Beranda / Young Adult / AKU VS IBUMU / Bab. 4 Mencari Informasi

Share

Bab. 4 Mencari Informasi

Penulis: Su Yenni
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-02 10:25:14

Mencari Informasi

Kukeluarkan satu per satu baju-baju kotor itu dari dalam keranjang. Sampai di baju paling akhir, aku terkejut melihat sehelai kain kecil yang tersisa di dasar keranjang. Ada sebuah celana bayi yang sudah kotor di situ.

"Celana bayi? Milik siapa ini?" ucapku lirih. Pikiranku kembali berkelana ke foto yang dikirimkan Vera waktu itu. Aku yakin, Bang Faiz menyimpan sebuah rahasia. Aku harus mencari tahu hal ini. 

Setelah mencuci semua baju-baju kotor Bang Faiz. Aku meletakkan baju-baju yang sudah dicuci di sudut ruangan di dapur. Mataku kembali menemukan sesuatu yang tak lazim ada di rumah ini. Ya … sebuah gantungan untuk menjemur baju-baju bayi. Milik siapa? Tak mungkin milik Kak Intan, Chika saja sudah kelas 2 SD. 

Sepeninggalku waktu itu, aku tak pernah memakai gantungan seperti itu untuk menjemur. Karena yang mencuci baju kotor di rumah ini adalah aku. Kecuali baju Kak Intan sekeluarga, dia sering mengantarkannya ke laundry. 

"Semakin mencurigakan saja!" bisikku.

"Sedang apa Ratna?" Teguran Mama mengagetkanku. Mama menatapku lekat.

"Ini, Ma. Ratna menemukan ini di balik lemari. Ini gantungan siapa, Ma?" tanyaku pada Mama. Mama seperti terkejut ketika aku memperlihatkan gantungan itu.

"Oh, itu. Seminggu yang lalu Adam dan istrinya menginap di sini. Itu loh, yang memberikan tambahan modal untuk Faiz," ucap Mama. 

"Ooh, Bang Adam ya, Ma?" ucapku lalu beranjak meninggalkan Mama. 

Suara mesin mobil Bang Faiz sudah berada di depan rumah. Dia baru saja pulang dari toko. 

"Assalamualaikum!" ucapnya di depan pintu. Gegas aku menuju pintu lalu membukanya. Kucium tangan Bang Faiz dengan takzim.

"Abang langsung mandi ya, Dek! Gerah!" ucap Bang Faiz ketika kami sudah berada di dalam kamar.

"Iya, Bang. Adek buatin teh manis ya. Habis mandi Abang langsung makan," jawabku sembari mengulurkan handuk kepada Bang Faiz.

Bang Faiz melangkah menuju kamar mandi. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Itu artinya Bang Faiz sedang mandi. 

Aku beranjak keluar kamar menuju dapur. Kubuatkan secangkir teh manis hangat untuk suamiku itu. Dia pasti lelah dari pagi belum istirahat barang sejenak.

Kubawa secangkir teh manis itu ke dalam kamar lalu menyuguhkannya kepada Bang Faiz. 

"Diminum dulu tehnya, Bang. Habis itu kita sholat maghrib dulu, baru lanjut makan malam. Adek masak enak sore tadi." Kusodorkan teh itu kepada Bang Faiz.

"Makasih ya, Sayang. Capeknya langsung hilang setelah minum teh dan disuguhkan senyuman manis dari istriku tersayang." Bang Faiz mencolek dagu ini. Aku tersipu malu dibuatnya.

"Ah … gombal. Kamu gak pernah berubah ya, Bang. Suka gombal," ucapku semringah. "Sudah adzan, yok kita shalat, Bang," ajakku kepada Bang Faiz.

Setelah melaksanakan shalat maghrib. Aku dan Bang Faiz ke luar kamar dan bergabung bersama yang lain di ruang makan. 

"Bang, bagi duit dong. Hapeku rusak. Mau beli hape baru." Belum lagi Kami duduk, Maya sudah meminta uang untuk sebuah keperluan yang tak begitu penting. Hape Maya baru saja dibeli sewaktu aku melahirkan, masak iya sudah rusak.

"Kok bisa rusak? Kan baru beli, May!" tegas Bang Faiz.

"Udah jadul Bang. Kawan-kawan Maya pakai hape keluaran terbaru. Maya malu Bang!" cicitnya lagi.

