke keluargaku dan melamarku secara resmi.Tanggal pernikahan kami pun ditentukan. Yaitu 2 bulan setelah acara lamaran. Tak ada yang ganjil saat proses lanaran hingga pernikahan. Kamipun menikah setelah kurang lebih 8 bulan saling mengenal.Pesta pernikahan kami gelar sederhana. Setelah acara ijab, langsung acara walimah. Hanya ada dekorasi yang merangkap rias manten dan prasmanan sederhana. Tidak ada acara musik atau sewa penyanyi. Biaya nikahpun ditanggung 50% sama rata.Setelah acara walimah di rumahku, aku diboyong ke rumah mas Arya. Rumah orang tua mas Arya berbeda kabupaten denganku. Sekitar 3 jam dari kota kelahiranku.Tidak ada acara ngunduh mantu di sana. Hanya acara pengajian biasa.Mas Arya sudah tidak mempunyai ayah lagi. Hanya tinggal ibunya yang berusia sekitar 65 tahun.Kami disambut dengan baik oleh keluarga mas Arya. Ternyata mas Arya anak bungsu dari 4 bersaudara.Saudara pertama, mbak Nira, tinggal di Kalimantan, bekerja sebagai ASN tenaga kesehatan. Sudah menikah dengan orang kalimantan asli yang bekerja di pertambangan.Saudara kedua, Mas Tyo tinggal di Sulawesi. Menikah dengan orang Sulawasi dan bekerja di pelayaran.Saudara ketiga, Mas Deni tinggal di Surabaya, bagian tata usaha di sebuah kampus, belum menikah. Memang mas Arya menikah lebih dulu daripada Mas Deni.Sedangkan mas Arya sendiri saat itu bekerjasama dengan temannya merintis usaha travel, kursus mengemudi dan menyewakan mobil milik teman-temannya dengan sistem bagi hasil.Dan dari sini, semuanya bermula.Next?Flash back On"Dek, kita kan udah nikah, nih, gimana sekarang enaknya? apa kamu resign dan ikut aku aja?" tanya mas Arya.Saat ini kami berada di rumahku."Duh, gak bisa kayaknya Mas, posisi aku sudah lumayan di sana, sudah 2 tahun kerja jadi admin kantor di mall itu. Aku juga bisa nabung sedikit-sedikit dari gaji. " Sahutku keberatan."Aku juga gak bisa ninggalin usaha travel yang baru kurintis, Dek, " ujar mas Arya lagi."Ya sudah, kita LDR an dulu aja ya Mas. Kan banyak pasangan baru yang juga LDRan dan mereka bahagia." Sahutku."Emang kamu gak papa kalau LDRan?" tanya mas Arya."Ya gak papa, sih, asal saling setia aja sudah cukup." Jawabku.Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba LDRan dulu selama setahun. Sebulan setelah menikah, mas Arya mengunjungiku dan membawakan sekantung penuh snack dan kue dari betamart dan ayam goreng crispy dari kf*."Ya Allah, Mas, banyak banget ini. Habis berapa semua kue dan snack ini?" tanyaku."Ya gak papa,kemarin ada orang sewa mobil dan juga minta
Flash back OnAku tidak tahu harus menceritakan kelakuan mas Arya pada siapa. Di pengajian yang aku datangi dulu, penceramahnya berkata bahwa suami istri itu bagaikan selimut satu sama lain. Kalau seorang istri membuka aib suami, itu sama saja dengan membuka aib sendiri.'Tapi ini beda, ini tentang tabungan masa depanku. Tabungan masa depan kami. Iya kalau uang yang mas Arya pinjam bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Kalau buat beli snack dan kue gimana.' batinku terus berdialog dan aku tetap tidak tahu harus meminta solusi pada siapa.'Kalau uang suami adalah uang istri juga, bukankah uang istri juga uang suami?' ada suara lain dalam hatiku.'Tapi kan memberi nafkah tugas suamin dan kalau mas Arya meminta uang terus padaku sampai aku gak bisa nabung, terus tiba-tiba aku hamil bagaimana?' pikiranku bercabang. Batinku berperang.'Aku harus diskusi dengan seseorang yang aku percaya, seseorang yang amanah dan mampu memberi solusi.'Dan keputusanku adalah menceritakan pada mbak Neti.Maka
Flash back onMalamnya, mas Arya berangkat ke Bali, bersama rombongan yang menyewa mobil dari kantor mas Arya.Aku pun menunggu di rumah, dan berkenalan dan bertamu dengan tetangga sekitar sehingga aku tidak menunggu sendirian di rumah.Sepulang dari Bali, mas Arya membelikan banyak sekali oleh-oleh, daster bali dan selimut bali untukku, makanan ringan dan ayam betutu.Aku bahagia sekali. "Mas, banyak banget bawaannya. Banyak ya penghasilan nyupirnya? " tanyaku. Berharap ada sisa untuk di tabung atau dibuat belanja kebutuhan hidup sehari-hari." Ya udah habis, tinggal 100 ribu buat pegangan bensin. Kan buat beliin oleh-oleh dan snack buat kamu, dek," sahutnya santai."Waduh Mas, boros banget sih, emang 3 hari nyupirin orang dapat berapa? harusnya dikasih aku semua. Nanti biar aku yang atur berapa untuk bensin, berapa untuk belanja bulanan, berapa untuk ditabung." Jawabku sewot."Untuk saat ini, mumpung belum ada anak, kita nabung dulu lah, Mas, kan masih belum butuh daster." Sahutku l
