공유

Bab 7

작가: Lashinzou
last update 최신 업데이트: 2021-10-11 17:24:30

Revan menatap pembantunya yang kini sedang berlutut sambil menangis tersedu. Ia tetap berdiri dengan tenang karena anaknya sedang tertidur di pelukannya.

“Maafkan saya tuan, saya—”

“Mau sampai kapan pun kamu meminta maaf, tidak akan saya maafkan!” tatapannya kini mengintimidasi.

Semua pembantunya yang melihat kejadian itu, berpura-pura tidak tahu dan menghindar. Karena mereka takut akan menjadi incaran Revan selanjutnya.

“Hiks, tolong jangan pecat saya tuan,”

“Kalau memecahkan piring di rumah ini, saya maafkan. Tetapi, kamu hampir saja membuat nyawa anak saya diambang kematian dan itu tidak bisa saya maafkan!”

“Saya tidak sengaja tuan, saya tadi—”

“Apakah kau mengatakan hal itu karena saya tidak mengetahui apa yang kamu lakukan?! Kau sibuk bermesraan dengan kekasih barumu dan melupakan tugasmu. Apakah kau masih mengelak?”

Mata perempuan di hadapannya membelalak.Bagaimana tuannya bisa tahu apa yang dia lakukan, padahal ia baru melihat tuannya setelah kejadian itu terjadi.

“Maaf tuan, tadi—” ia mencoba mengelak dan meminta permohonan maaf dari tuannya itu.

"SIALAN! HARUSKAH SAYA MEMBUATMU MERASAKAN APA YANG ANAK SAYA RASAKAN? MENJAGA SATU ANAK SAJA TIDAK BECUS!!!”

“Pak Ridwan!” teriak Revan memanggil satpam pribadinya.

"Ya, tuan?” ujarnya dengan gugup, takut kena amukan Revan yang sudah tidak terkendali.

“Tolong usir sampah ini dari sini. Cepat! Dan kau! Pilihanmu kini hanya ada dua. Pergi dan jangan muncul dihadapan saya atau mati!”

Suasana semakin mencekam tatkala Revan menaikkan nada suaranya, yang membuat bayi di gendongannya itu sedikit terusik.

Jujur saja, Revan paling tidak suka jika anak semata wayangnya dalam bahaya. Kejam, memang. Tetapi, jika menyangkut orang yang dia sayang, Revan tidak akan segan bahkan dapat melakukan apapun tanpa perasaan.

“Peringatan buat semuanya, jangan sampai hal ini terjadi lagi. Setiap gerak-gerik yang kalian lakukan, berada di bawah pengawasan saya, apakah kalian mengerti?!”

Lebih dari lima puluh pembantu dengan berbagai macam profesi yang bekerja di rumahnya, mengangguk dan menjawab dengan lantang.

Revan kemudian menaiki tangga untuk meletakkan anaknya di kamar tanpa memperdulikan pembantunya yang masih berlutut lebih dari satu jam di luar rumah dengan cuaca dingin karena hujan lebat.

"Daddy tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Itu janji Daddy sayang."

Matanya sedikit berkaca mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Ada perasaan kesal yang bercampur aduk ketika kakinya pun hanya mampu melemah tatkala melihat anaknya sedang dalam bahaya. Ia tidak bisa berpikir jernih, bagaimana jika tidak ada perempuan itu yang menolong. Mungkin hal yang tidak diinginkan akan terjadi, dan separuh dari jiwanya akan hilang. Revan membenci hal itu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • AMORIST   Bab 19

    “Apakah kau baik-baik saja?” Jovanka khawatir dengan Xaviera saat ini. Ia seperti mayat hidup dengan jalan yang kelimpungan tanpa ekspresi. Ia semakin takut ketika dilontarkan pertanyaan, Xaviera hanya menoleh, menatapnya dalam diam kemudian fokusnya kembali ke depan. Sedangkan fokus Xaviera kini telah terbagi. Ia juga mengakui bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Ia baru saja seperti terkena serangan bom dahsyat yang benar-benar membuatnya tidak berdaya, lemas lunglai dan mempengaruhi gangguan kejiwaan. Ia masih bertanya-tanya, mengapa ada orang setampan itu? Postur tubuh yang sesuai dengan angan-angan semua perempuan. Ia seperti karakter fiksi yng baru saja keluar dari buku kemudian berada di hadapannya. Segala hal yang ada di tubuhnya terlihat pas dan sempurna dimulai dari rambut, dahi, alis, mata, hidung, dan bibirnya. Perfect. Belum lagi dengan balutan kaos hitam polos membuatnya terbius dalam beberapa saat. Memang benar

