Share

Pengorbanan

Aвтор: Fithri Aulia
last update Последнее обновление: 2024-10-22 22:23:40

Lisa mulai bercerita tentang kejadian kemarin. Dia menggenggam tangan suaminya itu, menutupi rasa gugup karena mungkin akan ada banyak kata-kata bohong yang keluar dari bibirnya.

"Semalam aku mau ke market, trus aku pusing dan pingsan, untung ada Yuga di sana. Ah iya, kamu gak kenal dia."

Lisa menggaruk tengkuknya karena tak pernah bicara apa pun terkait masa lalunya.

"Yuga itu mantan pacarku waktu SMU. Hehe," kekeh Lisa.

"Ehh?"

Arka melotot. Lisa tahu ekspresi itu akan dia dapat dari sang suami yang sangat pencemburu.

"Dia udah nikah, kok. Malah anaknya udah dua. Apaan, sih!" ujar Lisa sambil mencubit perut Arka.

Arka menghela napas. Dia hanya mengangguk dan mengizinkan Lisa untuk terus bercerita.

"Ya udah, dia langsung bawa aku ke Eka Hospital. Dia juga dokter kandungan di sana. Aku tahunya hamil setelah diperiksa sama dia."

"Oke, besok kita ke rumah sakit untuk check up lanjutan."

Tentu ini tak terelakkan. Arka adalah seorang dokter di Raztan Hospital, bahkan salah satu pemegang sahamnya. dr. Grace selalu menangani Lisa selama bertahun-tahun. Akan sangat sulit baginya untuk membujuk Arka tetap menjadikan Yuga sebagai dokter kandungannya selama kehamilan.

"Kalau aku minta sesuatu, kamu mau penuhi, gak?" seru Lisa.

"Apa, Sayang?"

"Aku mau Yuga yang jadi dokterku. Jadi untuk seterusnya, aku cuma mau check up ke Eka Hospital aja."

"Apaan, sih? Raztan Hospital itu rumah sakit terbaik di Jakarta. Kenapa malah nyari rumah sakit lain? Gak, kalau di Raztan, kan, aku bisa konsultasi sama dr. Grace setiap hari."

Lisa mulai mengandalkan aksi manjanya. Dia cemberut dan bersidekap. Mata hazelnya yang tajam terus tertuju pada wajah heran suaminya itu.

"Aku ngidamnya sama dr. Yuga, Ka. Gimana, dong?"

Rengekan yang manja hingga membuat Arka keki. Apa hubungannya? Permintaan yang aneh. Arka menghela napas dan mencoba sabar untuk sikap unik istrinya itu. Dia mengusap lembut pipi chubby Lisa.

"Jangan-jangan, kamu senang kalau dia megang-megang kamu, ya?" guyon Arka.

"Apaan? Yuga itu, kan, cowok Korea. Siapa tau kalau liat dia tiap hari, dielusin sama dia, nanti anak kita jadi cakep kayak cowok Korea. Aih, seneng banget!"

Arka menunjuk wajahnya dengan ekspresi polos. "Aku ini cowok banget, atletis dan berkulit tan. Lagian, aku kurang ganteng apa? Muka udah cakep gini, kurang sipit lagi? Udah 11-12 juga sama cowok Korea. Ini cetakan muka anak boyband, loh!"

Lisa tertawa cekikikan. Arka paling sebal saat sang istri memuji pria lain lebih tampan darinya.

"Aku gak suka kalau nanti anakku mirip dia," oceh Arka.

"Aku yang hamil, ini anakku, terserah aku mau check up di mana."

"Anakku juga, 'kan?"

"Pokoknya selain Yuga, aku gak mau ada dokter lain yang periksa. Ya udah, aku gak usah check up aja sampai anak ini lahir."

Arka mulai menggaruk kepalanya hingga rambutnya berantakan. Dia pun mengambil napas ala teknik yoga untuk lebih bersabar pada istri manjanya yang satu ini. Lisa hanya tersenyum dan memeluk sang suami.