"Jangan ngikut orang, May. Emang kalau kamu susah mereka mau bantu?" sergah Bang Faiz. Sesekali Maya memang harus dibantah, biar gak manja. Mulut Maya mengerucut sepanjang lima centi. 

"Kasih ajalah Faiz. Baru juga hape." Mama ikut memberikan suaranya. Tentu saja membela putri kesayangannya itu.

"Tapi, Ma. Kita banyak pengeluaran bulan ini. Mama kemarin minta uang 10 juta. Mana mungkin aku mengeluarkan lagi uang untuk beli hape Maya. Bisa bangkrut lagi usaha kita, Ma." Mama terdiam tak berkata apa pun lagi. Untuk apa Mama minta uang sebanyak itu?

Oya, sebaiknya aku singgung masalah gantungan baju bayi itu di sini. Aku mau lihat reaksi Mama dan Bang Faiz. Apakah Mama berbohong atau tidak.

"Oya, Bang. Bang Adam menginap berapa lama di sini?" tanyaku seraya melirik Bang Faiz.

"Adam?" Bang Faiz kelihatan bingung.

"Iya, Bang Adam. Kan menginap di sini minggu lalu," ucapku lagi.

"Kapan Adam datang kemari. Gak ada, Adam gak kesini, Dek." Mama tersedak saat meneguk air minumnya.

"Itu loh, Faiz. Minggu lalu Adam dan istrinya kan menginap di sini. Masak lupa!" Mama mencoba menetralisir keadaan, agar seiya sekata dengan Bang Faiz.

"Oh … iya, aku lupa. Iya, Dek. Mereka menginap 3 malam di sini," terang Bang Faiz sedikit gelagapan.  Masak iya hanya tiga malam sampai membeli jemuran bayi segala.

"Emang anak Bang Adam umur berapa, Bang?" tanyaku lagi. Karena aku memang tak pernah bertemu sekali pun dengan keluarga Bang Adam.

"Sudah SD kelas 3, Dek. Emang kenapa kok tanya-tanya anak Bang Adam?" tanya Bang Faiz sedikit heran.

"Gak kenapa-kenapa, Bang. Pengen tau aja." Aku tersenyum seraya melirik ke arah Mama. Mama kelihatan salah tingkah. Umpanku berhasil. Ada kebohongan yang disembunyikan Mama dan Bang Faiz. Aku akan membongkar kebohongan ini.

Setelah mendapat keterangan yang aku butuhkan, aku memilih diam dan melanjutkan makan. Mama lebih dulu beranjak dari meja makan, lalu memanggil Bang Faiz ke dalam kamarnya. Kutatap langkah mereka dengan seuntai senyuman. 

Setelah makan aku kembali ke dalam kamar. Kukirim pesan pada Vera agar menemuiku besok di tempat yang sudah kutentukan. Aku butuh bantuan Vera untuk menyingkap tabir rahasia di dalam rumah ini. 

Bang Faiz mendorong dorongan  bayi sewaktu di Medan, foto Bang Faiz bersama Chintya, celana bayi yang sudah kotor dalam keranjang baju kotor Bang Faiz, dan gantungan jemuran baju bayi itu pasti saling berhubungan satu sama lain.

*** 

Pagi ini, aku bergegas menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Aku sudah berjanji untuk bertemu dengan Vera jam sepuluh. Kupesan sebuah taxi online untuk mengantarku ke sebuah taman di depan kantor Bupati. 

"Hei … Ver, udah lama?" tanyaku pada Vera ketika aku sampai di taman. Vera duduk di sebuah bangku taman di balik sebuah pohon besar. 

"Baru lima menit. Duduklah!" jawab Vera.

"Maaf ya, aku ngerepotin kamu," ucapku memelas.

"Aduh, Rat. Kayak sama orang lain aja. Apa pun yang kamu butuhkan, ngomong ke aku. Sekuat tenaga dan pikiranku, aku akan membantumu. Kayak baru kenal kemarin aja," ucap Vera bersemangat.

"Aku dapat bukti-bukti yang mengarah kepada hubungan Bang Fauz dengan wanita di dalam foto itu," ucapku setengah berbisik.

"Kamu kenal wanita itu, Rat?" tanya Vera.

