Flash back On
"Dek, kita kan udah nikah, nih, gimana sekarang enaknya? apa kamu resign dan ikut aku aja?" tanya mas Arya.Saat ini kami berada di rumahku."Duh, gak bisa kayaknya Mas, posisi aku sudah lumayan di sana, sudah 2 tahun kerja jadi admin kantor di mall itu. Aku juga bisa nabung sedikit-sedikit dari gaji. " Sahutku keberatan."Aku juga gak bisa ninggalin usaha travel yang baru kurintis, Dek, " ujar mas Arya lagi."Ya sudah, kita LDR an dulu aja ya Mas. Kan banyak pasangan baru yang juga LDRan dan mereka bahagia." Sahutku."Emang kamu gak papa kalau LDRan?" tanya mas Arya."Ya gak papa, sih, asal saling setia aja sudah cukup." Jawabku.Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba LDRan dulu selama setahun.Sebulan setelah menikah, mas Arya mengunjungiku dan membawakan sekantung penuh snack dan kue dari betamart dan ayam goreng crispy dari kf*."Ya Allah, Mas, banyak banget ini. Habis berapa semua kue dan snack ini?" tanyaku."Ya gak papa,kemarin ada orang sewa mobil dan juga minta diantar ke Bali. Makanya ini hasilnya. Kan bisa dimakan bareng sama bapak dan ibu."Jawab mas Arya santai."Kalau gitu, aku bisa minta jatah bulanan aku dong Mas, kan ini udah sebulan sejak kita menikah, waktunya Mas Arya memberi nafkah." Ucapku semanis mungkin.Aku berencana kalau diberi nafkah oleh mas Arya, sebagian akan aku tabung ditambah dengan uang gajiku. Setelah cukup, aku ingin membeli rumah mungil."Ya, sudah habis, Dek, buat beli kue dan snack aja habis 300 ribu lebih, buat ayam kf* nya 250 ribu, beli bensin ke sini, jadi sisa untuk beli bensin pulang ke kantor travelku." Sahutnya."Ya Allah, Mas, seharusnya kalau dapat uang berapapun itu diberikan istri dulu, biar aku yang ngatur berapa untuk makan, untuk ditabung . Lah ini Mas boros banget. "Ujarku kecewa."Santai Dek, aku kan masih bisa jerja dan menghasilkan uang lagi. Ya kalau dapat uang sekarang, dihabiskan sekarang dong, besok kan bisa nyari lagi." Kata Mas Arya."Wah, jangan gitu Mas, sekarang mungkin masih bisa santai karena belum ada anak, kalau besok kita ada anak, dan tidak punya tabungan, gimana? Apa jangan-jangan Mas malah ga ada tabungan ya?" tanyaku menyelidik."Di ATM ku memang kosong, yang ada di dompet untuk pegangan sama makan aja. Kan bisa cari duit lagi. Kalau belum dapat ya, bisa minta mbak sama mas ku ." Sahutnya santai."Allah Gusti.... Mbak sama mas mu itu udah berkeluarga, Mas, mereka juga pasti punya kebutuhan sendiri." Ujarku keki."Walah Dek, burung yang kelaparan aja kalau berangkat pagi cari makan sorenya pulang bisa kenyang, masak kita manusia yang punya otak takut kelaparan." Kata mas Arya."Karena kita bukan burung dan kebutuhan kita nanti bukan cuma makan, Mas!" kataku ."Udah ah, ayo dimakan saja ayamnya dan snacknya. Besok aku harus segera pulang, karena mobil rental ini harus dikembalikan."Dan akupun terdiam karena perbedaan prinsip kami yang mulai terlihat.Ingin mengadu tentang keborosan suami pada orang tuaku, tapi takut membuka aib suami dan membuat orang tua kepikiran. Akhirnya aku telan kekecewaanku ini bulat-bulat."Assalamualaikum, Dek, kamu ada duit gak?" tanya mas Arya di telepon."Waalaikumsalam, ada kok, aku punya tabungan." Jawabku."Bisa aku pinjam 600 ribu dulu gak? " tanyanya lagi."Lah, baru seminggu lalu, kamu ke sini dan beli snack banyak banget, sekaramg ngeluh ga ada duit. Makanya nabung." Semburku."Iya deh, nanti aku nabung. Sekarang pinjem dulu ya." Pintanya."Memang buat apa sih? " tanyaku."Buat benerin spion mobil yang nabrak tiang listrik nih," jawabnya.Aku menghela nafas. 'Kasihan kalau gak dipinjami. Apa aku pinjami dulu ya, nanti kalau usaha mas Arya maju, siapa tahu dia mau ngasih nafkah. 