Arka sangat mengerti hatinya, bahkan ketika sedih. Untuk itu, dia benar-benar harus terlihat bahagia agar tak dicurigai.

"Aku ngidam asinan Bogor, gak dibawain, sekarang aku minta check up di Eka Hospital, gak dikasih juga. Aku sedih," keluh Lisa sambil mencubit-cubit abs Arka.

Helaan napas panjang terdengar lagi. Dia mengusap-usap kepala Lisa agar wanita itu menaikkan kepalanya. "Kamu pengen banget asinan Bogor, Lis? Aku balik lagi ke sana, ya! Jangan nangis!"

"Eh, apaan? Aku gak mau. Maunya sama kamu aja di sini. Soalnya kamu juga udah bau keringat, asin banget. Aku suka."

Arka tak bicara lagi. Dia mengusap-usap punggung Lisa dan membiarkan istrinya itu bermanja padanya.

"Tapi rahim kamu gimana? Yuga bilang apa?"

Lisa mengajak Arka untuk duduk di kasur. Sambil bercerita, jarinya terus bermain di sela-sela jemari hangat milik sang suami.

"Aku udah cerita semua sama Yuga. Lagian selama ini aku udah jalanin pengobatan sama dr. Grace, udah lumayan baik dan rahimku sanggup mengandung. Cuma kata Yuga, aku harus lebih hati-hati karena kasusku agak lain. Jadi gak boleh capek dan banyak istirahat. Aku juga gak muda lagi, 'kan? Kalau bisa, sebelum 5 bulan gak boleh banyak gerak. Dia bakalan tetep ngasih vitamin dan obat penguat kandungan juga. Disuruh rajin kontrol ke sana. Akunya iyain aja. Abis, kenapa sekarang dia jadi makin ganteng? Memang kalau udah jadi mantan, pasti lebih menggoda. Hhssshh, seksi!" guyon Lisa sambil menggigit lower lip-nya, ekspresi seksi yang selama ini hanya dia tunjukkan pada Arka.

Arka menghela napas, pasrah. Dia membanting punggungnya ke belakang hingga terhempas di kasur. Wajahnya dia alihkan ke sisi lain untuk menunjukkan betapa cemburunya dia karena Lisa terus bicara tentang mantannya.

"Di saat istri ngidamnya mantan, aku bisa apa? Sakit."

Betapa Lisa sangat menyukai ekspresi cemburu Arka saat ini. Biasanya Arka hanya akan komat-kamit tak jelas untuk melepas kecemburuannya. Possesive husband. Namun karena istri mengandung adalah segalanya, pria itu menahan rasa cemburu dengan bias wajah yang manis sekali.

Arka pulang di hari yang terik. Kemeja putihnya yang basah membuat sebagian lekuk badannya terlihat. Bahkan butir keringat yang membanjiri leher jenjangnya menunjukkan betapa dia jauh lebih seksi daripada sekadar guyonan Lisa tentang Yuga.

Arka tersenyum saat Lisa mulai menyentuh dan menciumnya. Gejolak rindu yang tersalurkan.

"Aku kangen, Arka."

Bukan Yuga, tetapi Arka-lah yang membuat Lisa menggila. Dia sangat merindukan aroma keringat bercampur parfum yang begitu khas di indera penciumannya.

"Mandi, gih! Walaupun aku suka aroma tubuh kamu, juga kalau kamu keringatan gitu keliatan lebih seksi, tapi kayaknya dedek bayinya ini suka sama yang kinclong."

"Ya udah, aku mandi dulu, ya. Kita harus kasih kabar baik ini ke papa-mama."

Arka melonggarkan pelukannya dan membiarkan Lisa bangkit dari duduknya. Kerlingan mata dia berikan agar Arka bergegas pergi ke toilet untuk menyegarkan diri.

Suara shower pun terdengar, mengisi keheningan wajah Lisa yang mulai sendu. Dia berjalan menuju lemari dan mengambil satu lagi amplop berlogo Eka Hospital di bawah lipatan kain. Amplop itulah yang tak dia berikan pada Arka.

