หน้าหลัก / Romansa / ALASKA / BAB 6 ROMEO YANG TERSAKITI

แชร์

BAB 6 ROMEO YANG TERSAKITI

ผู้เขียน: KEYCHA KEY
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-13 13:59:14

Satu jam berlalu. Masih terdengar teriakan, dan juga suara keras dari balik pintu di tempat Alaska duduk. Ia ingin menekan bel tamu, namun ternyata nyalinya tak senekat itu. 

Mau ditunggu sampai kapan perdebatan itu usai. Hingga akhirnya, Alaska memutuskan untuk meninggalkan rumah Yesa, dan memilih untuk kembali ke rumah. 

“Den, masih belum dibuka ya pintunya?”

Suara itu membuat Alaska kaget, dan sontak menoleh ke belakang. 

“Eh, Kang? Belom. Kayaknya, Alaska pulang dulu aja kali ya? Soalnya di dalam juga kayaknya ada masalah, gak enak,” tukas Alaska pada kang kebun yang menatap nanar anak muda yang berada di hadapannya itu. 

“Biasa Den, cekcok antara suami istri. Kalo gitu, ya udah den Alaska pulang dulu. Besok pagi, ke sini lagi,” 

“Okey kang, makasih banyak ya. Alaska pamit pulang dulu,” pamit pria itu seraya membungkukkan tubuhnya pada kang kebun yang tersenyum salut melihatnya. 

“Hati-hati Den,"

Alaska memilih untuk bergegas mengendarai motornya, setelah beberapa jam berharap Yesa keluar menemuinya, tapi harapan hanyalah sekedar harapan. 

***

Pagi itu Alaska hanya menghela napasnya, dan berjalan melalui koridor kampus yang kali ini tampak ramai oleh mahasiswa yang datang atau pun pulang.

Rasanya, ada yang mengganjal dalam hati dan pikiran Alaska. Yah mengenai Yesa yang sampai saat ini pun tak memberinya kabar sama sekali, padahal kemaren ia telah menemui gadis itu. Alaska yang kemudian memilih untuk duduk di taman kampus di temani tanaman dan pepohonan rindang yang tumbuh, di mana ia jadikan sebagai tempat sandarannya di kala lelah seperti saat ini. 

Otaknya masih berfikir, apa kah yang di lakukan olehnya terhadap Yesa adalah sebuah kesalahan?

'Apa yang harus gue lakuin biar bisa ketemu Yesa? Apa gue emang lembek sebagai lelaki?'

Begitulah pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam benak pria itu.

Hingga ia tak sadar, jika kali ini ia tengah tertidur di bawah rindangnya pohon taman kampus ini.

"Weh, Alaska! Alaska! Bangun yaelah lo pakai tidur segala! Lang ayok ikut gue sini!" Bangun Azka yang berbicara setengah berbisik pada Alaska.

"Ada apa?"

"Sssttt pokoknya jangan berisik, dan jangan banyak tanya okey! Lo ikut gue sekarang!" titah Azka dengan wajah setengah panik yang kemudian berjalan lebih dulu seakan ia menunjukkan suatu hal pada Alaska yang semakin penasaran dibuatnya.

"Eeeett,, berhenti! Itu Yesa bukan?" tanya Azka lagi.

Yah tepat di ujung koridor, di mana kampus yang kini kian sepi tampak sepasang anak manusia tengah berada di sana. Berpelukan, dan terlihat begitu mesra, namun kemesraan itu akhirnya berakhir dengan ciuman.

“Apa-apaan sih ini! Gue gak bisa biarin,” geramnya lalu berjalan cepat ke arah yang ditunjuk oleh Azka.

"Alaska, lo mau kemana woy? Eh! Tahan Alaska! Duh!” teriak Azka panik ketika melihat Alaska yang sudah berjalan dulu ke arah Yesa dan pria yang tak dikenal itu.

Emosi? Yah pasti! Siapa yang gak bakalan emosi liat pasangannya kiss lips sama orang lain yang jelas di depan mata.