'Batinku." Iya sudah, aku transfer nanti," jawabku akhirnya.Esoknya, saat bekerja aku masih memikirkan keborosan suamiku sehingga tanpa sadar ekspresi ku jadi muram dan cemberut."Duh, manten baru cemberut aja, makanya jangan LDRan Neng, gih resign aja, atau Arya yang disuruh ikut kesini biar bareng-bareng terus." Sapa Rina.Rina ini yang mengenalkan mas Arya padaku.Sebenarnya aku ingin mengomel panjang lebar sama Rina. Karena telah mengenalkan orang yang begitu boros padaku. Tapi ini memang salahku, tidak menyelidiki lebih lanjut sebelum menerima lamaran mas Arya.Maka dengan senyum yang dipaksakan aku menjawab. "Aku gak papa, Rin, tadi belum sarapan aja." Jawabku.Dan Rinapun tidak bertanya lagi.Seminggu berselang, sejak mas Arya meminjam uang padaku, mas Arya meneleponku dan ingin meminjam uang lagi."Duh, buat apa sih pinjam terus, Mas? " tanyaku manyun. Tabungan yang rencananya akan aku belikan rumah ambyar sudah."Buat tambahan modal beli peralatan di kantor, Dek, beli baliho dan bikin poster-poster promo." Jawabnya."Kenapa gak pinjam mas atau mbakmu saja Mas? " tanyaku tidak puas."Sudah, tapi gak cukup."Jawabnya.Aku tidak tahu jawaban itu jujur atau tidak tapi aku merasa keberatan kalau meminjam uang yang setara dengan 2 bulan gajiku." Ayolah Dek, kan cuma 2,8 juta aja. nanti kalau ada rejeki, aku kembalikan." Sahutnya.'Mau dipinjami, berat. Kalau tidak dipinjami dosa nggak sih?' bantinku."Oke deh, besok aku transfer." Putusku akhirnya.Sebenarnya aku kecewa dengan prinsip hidupnya yang terlalu boros dan tidak mau menabung.Aku mulai lelah, Mas.Next?Flash back OnAku tidak tahu harus menceritakan kelakuan mas Arya pada siapa. Di pengajian yang aku datangi dulu, penceramahnya berkata bahwa suami istri itu bagaikan selimut satu sama lain. Kalau seorang istri membuka aib suami, itu sama saja dengan membuka aib sendiri.'Tapi ini beda, ini tentang tabungan masa depanku. Tabungan masa depan kami. Iya kalau uang yang mas Arya pinjam bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Kalau buat beli snack dan kue gimana.' batinku terus berdialog dan aku tetap tidak tahu harus meminta solusi pada siapa.'Kalau uang suami adalah uang istri juga, bukankah uang istri juga uang suami?' ada suara lain dalam hatiku.'Tapi kan memberi nafkah tugas suamin dan kalau mas Arya meminta uang terus padaku sampai aku gak bisa nabung, terus tiba-tiba aku hamil bagaimana?' pikiranku bercabang. Batinku berperang.'Aku harus diskusi dengan seseorang yang aku percaya, seseorang yang amanah dan mampu memberi solusi.'Dan keputusanku adalah menceritakan pada mbak Neti.Maka
Flash back onMalamnya, mas Arya berangkat ke Bali, bersama rombongan yang menyewa mobil dari kantor mas Arya.Aku pun menunggu di rumah, dan berkenalan dan bertamu dengan tetangga sekitar sehingga aku tidak menunggu sendirian di rumah.Sepulang dari Bali, mas Arya membelikan banyak sekali oleh-oleh, daster bali dan selimut bali untukku, makanan ringan dan ayam betutu.Aku bahagia sekali. "Mas, banyak banget bawaannya. Banyak ya penghasilan nyupirnya? " tanyaku. Berharap ada sisa untuk di tabung atau dibuat belanja kebutuhan hidup sehari-hari." Ya udah habis, tinggal 100 ribu buat pegangan bensin. Kan buat beliin oleh-oleh dan snack buat kamu, dek," sahutnya santai."Waduh Mas, boros banget sih, emang 3 hari nyupirin orang dapat berapa? harusnya dikasih aku semua. Nanti biar aku yang atur berapa untuk bensin, berapa untuk belanja bulanan, berapa untuk ditabung." Jawabku sewot."Untuk saat ini, mumpung belum ada anak, kita nabung dulu lah, Mas, kan masih belum butuh daster." Sahutku l
Flash Back OnHari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku."Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya."Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya."Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah."Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek."Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki."Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya."Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku."Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku."Kalau gitu
Flash back OnAkhirnya aku memutuskan pulang ke rumah mengendarai travel. Aku masih berharap bahwa ATM ku terselip entah dimana dan saldo masih utuh.Untung di dompetku masih ada uang 250 ribu, untuk membayar travel 85 ribu, masih tersisa untuk pegangan.Dari semalam, mas Arya tidak menyapaku. Aku pun mendiamkannya. Sampai setelah subuh saat aku berpamitan padanya, dia tetap dingin."Mas, aku pulang dulu, Assalamualaikum," kataku sambil meraih dan mencium tangannya." Asal kamu tahu, aku tetap nggak mengijinkanmu pulang." Sahut mas Arya.Aku diam saja dan melangkah mencari ibu mertua."Bu, saya pulang dulu mau mengurus ATM, Assalamualaikum, " pamitku sambil mencium tangan mertuaku."Waalaikumsalam, sebenarnya tanpa izin suami, istri tidak boleh meninggalkan rumah." Kata ibu mertua."Iya Bu, saya mohon maaf." Jawabku singkat.Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil travelku datang menjemput.Hari masih pagi, saat mobil travel memasuki halaman rumahku. "Assalamualaikum, Bapak,
