Home / Rumah Tangga / AKU LELAH, MAS! / bab 5. Lebih Baik Resign

Share

bab 5. Lebih Baik Resign

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-05-01 11:57:56

Flash back On

Aku tidak tahu harus menceritakan kelakuan mas Arya pada siapa. Di pengajian yang aku datangi dulu, penceramahnya berkata bahwa suami istri itu bagaikan selimut satu sama lain. Kalau seorang istri membuka aib suami, itu sama saja dengan membuka aib sendiri.

'Tapi ini beda, ini tentang tabungan masa depanku. Tabungan masa depan kami. Iya kalau uang yang mas Arya pinjam bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Kalau buat beli snack dan kue gimana.' batinku terus berdialog dan aku tetap tidak tahu harus meminta solusi pada siapa.

'Kalau uang suami adalah uang istri juga, bukankah uang istri juga uang suami?' ada suara lain dalam hatiku.

'Tapi kan memberi nafkah tugas suamin dan kalau mas Arya meminta uang terus padaku sampai aku gak bisa nabung, terus tiba-tiba aku hamil bagaimana?' pikiranku bercabang. Batinku berperang.

'Aku harus diskusi dengan seseorang yang aku percaya, seseorang yang amanah dan mampu memberi solusi.'

Dan keputusanku adalah menceritakan pada mbak Neti.

Maka sepulang dari bekerja, aku berkunjung ke rumah mbak Neti.

"Assalamualaikum, mbak, " sapaku.

"Waalaikumsalam, pulang kerja ya, ayo masuk, "serunya.

Mbak Neti ini sarjana ilmu biologi murni, tapi lebih milih berkarier di rumah.

"Gimana-gimana manten baru, setelah nikah malah jarang kesini. Sibuk sama kekasih hati ya?" tanya mbak Neti.

"Kekasih hati apaan, kekasih bikin galau mbak," sahutku manyun.

"Eh, ada apa sih, ayo cerita, siapa tahu mbak bisa bantu," ujar mbak Neti.

Lantas akupun menceritakan masalah mas Arya dan keuanganku pada mbak Neti.

Mbak Neti mendengarkan dengan seksama. Sesekali menutup mulutnya dengan tangan sewaktu terkejut.

"Jadi gimana mbak menurut mbak, aku khawatir kalau tetap gini terus, tabungan aku bisa habis dan mas Arya gak menuhin kewajibannya ngasih nafkah ke aku." Ujarku sendu.

Mbak Nety menghela nafas. "Sebenarnya aku juga tidak terlalu paham masalah ini. Cuma aku dan mas Andi pernah ngobrol masalah nafkah Dek," jawab mbak Neti.

Mas Andi adalah suami mbak Neti yanv bekerja sebagai ASN PAI di sebuah SMA di kotaku.

"Kata mas Andi dulu sih, kaum lelaki adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian kaum mereka (kaum laki-laki) atas sebagian yang lain (kaum wanita), dan karena mereka (kaum lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.[QS. An-nisa : 34,], " kata mbak Neti.

" Jadi apa hubungannya dengan masalahku mbak? " tanyaku tidak sabar.

Mbak Neti tertawa, "sabar dulu, jadi sebenarnya yang harus menafkahi kamu itu adalah Arya bukan sebaliknya, bahkan mahar atau mas kawin itu harus diberikan pada pihak wanita secara utuh, apalagi hasil kerja kamu, itu menjadi hak kamu seluruhnya. Wong itu hasil kerja keras kamu. Sebenarnya Arya tidak berhak memintanya." lanjut mbak Neti.

"Tapi boleh istri memberikan sedekah kepada suaminya yang miskin untuk keperluan yang bermanfaat, misalnya yang dicontohkan oleh Ibu Siti khodijah ra, kepada Nabi Muhammad saw, dalam rangka mensyiarkan Islam. Nah, yang jadi masalahnya adalah kita tidak tahu Arya ini jujur atau tidak saat pinjam uangmu. Benarkah uang itu untuk kemajuan bisnisnya atau untuk foya-foya seperti katamu yang boros tadi." Jelas mbak Neti panjang lebar.

"Nggak lucu kalau kamu yang minjemin uang ke suami makan sehari-hari pakai bayam, sedang suami yang minjem duit istri malah makan pakai ayam." Lanjutnya lagi.

"Jadi aku harus gimana, mbak?" tanyaku bingung.

"Resign aja, ikut dimana dia tinggal, masak udah diikutin istri masih suka boros dan gak bisa hemat? masak Arya ga pingin bisa menghidupi istri secara layak?" tanya mbak Neti.

"Kalau seandainya setelah aku ikuti, dia masih saja boros dan gak mau menabung gimana mbak? mau makan apa aku dan anakku nanti?" tanyaku ragu.