Flash Back OnHari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku."Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya."Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya."Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah."Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek."Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki."Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya."Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku."Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku."Kalau gitu
Flash back OnAkhirnya aku memutuskan pulang ke rumah mengendarai travel. Aku masih berharap bahwa ATM ku terselip entah dimana dan saldo masih utuh.Untung di dompetku masih ada uang 250 ribu, untuk membayar travel 85 ribu, masih tersisa untuk pegangan.Dari semalam, mas Arya tidak menyapaku. Aku pun mendiamkannya. Sampai setelah subuh saat aku berpamitan padanya, dia tetap dingin."Mas, aku pulang dulu, Assalamualaikum," kataku sambil meraih dan mencium tangannya." Asal kamu tahu, aku tetap nggak mengijinkanmu pulang." Sahut mas Arya.Aku diam saja dan melangkah mencari ibu mertua."Bu, saya pulang dulu mau mengurus ATM, Assalamualaikum, " pamitku sambil mencium tangan mertuaku."Waalaikumsalam, sebenarnya tanpa izin suami, istri tidak boleh meninggalkan rumah." Kata ibu mertua."Iya Bu, saya mohon maaf." Jawabku singkat.Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil travelku datang menjemput.Hari masih pagi, saat mobil travel memasuki halaman rumahku. "Assalamualaikum, Bapak,
Flash back OnAku melirik cincin mas kawin di jariku. Sekelebat ide terlintas."Ibu, Dea ingin menjual cincin mas kawin ini sebagai pegangan dan modal usaha bikin takjil dan lauk puasa di depan rumah, gimana menurut ibu?" tanyaku."Wah, jangan cincin kawin Nduk dijual, gimana kalau emas yang kamu tabung di ibu aja yang dijual. Kan ada beberapa perhiasan itu.Dijual satu buat pegangan dan modal, sama aja kan?" tawar ibu."Haduh, mending cincin kawin itu aja dijual Bu, hitung-hitung si Arya bayar utang sama Dea. " Sahut mbak Neti sengit."Laki kok letoy, gak bisa banget cari duit." lanjut mbak Neti lagi."Hush...kamu jangan bilang gitu Net, gimanapun, Arya kan masih suami Dea, Dea sendiri yang memilihnya kan?" Bapak menengahi."Kalau memang mau menjual cincin kawinmu ya gak papa Nduk, kan sudah hakmu, bapak dukung kok kalau kamu buka takjil di depan rumah, insyallah laris." Sambung bapak lagi.Akhirnya keesokan harinya, aku menjual cincin kawinku. Dan menggunakan sebagian uangnya untuk m
Flash back On"Kalau aku mengaku telah mengambil ATMmu apa kamu mau pulang ke rumah dan memperbaiki pernikahan kita?" tanya mas Arya."Belum tahu, Mas, emang kamu yang ambil ta?" pancingku."Iya aku yang ambil, aku fikir uang yang ada dimanfaatkan dulu, kalau habis kan bisa cari lagi." Jawabnya pelan.Aku geram sekali dengan ucapannya. Seenaknya saja dia mengambil ATM ku dan menghabiskan isinya tanpa izin dariku. Apalagi menggunakannya untuk senang-senang dengan temannya."Entahlah, aku mau istikhoroh dulu, kita lanjut ngobrol besok-besok, dan mungkin lebih baik aku lebaran di rumah orang tuaku dulu. Assalamualaikum." Putusku sepihak.Aku kembali serius dengan bisnis dadakan snack takjil. Sampai tak terasa lebaran kurang dua hari.Saat asyik menyiapkan aneka bahan gorengan terakhir untuk takjil besok, aku mendengar ponselku berbunyi."Assalamualaikum, Dea, ini mbak Nira," sapa suara seberang."Waalaikumsalam mbak Nira, ada apa ya? " tanyaku to the point."Gak lebaran di sini ta dek, d
Flash back OnSatria mulai menerangkan dan aku menyimak dengan sungguh-sungguh. "Bercerai itu hal yang boleh dalam Islam, tapi dibenci Allah, emang mau ta, kita hidup sekali tapi dibenci oleh Allah?" tanya Satria padaku."Karena itu seharusnya dalam menikah, kenali betul watak pasangan kita, apa dia kikir, apa dia boros, apa pemalas, apa kasar, sehingga kita tidak menyesal dan bercerai di kemudian hari. Tidak terburu-buru dan grusa-grusu saat memilih pasangan. " Sambungnya lagi.Wajahku memerah. Aku tersindir."Bercerai yang diperbolehkan menurut agama Islam adalah Fasakh dan khulu'.Fasakh adalah batalnya akad atau lepasnya ikatan pernikahan antara suami istri yang disebabkan terjadinya cacat atau kecacatan pada akad itu sendiri, atau disebabkan hal-hal yang datang kemudian yang menyebabkan akad tidak dapat dilanjutkan, contoh setelah menikah, ternyata diketahui bahwa pasangannya tersebut, saudara kandung, saudara seayah, atau seibu, atau saudara sepersusuan, kemudian bisa juga karen