Bruk!

"Alaska! Apa-apaan sih!" teriak Yesa. Tapi Alaska tak peduli dan menghajar pria itu habis-habisan.

"Alaska berhenti," teriak Yesa lagi, dan berusaha untuk menahan Alaska tapi kekuatannya tak sekuat pria itu, yang ia sendiri tak mampu untuk menahannya.

"Azka stop! Kita udah putus!" teriak Yesa untuk kesekian kalinya, yang sontak membuat Alaska menghentikan pukulannya lalu menatap pada Yesa lamat dan dengan tatapan tajam.

"Siapa dia? Kenapa harus sekarang lakuin itu? Kenapa bukan sama aku?" ujar Alaska yang kembali melontarkan pertanyaan pada Yesa, dengan susah ia menahan tangis karena suaranya serak.

"Kamu bisa kasih aku apa hah?" tutur Yesa tak kalah kerasnya dari Alaska yang amarahnya sudah sampai di klimaks.

"Aku emang gak tajir, tapi aku punya perasaan cinta dan sayang yang besar buat kamu! Kalo uang bisa dicari, tapi ketulusan dan setia itu gak ada harga jual beli," tutur Alaska dengan nada bicara yang melemah.

Tapi Yesa tak lagi menghiraukannya, dia memilih pria yang terkapar karena dipukuli Langit habis-habisan itu.

Jantung Alaska lagi-lagi bak dihujan duri yang semakin parah. Hancur berkeping-keping.

Ternyata kalimat yang ia lontarkan malam itu, bukan sekedar kalimat, tapi memang nyata. 

Argh! 

Kini pria itu mengepal kuat tangannya dan memukul pohon yang berada di sampingnya dengan emosi yang semakin membuncah. 

Seakan tak ingin terlihat lemah, Langit menyeka air matanya yang ternyata tak kuasa tertahan. Azka yang menatap dari kejauhan juga tak kuasa menahan tangisnya, seakan ia menempatkan dirinya sebagai Alaska kali ini. Ada rasa kecewa juga yang menyeruak dalam dada Azka.

“You are nothing short of like a bitch!" umpat Azka juga pada Yesa, seraya menunjukkan jari tengahnya.

“Gue gak butuh cinta! Emang lo bisa beliin gue sesuatu pake cinta lo!" ketus Yesa pada Alaska dan sontak mendorong bahu Alaska dan kemudian berlalu dengan pria yang wajahnya sudah membiru karena tonjokan Alaska yang penuh emosi tadi.

"Aaargggghh! Gue benci hidup gue! Gue benci gak bisa jadi yang pacar gue pengen," teriak Alaska yang tampak tak kuasa menahan sesak di dadanya, ia berlutut di atas tanah. Kecewa terberat adalah, ketika kita terlalu menaruh harapan besar terhadap orang yang tak mencintai kita sama sekali.

Melihat Alaska yang tengah gundah, Azka sontak menghampirinya dan meminta Alaska untuk bangkit dari simpuhnya.

"Alaska, ayok kita pulang, ayok jangan di sini," ajak Azka.

Alaska hanya menangis dan tak menggubris apapun pembicaraan Azka. Ia lebih memilih diam, dan berkali-kali meluapkan emosinya pada batang pohon yang berada di sampingnya.

Andai pohon itu bisa bicara, mungkin dia sudah meminta ampun pada Alaska.

"Alaska, gue bisa ngerasain gimana posisi lo. Tapi gue minta tolong Ka, jangan kegini. Ayok pulang, tenangin pikiran lo nanti kita cari solusinya sama-sama," ajak Azka lagi dengan sangat hati-hati karena di balik carenya, dia juga takut ditonjok Alaska.

“Solusi apa? Gue sama Yesa udah kelar! Udah gak bareng lagi, solusi apa yang lo mau cariin bangsat!” 

“I-iya, t-tapi lo pulang dulu!” 