"Kamu tinggal bilang pada keluarganya biar diadakan rapat keluarga besarnya. Ini harus ditindaklanjuti dek, udah gede kok ga ada tanggung jawabnya. Umur berapa Arya dek?" tanya mbak Neti.

"Umur 26, mbak, selisih 2 tahun sama aku." Jawabku.

"Ya makanya, coba aja resign dan ikuti suamimu. Biar nanti otaknya mikir gimana caranya dapat duit buat makan." Ucap mbak neti.

"Apa namanya tidak menyebarkan aib suami mbak?" tanyaku.

"Nggaklah Dek, kamu kan gak bilang ke orang lain, cuma minta solusi keborosan dan tentang nafkah Arya ke keluarganya." Jawab mbak Neti.

" Hm...oke mbak, makasih sarannya ya mbak, akan aku pikirkan. Dan tolong jangan bilang bapak ibu. Aku gak mau mereka kepikiran." Pintaku.

"Oke siap bos, kalau ada masalah, boleh sharing lagi. Insyaallah mbak amanah, " ujar mbak Neti tersenyum.

"Makasih mbak ku yang cantik, maaf selalu merepotkan. Aku pulang dulu ya." Pamitku sambil memeluk mbak Neti.

**

Akhirnya aku berencana memilih resign. Siapa tahu dengan resign, mas Arya akan bekerja keras dan menafkahiku.

"Mas, aku pingin resign dan ikut kamu ya?" kataku saat mas Arya datang ke rumah.

" Nggak nyesel kalau keluar kerjaan? nyari kerja sekarang susah lo," jawab mas Arya.

"Insyallah nggak, aku bisa nyari kerja di tempat mu Mas, lagipula bukankah bekerja itu kewajiban laki-laki ya?" tanyaku.

"Iya sih, kewajibanku, tapi kamu tahu sendiri kan kalau penghasilanku gak stabil." Jawabnya.

" Ya sudah, gak papa, kita jalani dulu aja, yang penting serumah dulu. "Sahutku.

"Iya terserah kamu aja deh," ujar mas Arya akhirnya.

Besoknya, saat mas Arya sudah pulang, akupun mengatakan rencanaku untuk resign lada orang tuaku.

"Bu, aku sepertinya mau resign aja, dan ikut mas Arya," ujarku saat kami makan malam.

" Apa kamu yakin Nduk mau resign? jaman sekarang kan cari kerjaan susah, " jawab bapakku.

"Ya gimana lagi Pak, Bu, orang rumah tangga gak enak kalau jauh-jauhan," sahutku.

Tentu saja aku tidak berani menceritakan uang yang dipinjam mas Arya serta nafkah yang 2 bulan tak kunjung kudapatkan.

"Iya wes, kan kamu tho yang njalanin, Bapak sama Ibu cuma dukung aja. " Kata bapak akhirnya.

"La kalau udah resign , berarti kamu tinggal sama mertua Nduk? dijaga ya kelakuannya, jangan suka bantah ucapan mertua. Seng manut. Seng nurut." Sambung ibuku.

"Mboten lah Bu, Dea ikut mas Arya di kota tempatnya bekerja. Jaraknya kan kira-kira 6 kilo dari sini, dan 3 kilo dari rumah mertua. Mas Arya ada kontrakan di sana. " jawabku.

"Wes pokoke seng apik-apik yo Nduk, jaga diri." Sahut ibu.

Akhirnya saat akhir bulan, aku menemui direktur mall tempatku bekerja dan menyerahkan surat pengunduran diri.

"Lo, Dea, kamu jadi resign?" tanya Pak Rendi, direkturku.

"Iya Pak, mau ikut suami. " Jawabku.

"Oh, iya sudah, padahal kamu berbakat di bidang akuntansi dan teliti kalau menghitung keluar masuk barang." Kata pak Rendi lagi.

'Ya jelas bakatlah Pak, kan memang saat kuliah jurusan saya akuntansi. ' sahutku dalam hati.

" Iya Pak, yang penting serumah dengan suami dulu, hehehe." Jawabku. Bingung juga kalau tanpa menjelaskan situasi nafkah dari suami yang belum kunjung ditunaikan.

" Ini pesangon kamu Dea, " kata pak Rendi sambil mengangsurkan amplop coklat.

" Terimakasih, Pak, " Sahutku.

Sepulang dari tempat bekerja, aku langsung menuju bank. Aku ingin langsung menabungkan uang yang baru saja aku terima.

'Alhamdulillah 3,5 juta. Lumayan untuk saldo tabungan.' Ucapku dalam hati.

Saldo tabunganku kini total 5 juta. Selama ini jika mendapat gaji, selalu aku kumpulkan dalam bentuk emas dan kutitipkan pada ibu. Sebagian aku berikan ibu untuk tambah uang belanja beliau. Hanya seperlunya saja yang aku sisakan di rekening.

Aku berencana mengambil tabungan ini sedikit demi sedikit, sebelum aku mendapat pekerjaan baru nantinya.