Itu adalah hasil test yang menunjukkan kondisi rahim dan fisiknya yang buruk hingga membahayakan nyawanya jika tetap mengandung. Bahkan jelas tertera di sana baris kalimat saran untuk proses pelepasan janin. Lisa tak ingin melakukannya, meskipun nyawa menjadi taruhan.

"Arka gak boleh tau tentang ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Hati Kita

    Rizwar melangkah keluar dari kamar dengan langkah berat, tetapi penuh rasa lega. Dia tahu pasangan itu membutuhkan waktu untuk memperbaiki apa yang telah retak. Lisa dan Arka mungkin penuh konflik, tetapi cinta mereka terlalu kuat untuk dihancurkan oleh salah paham. Rizwar menghela napas panjang, menyeka keringat di dahinya. Dia ingin memastikan segalanya akan baik-baik saja, tetapi untuk saat ini, dia mempercayakan semuanya kepada mereka.Di dalam kamar, Arka menatap Lisa yang masih duduk di ujung kasur. Senyumnya tipis, penuh makna, tetapi jelas sekali bahwa dia merasa sangat bersalah. Arka tidak tahu harus memulai dari mana untuk memperbaiki segalanya. Dia mengulurkan tangan, mencoba menyentuh pipi Lisa, tetapi istrinya hanya menatap ke arah lain.“Lisa…” panggil Arka pelan.Lisa menghela napas berat. Dia berdiri, berjalan menuju jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota. Malam itu langit cerah, penuh bintang, tetapi hatinya masih berat. “Ka, kamu sadar nggak, selama ini aku

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Ternyata

    Rizwar terkejut saat mendengar cibiran salah seorang rekan di bridal itu. Di sana, dia melihat Lisa tertunduk dan menangis, sementara Arka sudah marah seperti orang kesetanan. Dirinya pun ikut menggeram. Segera dia berlari dan memberikan tinju tepat di wajah Arka hingga temannya itu terjerembab jatuh ke lantai.“Apaan, sih, lo?” kecam Arka.“Puas, lo, rumah tangga lo jadi tontonan gini, hah?!”Rizwar menyeret Arka dan Lisa untuk pergi dari tempat itu, masuk ke ballroom hotel untuk menghindari perhatian orang-orang. Rizwar menyidik keduanya. Sepasang suami istri itu duduk berhadapan. Lisa menangis kecewa, sementara Arka sudah sangat meledak.“Lisa! Lo ini nggak kapok, ya! Belajar dari pengalaman, kek! Ini suami lo otaknya cetek! Sama dia harus transparan, nggak boleh tuh ada rahasia-rahasiaan. Kalau gini, kan, dia jadi salah paham. Nuduh lo selingkuh lagi, kan?” pekik Rizwar.Lisa hanya menunduk, terus menyapu air matanya. “Aku cuma mau ngasih kejutan.”“Dan lo …” Rizwar menggantung uc

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Grebek

    Arka tak bisa lagi menahan amarahnya. Seharian di rumah sakit, akhirnya dia pulang lebih cepat untuk bicara dengan Lisa. Ditunggunya wanita itu pulang, sampai jam delapan lebih. Lisa pun jarang mengangkat panggilan darinya.Krik! Lisa membuka pintu dan mendapati suaminya itu duduk di sofa dengan tatapan tajam dan bersidekap. Wanita itu mengurai senyum tipis sambil memegang pundaknya yang terasa sakit.“Sayang, udah pulang?”“Kamu abis dari mana? Jalan sama cowok? Aku liat kamu tadi dianterin lagi sama dia.”Lisa bungkam. Senyumnya tadi memudar mendengar tudingan tajam Arka. Dia meletakkan dulu tasnya, lalu melepas blazer yang melilit tubuhnya hari ini.“Tadi juga kamu makan siang sama dia, kan? Kalau kamu punya waktu makan siang sama dia, kenapa nggak ke rumah sakit dan ngajak aku lunch juga?” bentak Arka.Protes keras Arka ditanggapi sinis oleh Lisa. Teringat dia bahwa minggu lalu, Arka selalu menolak makan siang dengannya beberapa kali meski Lisa sudah menunggu Arka berjam-jam di ru

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Ada apa Ini?