"Ya, aku kenal. Dia Chintya. Dia yang dijodohkan Kak Intan untuk Bang Faiz. Tapi Bang Fai menolaknya," terangku lagi. Vera terkejut mendengar kata-kataku.

"Wow, seru nih! Oya, sebelum ke inti pembicaraan kita. Aku ingin tau gimana ceritanya bayimu bisa hilang. Ceritain dong, penasaran!" Vera memelas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AKU VS IBUMU   Part 44. Pamit_Tamat

    PamitEnam bulan kemudian. Entah kemana perginya Bang Faiz. Sudah enam bulan dia tak menjenguk Keysha dan Zidan. Dia hanya melakukan panggilan video dengan kedua anaknya itu. Pernah aku membawa Keysha dan Zidan ke rumahnya, karena mereka sangat rindu dan ingin bertemu dengan ayah mereka. Tepatnya sebulan yang lalu. Tapi, kata penghuninya, Bang Faiz dan keluarganya sudah pindah, dan tak tau dimana alamat mereka sekarang. Sampai sekarang Bang Faiz belum menghubungi lagi.Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Bang Faiz? Mengapa mereka menghilang tanpa kabar. Lalu, siapa yang melanjutkan usaha mereka? Apakah usaha itu juga sudah tak dijalankan oleh Bang Faiz lagi? "Mbak, Zidan demam! Suhu tubuhnya tinggi." seruan Mirna menyadarkanku dari lamunan. "Kok bisa? Barusan sebelum tidur, Zidan main mobil-mobilan, kan?" tanyaku sembari menyusul langkah Mirna menuju kamar Zidan."Gak tau, Mbak. Tadi waktu bangun Zidan nangis, dan ternyata badannya panas." ujar Mirna sedih."Ya, sudah! Kit

  • AKU VS IBUMU   Part 43. POV Mama

    POV MamaSetelah keluar dari penjara. Aku berharap Faiz dan Chintya dapat bersatu layaknya satu keluarga yang utuh. Namun, kenyataan yang kuterima, Faiz menolak kehadiran Chintya. Padahal, dia sudah berpisah dengan Ratna untuk waktu yang cukup lama. Entah apa yang menyebabkan Faiz masih saja mengharapkan Ratna. Kalau dilihat dari penampilan, Chintya masih lebih menarik dari Ratna, secara dia selalu merawat penampilannya karena dia mempunyai banyak uang. Kecillah baginya kalau hanya sekedar perawatan kecantikan. Sedangkan Ratna, hanya gadis kampung yang kebetulan bernasib baik bisa menikah dengan Faiz. Berbagai cara sudah kulakukan untuk menyatukan Faiz dengan Chintya, tapi bukannya bersatu malah Faiz menjatuhkan talak pada Chintya tepat sehari setelah Chintya keluar dari penjara. Padahal, mereka sudah memiliki seorang anak. Selama Chintya di penjara, Faizlah yang merawat anak itu. Tapi, entah apa sebabnya, kini Faiz tak mau lagi merawat anak itu. Bahkan, Faiz mengusir Chintya dan

  • AKU VS IBUMU   Part 42. Pembelaan Dari Bang Faiz

    Pembelaan Dari Bang FaizBang Faiz berhasil menangkap tubuh Zidan, tetapi dia terpeleset oleh tumpahan air tersebut. Bang Faiz terjatuh bersama Zidan. Kepalanya membentur sudut meja. Kepala Bang Faiz berdarah, dan sepertinya dia tidak sadarkan diri. Semua orang di ruangan menjerit. Lalu berlari menghampiri Bang Faiz dan Zidan. Darah di kepala Bang Faiz mengalir cukup deras. "Bawa ke rumah sakit saja, Rat!" ucap Vera panik."Iya, kamu benar Ver. Ayo, kita angkat Faiz ke mobil," seru Andi kepada beberapa orang laki-laki yang siap membantu Andi.Bang Faiz diangkat ke mobil, lalu dibawa ke rumah sakit. Gegas aku meminta kepada pembawa acara untuk menutup acara. Tak lupa aku mengucapkan permohonan maaf atas kejadian barusan. "Kita susul ke rumah sakit, ya, Ver!" ujarku kepada Vera setelah tamu-tamu pulang semuanya."Iya, kita harus segera berangkat, Rat. Anak-anak di rumah saja. Biar Mirna yang jaga."Aku dan Vera segera melaju dengan mobil yang dikendalikan oleh Vera. Di tengah perjala