Alaska lelah dengan perdebatan. 

Emosi telah menguras energinya.

Hingga akhirnya, Alaska menuruti Azka untuk kembali ke kostnya, yah meskipun hati tak sesuai dengan apa yang harus ia lihat kan dalam sesak dan lukanya yang kini menganga lebar, bahkan keluhnya pun tak lagi dapat ia rasakan.

Luka yang kali ini, tak dapat untuk di bicarakan lagi. Tak bisa untuk diobati, Yesa is the Queen in Alaska's heart.

-Jangan sampai mengecewakan seseorang, karena suatu saat semua akan berbalik-

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • ALASKA   BAB 31 KARMA IS THE REAL

    “Alaska, kok lo malah main tinggal gue aja sih sama tu orang di depan?” Dengus Azka yang berlari mengejar Alaska yang bergegas masuk ke dalam rumah."Gue gak mau bergulat dengan masa lalu yang udah bikin gue tertatih! Gue gak mau harus mengulang sejarah sama orang yang berulang kali bikin gue kecewa. Dia hadir, cuma gak mau anak yang ada dalam perutnya itu lahir tanpa ayah. Gue tau, kalo gue jahat gak mau dampingin dia, karena jujur dari hati yang paling dalam gue masih sayang sama dia Ka!” tutur Alaska seraya menyeka air mata yang ikut tumpah ketika mulutnya melontarkan kalimat yang membuatnya pilu itu.“Sayang sama orang salah! Itu karma buat dia, karena udah nyakitin perasaan orang yang tulus sama dia, dan gak mau ngerusak dia sama sekali,” timpal Azka dan menepuk pundak Alaska.“Entahlah Ka, mendingan lo suruh Yesa pulang aja. Gue gak mau nanti salah paham,” titah Alaska pada Azka yang menatapnya datar, lalu beranjak

  • ALASKA   BAB 30 CINTA ITU BERTAHAN BUKAN MENINGGALKAN

    Setiap manusia punya sisi kelemahannya masing-masing. Dan salah satu sisi kelemahan gue adalah hidup tanpa lo!••Fajar kembali menyingsing. Sesekali melihatkan diri akan satu hal yang membuat seluruh manusia di bumi melanjutkan aktivitasnya. Alaska sempat beberapa kali berdecak kagum dalam hati, ketika menatap semesta begitu bersahabat, terlebih pagi ini tampak rindang dan sejuk, juga tenang. Gak seperti biasanya.Alaska mencoba menghirup udara segar yang kali ini membuat pikirannya sedikit tenang, dari segala beban masalah yang menghampirinya. Angin sepoi-sepoi pun ikut bahagia, dengan hadirnya Alaska pagi ini yang tampak seperti Langit biru di angkasa.“Alaska!” kaget Azka yang baru saja datang dari belakang.“Lo Ka, ada apa?” tanya Alaska pada Azka lagi.“Gak ada sih, lagi pengen nyantai aja hari ini. Rasanya tenang banget ya, kalo kayak sekarang,” pungkas Azka.“Iya enak

  • ALASKA   BAB 29 PERLAHAN

    ‘Siapa bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati? Nyatanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati!’ ujar Alaska pada dirinya sendiri yang tatkala sedang membawa motor menuju kostnya.Rasanya ia bermimpi, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat itu hanyalah sebuah delusi yang membawanya dalam sebuah kesengsaraan, tapi ternyata salah! Itu adalah sebuah kenyataan yang harus di terima disaat semua tak satu pun berpihak pada kita.Oh ternyata begini, rasanya menjadi dewasa. Setelah bertahun, hanya mendengar kita dari orang lain yang selalu mengeluh lelah menjalani hidupnya. Meskipun tak pernah mengusik, tapi kenapa Alaska selalu di hadirkan orang yang tak pernah memberi ketenangan pada jiwanya yang tergolong lelah itu. tak terasa hampir bentar lagi Alaska sampai di rumah kostnya. Baru sebentar ia tinggal, rasa rindunya sudah menyeruak menyesakkan dada. Sama seperti halnya ketika ditinggal oleh orang yang terkasih, baru saja sebentar tapi rindunya ud