  • AMORIST    Bab 18

    Setelah berlari tiga putaran, Xaviera menyerah. Ia duduk di salah satu bangku di sana karena perasaan lelah yang lebih mendominasi. Sembari menunggu lelahnya sedikit berkurang, ia memperhatikan orang-orang yang sedang berlari dihadapannya. Semua manusia dari berbagai kalangan berolahraga di sini. Mulai dari yang muda sampai yang sudah tidak muda lagi. Ada yang bersama pasangan mereka atau bahkan bersama dengan keluarga. Di sisi sebelah kiri, ada beberapa ibu-ibu muda yang sedang mengikuti instruksi dari pelatih zumba yang musiknya menambah semangat ketika berlari. Sedangkan suami mereka, sibuk duduk dan makan-makanan yang terjaja di sekitar taman sambil mengasuh anak-anak. Xaviera tersenyum melihat interaksi yang hangat antara ayah dan anak-anaknya itu. Notifikasi masuk di ponselnya, tertera pesan dari Jovanka yang mengirimnya pesan bahwa dirinya sudah menunggu di mobil padahal ia tidak memintanya untuk datang. Sahabatnya itu benar-benar tidak bisa ditebak. D

  • AMORIST   Bab 17

    “Mengapa kau lama sekali?” Revan angkat bicara ketika melihat Liam yang berjalan ke arahnya sambil membawa dua botol mineral. Liam yang masih kesal hanya terdiam kemudian menyerahkan salah satu minuman itu dari tangannya. Revan meraihnya kemudian meneguk beberapa tegukan. “Kau kenapa? Mengapa rambutmu berantakan?” tanya Revan setelah beberapa saat mereka hanya terdiam dalam kebisuan. “Aku habis berkelahi,” Liam berujar pelan. Kepalanya menunduk dan meremas botol air mineral di tangannya. “Berkelahi? Dengan siapa?” Revan bertanya dengan keheranan. Pasalnya, ia sudah menyuruh Sean untuk memeriksa tempat ini sebelumnya, agar musuh-musuhnya di bidang bisnis atau apapun itu tidak tahu kehadirannya di sini. Tetapi, mengapa dan dengan siapa sahabatnya itu berkelahi sampai rambutnya acak-acakan? “Tentu saja dengan wanita gila.” “Wanita?” Liam mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang sedikit kusut. Revan tertawa ketika mengetahui sa

  • AMORIST   Bab 16

    Pedagang kaki lima memenuhi area sekitar taman kota. Mereka menjajakan makanan beraneka ragam. Beberapa orang ada yang sampai mengantri untuk membeli makanan tersebut. Sebenarnya Liam ingin juga mencoba makanan yang berada di pinggir jalan, namun rasa takut dan tingkat waspada terhadap makanan yang belum dicobanya lebih tinggi. Ia memang dikenal sebagai seseorang yang sangat memperhatikan kesehatan.Untuk sampai di salah satu toko toserba di sana, ia harus menyebrang jalan dan berjalan sedikit berdesakan dengan beberapa orang yang juga melewati jalanan tersebut. Liam menggerutu kesal karena menawarkan diri ikut bersama dengan Revan.Awalnya ia pikir akan berolahraga di tempat biasa, tetapi ternyata dugaannya salah besar. Entah terkena apa kepala sahabatnya itu, sampai memutuskan untuk berolahraga di taman kota. Dan ya, ini mungkin menjadi pengalaman pertama kali baginya.Ia mengambil dua botol air mineral dari lemari pendingin dan memberikannya kepada kasir.

  • AMORIST   Bab 15

    Cahaya mentari yang hangat menghipnotis manusia untuk bangkit dari tidurnya. Melakukan kegiatan dan rutinitas seperti biasa untuk menjalani hari dengan penuh semangat. Beberapa manusia terlihat sudah bekerja bahkan sebelum mentari menampakkan dirinya.Pagi ini Revan bangun dari tidurnya kemudian menyeduh kopi hitam saschet yang berada di atas meja makan. Suasana pagi yang dingin dengan aroma kopi hitam yang pekat, benar-benar kolaborasi yang sempurna. Ia meraih ponsel dan mengetik beberapa pesan kepada Sean di sana. Karena udara yang nyaman untuk olahraga, ia menghubungi Sean untuk datang terlambat ke kantor.“Kau mau kemana, berpakaian seperti itu?” Gabriel memekik, kali ini pekikannya benar-benar memekakkan telinga. David dan Volka sudah kembali ke mansion dan apartemennya masing-masing.Mereka hanya menemani selama dua hari, karena ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Sedangkan Gabriel, karena ada urusan dekat dengan aparteme

  • AMORIST   Bab 14

    Setelah menghabiskan waktu dari sore hingga menjelang malam untuk sekadar keliling kota dan berada di motor dengan kecepatan yang rendah, Xaviera menemani Jeffran pergi ke sebuah taman kota yang berada tepat di samping sungai yang luas dengan jembatan yang selalu meriah dengan lampu tatkala malam bertandang.Jeffran memakirkan sepeda motornya dan mereka berdua berjalan bersama mencari tempat yang lebih leluasa untuk berbicara diantara ramainya lalu lalang orang yang memenuhi tempat itu. Jeffran menyilangkan kaki di tanah, sambil memandangi Xaviera dari seberang. Angin sore menampar lembut pipi Xaviera dan mengibaskan beberapa anak rambut yang menimbulkan suara berdesir di telinganya.Dalam cahaya matahari senja, garis lekuk di wajah tampan Jeffran terlihat semakin menawan. “Apa yang sedang kau lakukan?” selembut yang ia bisa, ia mengatakan kepada Jeffran tentang perasaan canggung yang terjadi antara mereka berdua. Bagaimana tidak, jika seharusnya laki

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status