Sesampai di rumah, aku segera berkemas. Sesuai kesepakatan aku dan mas Arya, aku akan dijemput malam hari.

"Assalamualaikum, " ucap mas Arya.

"Waalaikumsalam. Ayo masuk le, Dea sedang siap-siap itu di dalam." kata Bapak.

"Gimana kerjaan travelnya Le, lancar? " tanya ibuku.

"Alhamdulillah lancar, Bu." Jawab mas Arya.

" Semoga lancar dan berkah ya Le," sahut bapak.

"Aamiinn." jawab mas Arya.

" Ini langsung berangkat ta, gak nginep dulu?" tanya ibu.

"Mboten Bu, besok ada rencana nyupirin mobil orang ke Bali. Jadi malam ini harus sampai kontrakan. " Jawab mas Arya.

"Kami berangkat dulu ya Bu, " ucapku.

"Ini dibawa ya Nduk, Ibu dan Bapak tidak bisa ngasih apa-apa, cuma ini saja." Kata Ibu sambil menyerahkan sekantung kresek beras, mie instan dan seplastik rendang sapi.

"Assalamualaikum, " kata aku dan mas Arya serempak sambil mencium tangan bapak dan ibu.

Kami pun berangkat menembus jalanan jawa tengah yang ramai penuh lalu lalang kendaraan bermotor.

Sesampai di kontrakan mas Arya sudah jam 12 malam. Aku segera memanaskan rendang dari ibu. Sedangkan mas Arya langsung tertidur.

Dan baru aku tahu saat sudah subuh, mas Arya susah sekali dibangunkan untuk sholat.

" Mas bangun, sudah subuh ini , nanti tidur lagi. " Kataku sambil menggoyang-goyangkan pundak mas Arya.

"Hmmm...sebentar lagi." Sahutnya.

Akhirnya aku bangun dan menunaikan sholat dahulu.

Usai sholat, aku menanak nasi dan memanaskan rendang lagi, kemudian membuat mie instan untuk sarapan.

'Nanti kalau mas Arya sudah bangun, aku minta diantar ke pasar aja. Sekalian beli kulkas.' Batinku.

Matahari sudah naik tinggi, tapi mas Arya susah dibangunkan. Aku baru tersadar. Selama ini kalau di rumahku, dia mau sholat tepat waktu mungkin karena takut sama orang tuaku bukan karena sadar akan kewajibannya.

Aku kecewa dulu terburu-buru menikah karena takut jomblo dan takut kesepian. Sekarang aku harus menerima akibatnya.

"Mas, bangun, sudah siang ini, kamu gak sholat ta, itu sarapan sudah siap."

Ujarku sambil meneteskan air ke muka mas Arya.

" Ih...apaan sih, Dek, iya-iya aku bangun." Sahutnya manyun.

'Mana ada sholat subuh jam 06.30,duh gimana ini ya Allah.' Batinku.

Selasai sarapan, aku meminta mas Arya untuk mengantar ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur sekalian membeli kulkas.

"Mas, jadi ngantar orang ke Bali jam berapa?" tanyaku.

"Ntar malam mungkin. Kenapa?" tanyanya.

"Pagi ini antar aku ke pasar buat beli kebutuhan daapur dan beli kulkas yuk, "Ajakku.

"Emang kamu punya uang, Dek? uang aku di dompet tinggal 70 ribu. Belum lagi ntar dibuat nyuci mobil rental temen semalam." Sahut mas Arya

"Aku punya tabungan kok Mas, kan ada pesangon setelah aku mengundurkan diri." Sahutku sambil mengacungkan atm.

"Ini pinnya tanggal pernikahan kita lo, "sambungku lagi.

Kemudian kami pun berbelanja kebutuhan sehari-hari sekalian beli kulkas.

Setelah mengantarku belanja, mas Arya pun bersiap untuk ke kantornya.

"Kamu di rumah sendiri gak papa, Dek?" tanya mas Arya sebelum berangkat.

"Gak papa, Mas, ntar aku kenalan sama tetangga-tetangga." Sahutku.

"Ya sudah Mas berangkat dulu."

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU LELAH, MAS!   bab 52. Harapan Dea

    Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp

  • AKU LELAH, MAS!   bab 51. Keributan di Pesta Pernikahan

    "Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 50. Menerima Lamaran

    "M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau

  • AKU LELAH, MAS!   bab 49. Will You Marry, Me?

    Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya

  • AKU LELAH, MAS!   bab 48. Perpisahan

    Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat

  • AKU LELAH, MAS!   bab 47. Pilihan untuk Dea

    "Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in

  • AKU LELAH, MAS!   bab 46. Kelanjutan Rumah Tangga

    "Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s

  • AKU LELAH, MAS!   bab 45. Menyadari Kesalahan

    Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m

  • AKU LELAH, MAS!   bab 44. Berlatih Memakai Kruk

    "Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status