Flash back OnAku melirik cincin mas kawin di jariku. Sekelebat ide terlintas."Ibu, Dea ingin menjual cincin mas kawin ini sebagai pegangan dan modal usaha bikin takjil dan lauk puasa di depan rumah, gimana menurut ibu?" tanyaku."Wah, jangan cincin kawin Nduk dijual, gimana kalau emas yang kamu tabung di ibu aja yang dijual. Kan ada beberapa perhiasan itu.Dijual satu buat pegangan dan modal, sama aja kan?" tawar ibu."Haduh, mending cincin kawin itu aja dijual Bu, hitung-hitung si Arya bayar utang sama Dea. " Sahut mbak Neti sengit."Laki kok letoy, gak bisa banget cari duit." lanjut mbak Neti lagi."Hush...kamu jangan bilang gitu Net, gimanapun, Arya kan masih suami Dea, Dea sendiri yang memilihnya kan?" Bapak menengahi."Kalau memang mau menjual cincin kawinmu ya gak papa Nduk, kan sudah hakmu, bapak dukung kok kalau kamu buka takjil di depan rumah, insyallah laris." Sambung bapak lagi.Akhirnya keesokan harinya, aku menjual cincin kawinku. Dan menggunakan sebagian uangnya untuk m
Flash back On"Kalau aku mengaku telah mengambil ATMmu apa kamu mau pulang ke rumah dan memperbaiki pernikahan kita?" tanya mas Arya."Belum tahu, Mas, emang kamu yang ambil ta?" pancingku."Iya aku yang ambil, aku fikir uang yang ada dimanfaatkan dulu, kalau habis kan bisa cari lagi." Jawabnya pelan.Aku geram sekali dengan ucapannya. Seenaknya saja dia mengambil ATM ku dan menghabiskan isinya tanpa izin dariku. Apalagi menggunakannya untuk senang-senang dengan temannya."Entahlah, aku mau istikhoroh dulu, kita lanjut ngobrol besok-besok, dan mungkin lebih baik aku lebaran di rumah orang tuaku dulu. Assalamualaikum." Putusku sepihak.Aku kembali serius dengan bisnis dadakan snack takjil. Sampai tak terasa lebaran kurang dua hari.Saat asyik menyiapkan aneka bahan gorengan terakhir untuk takjil besok, aku mendengar ponselku berbunyi."Assalamualaikum, Dea, ini mbak Nira," sapa suara seberang."Waalaikumsalam mbak Nira, ada apa ya? " tanyaku to the point."Gak lebaran di sini ta dek, d
Flash back OnSatria mulai menerangkan dan aku menyimak dengan sungguh-sungguh. "Bercerai itu hal yang boleh dalam Islam, tapi dibenci Allah, emang mau ta, kita hidup sekali tapi dibenci oleh Allah?" tanya Satria padaku."Karena itu seharusnya dalam menikah, kenali betul watak pasangan kita, apa dia kikir, apa dia boros, apa pemalas, apa kasar, sehingga kita tidak menyesal dan bercerai di kemudian hari. Tidak terburu-buru dan grusa-grusu saat memilih pasangan. " Sambungnya lagi.Wajahku memerah. Aku tersindir."Bercerai yang diperbolehkan menurut agama Islam adalah Fasakh dan khulu'.Fasakh adalah batalnya akad atau lepasnya ikatan pernikahan antara suami istri yang disebabkan terjadinya cacat atau kecacatan pada akad itu sendiri, atau disebabkan hal-hal yang datang kemudian yang menyebabkan akad tidak dapat dilanjutkan, contoh setelah menikah, ternyata diketahui bahwa pasangannya tersebut, saudara kandung, saudara seayah, atau seibu, atau saudara sepersusuan, kemudian bisa juga karen
Flash Back On"Menurut saya, selaku bapak dari Dea lanjut atau tidaknya pernikahannya dengan Arya, kita dengarkan langsung Dea saja." Jawab bapakku.Semua mata mengarah padaku. Wajahku memerah. Aku memperbaiki posisi duduk yang terasa miring sebelum bersuara. Sekilas aku melirik mas Arya yang memandang tajam padaku. Dengan perlahan dan menundukkan kepala aku menjawab, "Ehm..., sebenarnya saya ingin pernikahan ini tidak diteruskan, karena prinsip saya dan mas Arya berbeda dalam hal keuangan, mas Arya terlalu boros, tidak bisa menabung, dan tidak mau membantu pekerjaan rumah tangga, mas Arya juga beberapa kali meminta uang pada saya." Aku menelan ludah. Tenggorokanku terasa kering."Permisi sebentar, saya ingin memberi masukan," terdengar suara mbak Nira."Menurut saya, pernikahan Dea dan Arya yang masih sebentar membuat mereka kaget dan belum bisa beradaptasi dengan kondisi baru mereka. Kalau masalah nafkah, suami saya, mas Erick insyallah bisa membawa Arya masuk dalam perusahaan pe