  • ALASKA   BAB 28 ALUR TAKDIR

    Biarkan semua berjalan sesuai alurnya. Mengikuti proses sebagaimana mestinya, tak perlu berhayal tinggi dalam menjalan kan kehidupan yang nyatanya keras dan begitu kejam. Cinta bahkan tak peduli berapa besar rasa yang harus ia korbankan, bahkan luka juga tak mau tau berapa perih yang harus ia sembuhkan untuk tetap bertahan.“Bang Alaska, enak gak kuliah di Jakarta?” tanya Shania yang sedari tadi sibuk memperhatikan Alaska yang tengah berberes.“Kenapa kok nanya gitu? Emang Shania juga mau kuliah di Jakarta?” tanya Alaska lagi.“Hm, pengen tau aja bang. Karena masih takut karena belum pernah jaoh dari mama sama papa, rasanya Shania masih belum siap buat itu,” jelas adiknya yang membuat Alaska melihat kan lengkung bulan sabit di bibirnya.“Gak ada yang perlu di takutin kok Shania, semuanya juga akan jadi terbiasa. Apalagi disana, bisa lebih mandiri dari pada harus selalu tinggal sama orang tua. Tapi kalo Shania, jan

  • ALASKA   BAB 27 KEPUTUSAN TAK BERUJUNG

    Alaska berada di kamarnya dulu sewaktu masih berada di kampung. Bahkan satu pun tak ada yang berubah, hingga ia hampir saja tak ingin beranjak dari kamar itu untuk melepas kerinduan.Sementara ia harus balik ke kota untuk kembali melanjutkan hidupnya di rantau menjalani pendidikan yang hampir selesai ia tempuh. Semua rasanya terasa kembali dalam ingatan Alaska, dimana dulu ini adalah kamar pertama ia sewaktu selesai khitan. Dan ini adalah kamar dimana ia menumpahkan segala kerisauan dalam hatinya, sesekali memetik senar gitar yang hampir terlupakan olehnya. Alaska yang dulu hanya berdiam diri di kamar tanpa ada yang mau berteman dengannya, bahkan ia tidak terlalu terbuka untuk berbagai hal yang sontak membuat sekitarnya ingin menjadikan Alaska sebagai menantunya. Alaska hanya tertegun ketika mengingat semua itu, ia harus kuat tak ada lagi Alaska yang harus rapuh ketika mengingat masa lalu yang begitu menghancurkan dirinya. Flashback adalah salah satu cara terbodoh yang

  • ALASKA   BAB 26 PERDEBATAN

    “Alaska tetap gak mau buat di jodohin pa, ma!” Bantah Alaska di hadapan pak Asep yang hanya bungkam dan sesekali menatap istrinya, seakan ia bersalah atas perjanjian yang mereka lakukan dua puluh tahun silam, sejak awal anak mereka masih dalam kandungan.“Apa alasan kamu gak mau Alaska? Gak sopan banget kamu ya, lancang banget di depan pak Asep ngomong gitu!” Bantah papa Alaska dengan nada yang meninggi, sedangkan di ruang tamu para manusia yang ada disana, sangat gugup dan sontak menjadi canggung.“Pah, Alaska minta maaf ya kalo kali ini Alaska harus nolak permintaan papa sama mama buat di jodohin, Alaska sadar kok kalo itu udah bikin Alaska jadi anak durhaka. Tapi Alaska minta pengertian mama sama papa, juga pak Asep. Kali ini, Alaska pengen nikmati masa muda dulu, dan cari pekerjaan yang bener-bener bikin Alaska mapan, dan siap menanggung semuanya. Sedangkan sekarang? Alaska masih berstatus kan mahasiswa,” tutur Alaska berharap ay

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status