    Begitu saja? Lisa hanya merasa lelah. Arka pun merasa janggal dengan sikap Lisa. Istrinya ini tidur memunggunginya, tak seperti sebelumnya yang selalu beringsut ke dada Arka hanya untuk menjadikan lengan suaminya itu sebagai bantal tidurnya.“Kenapa kamu tidur mantatin aku, sih?” seru Arka.“Siapa yang mantatin kamu? Muka kamu, kan, di atas, pan-tatku di bawah. Bukan mantatin namanya.”“Iya, maksudku, munggungin aku,” gerutu Arka sambil menarik bahu Lisa.Lisa menggoyangkan bahunya, menolak Arka untuk mengganggu. “Sayang, aku ngantuk, nih.”“Ngantuk … banget, ya? Malam ini nggak mau main apa … gitu. Kuda-kudaan, kek. Udah lama, kan?” rayu Arka sambil mengusap-usap paha istrinya.Lisa sama sekali tak tergoda. Dia benar-benar lelah seharian. Disampirkannya tangan suaminya itu, malas meladeni sikap manjanya yang minta dilayani urusan ranjang. Lisa menoleh ke belakang, tersenyum sungkan.“Sayang, please … besok-besok aja, ya. Aku capek banget. Beneran.”Lisa sedikit beranjak dan mencium s

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Curiga

    Arka duduk bersila di atas kasur, lalu menggendong Ariel untuk duduk di pangkuannya. Si kecil itu sedang lagi aktif-aktifnya untuk memainkan bola-bola dengan warna berbeda. Indera penglihatannya mulai bekerja. Begitu senang saat memainkan bola-bola di tangan ayahnya itu. “Adek juga udah nggak nyusu mama lagi. Nggak apa-apa, tuh? Nggak nangis? Kalau papa, nangis tuh.”Ariel tertawa, lalu menoleh pada ayahnya yang sejak tadi mengomel tak jelas. Tentu dia tak memahaminya. Tapi mendengar nada manja sang ayah, gelak kecilnya terdengar menggemaskan.“Bukan, maksudnya, nangis karena nggak meluk mama.”Ah! Apa yang dia pikirkan? Wajahnya merah sendiri, padahal si bocah itu juga tak paham apa yang dibicarakan. Dia baru ingat, bahkan sudah dua minggu lebih mereka tidak melakukan hubungan intim. Sibuk dan lelah. Lebih memilih berbaring dan bercumbu dalam lautan mimpi.“Mama mana, ya? Kok, belum pulang?”Tak lama, suara mobil terdengar memasuki pelataran rumah. Arka beranjak dari kasur, lalu men

  • AKU MANDUL (Tapi Kenapa Istriku Bisa Hamil?)   Selingkuh?

    Lisa cemberut, dengan tangan bersidekap. Selalu seperti ini setiap Arka pulang. Dia bahkan lebih senang memeluk guling ketimbang istri cantiknya ini.‘Sialan! Aku udah setengah telanj ang gini pun dia nggak ada minat buat megang-megang.’Sengaja dia menjatuhkan dress begitu saja untuk menggoda suaminya ini. Setidaknya mereka perlu amunisi untuk hubungan pernikahan yang belakangan ini terasa hambar. Lisa segera berbalik ke sisi cermin. Menatap tubuhnya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki lewat pantulan cermin. Dicubitnya sebentar lengan, lalu kedua sisi perutnya yang agak melar.‘Masa' udah nggak selera lagi, sih? Padahal nggak gendut-gendut amat. Masa iya, dia nggak pengen lagi?’Malas menggalau ria, Lisa pun pergi mandi karena badannya sedikit terpercik hujan di luar sana. Menghabiskan waktu lima belas menit, lalu dia keluar dari toilet. Hujan deras seakan mendukung Arka untuk pulas tertidur, padahal dia berkata hanya rebahan saja. Suara dengkurnya saja terdengar kuat.Lisa menyur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status