  • AKU VS IBUMU   Part 41. Musibah di Acara Ulang Tahun

    Musibah Di Acara Ulang TahunKring!Ponselku berdering. Segera kuraih benda pipih yang tergeletak di atas meja rias itu, lalu mengangkat dan menempelkannya di telinga."Halo, Ver, kangen tau! Gitu ya, mentang-mentang pengantin baru, susah dihubungi," cercaku kesal. Semenjak menikah Vera sudah jarang mengunjungiku di sini. Bahkan di telepon pun susahnya minta ampun."Bukan gitu. Maafkan diriku, Sayang! Masih sibuk kemarin ngurus pindah rumah. Aku kan istri yang baik, jadi harus ikut kemana pun suamiku pergi, ya, kan?" "Iya, lah, yang pengantin baru. Paham kok, paham! Hahaha!""Jadikan besok acaranya? Aku baru baca chat darimu tadi kemarin pagi. Maaf, ya! Tapi besok, aku usahain untuk datang. Janji deh!""Gitu dong. Janji, ya! Keysha nungguin loh. Kangen Tante Vera katanya. Kami tunggu loh, ya!" "Iya, iya. Salam sama Keysha ya, besok Tante Vera datang. Assalammualaikum." Panggilan telepon dengan Vera berakhir. Empat tahun sudah berlalu. Keysha dan Zidan sudah semakin besar. Keysha se

  • AKU VS IBUMU   Part 40. Perceraian

    Perceraian"Ma—maafkan, Abang, Rat. Abang tak ingin melanjutkan gugatan itu. Abang menunggu persetujuanmu. Abang mohon, berilah kesempatan kepada Abang untuk menebus semua kesalahan Abang kepadamu. Izinkan Abang merawat anak-anak kita bersamamu. Abang menyesal, Rat. Sungguh, Abang sangat tersiksa dengan semua ini. Abang ingin kita seperti dulu lagi."Aku diam dan mencoba mencerna kata demi kata yang telah diucapkan oleh Bang Faiz. Apa katanya tadi? Dia ingin kembali? Dia ingin aku menerimanya lagi? Dia minta kesempatan itu? Sudah hilangkah rasa malunya?"Maaf, Bang. Aku rasa, aku sudah cukup memberimu kesempatan dulu. Aku sudah memohon kepada Abang agar mencari tau dulu tentang kebenarannya. Tapi apa? Abang tak mau percaya kata-kataku. Abang tak memperdulikan permohonanku. Abang tetap kekeh d ngan tuduhan Abang," ujarku sedih. Aku masih ingat setiap jengkal kejadian itu. Luka karenanya masih menganga lebar dan terasa peri."Abang tau, Rat. Abang sudah menyadari kesalahan itu. Abang be

  • AKU VS IBUMU   Part 39. Keysha Sakit

    Keysha Sakit."Mungkin sebaiknya, Faiz tidur di sini untuk malam ini. Aku khawatir, nanti Keysha terbangun dan mencari papanya lagi," ujar Vera memberi saran. Bang Faiz menatap ke arahku meminta persetujuan.Aku sebenarnya ragu memberi izin kepada Bang Faiz untuk menginap di sini. Tapi, kasihan juga d ngan Keysha. Kalau dia terbangun tengah malam dan mencari papanya, bagaimana? "Kalau Bang Faiz mau, aku tidak keberatan. Kasihan Keysha, mungkin dia rindu pada papanya," jawabku setuju. Biarlah Bang Faiz menginap di sini untuk malam ini. Toh, di rumah ini aku tidak sendiri. Ada Mbak Mirna dan Vera. "Makasih ya, Rat," sahut Bang Faiz."Iya, Bang. Kami ada di luar, kalau Keysha bangun panggil aku ya!" pesanku kepada Bang Faiz. Aku dan Vera beranjak meninggalkan kamar Keysha. Lalu tidur di sofa ruang tamu yang tak jauh dari kamar itu.Sebenarnya aku ingin sekali tidur di samping Keysha, menemaninya sembari merawatnya. Namun ada rasa tak nyaman di hati ini kalau bersama-sama dengan Bang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status