Share

Bab 5

Penulis: Lia M Sampurno
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-09 20:26:18

“Sudah, Pa. Papa tidak usah banyak pikiran dulu,” pinta Za. Namun, Hendro menggeleng.

“Papa berjanji pada kalian, untuk memperbaiki semua ini.”

“Bagaimana caranya?” tanya Albany dengan nada yang masih ketus.

“Mas …!” Za meremas jemari suaminya, mengingatkan agar tak bersikap kasar pada sang ayah.

“Tidak apa-apa, Za. Papa akui, semua ini memang salah Papa. Papa akan mencoba memperbaikinya. Saat Ken sembuh nanti, Papa akan menarik semua fasilitas yang sudah Papa kasih ke dia. Papa akan menyuruhnya bekerja jika ingin uang. Dan satu lagi, Papa akan menyuruh dia menikah.”

“Menikah? Dengan siapa?” pekik Albany kaget.

“Papa juga belum tau, Al. Papa yakin, kalau sudah menikah Ken akan berubah. Dia akan punya tanggung jawab. Apa lagi kalau langsung punya anak,” jelas Hendro.

“Kalau dia menikah sama pacarnya itu, aku tidak yakin Ken akan berubah. Bisa jadi dia malah tambah parah.” Albany membayangkan dandanan gadis yang pernah dibawa Ken ke rumahnya. Pakaian yang minim dengan dandanan gothic. Dia bahkan tak sungkan mencium Ken padahal ada dia dan Za di ruang makan yang dapat melihat dengan jelas ke ruangan di mana Ken dan gadis itu berada.

“Papa akan carikan. Kalau perlu seorang guru ngaji sekalian,” ujar Hendro dengan wajah serius.

**

Tiga hari dirawat, hendro sudah bisa kembali ke rumah. Kondisinya sudah jauh lebih baik.  Selama dia dirawat, Zanna lah yang mengurusi semua urusan kantor. Selama ini pun, Za memang membantu Hendro mengurusi perusahaan, jadi di saat lelaki itu jatuh sakit, ada yang meng-handle semua urusan kantor.

Saat turun dari mobil, Hendro melihat Kinanti yang sedang menyapu halaman. Gadis itu memang diminta menunggui rumah saat Al dan Za sibuk kerja, sementara Ningsih di rumah sakit. Kebetulan sekali seminggu yang lalu ART mereka mengundurkan diri.

“Ibu, Bapak, sudah pulang,” ujar Kinan bergegas membantu Za membawakan tas dari bagasi. Wanita itu yang menjemput Hendro ke rumah sakit karena Albany harus mengontrol pengiriman edamame untuk ekspor.

“Terima kasih,” ujar Za saat Kinan membantunya.

“Tidak apa-apa, Ibu. Semua ini tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kebaikan Ibu sama Bapak pada saya juga ibu saya,” sahut Kinan. Kemarin dia mendapat kabar dari Albany jika sang ibu sudah pindah ke mess yang ada di perkebunan. Walaupun sederhana, tetapi itu lebih aman agar trehindar dari gangguan Juragan Ganda. Di sana banyak pegawai yang bisa membantu jika Juragan Ganda datang mengganggu.

Za mengulas senyum. Dia lalu mendorong kursi roda yang diduduki Hendro.

Dengan tenaganya yang kuat, Kinan bolak-balik membawa tas-tas itu dengan cepat. Za hanya tersenyum kagum.

“Di kulkas ada apa, Kinan? Saya mau bikin sayur bening buat Papa,” ujar Za setelah mengantarkan Hendro ke kamarnya.

“Ada bayam, Bu. Jagung juga ada,” jawab Kinanti. “Kalau Ibu capek, biar saya yang buatkan.”

“Memangnya kamu bisa?” tanya Za.

“Gampang itu mah, Bu. Saya sering bikin. Tapi … nggak tau enak atau nggak,” sahut Kinan malu-malu.

“Enak, pasti. Nasi goreng yang kamu buat kemarin juga enak, kok,” puji Za. Kinan langsung tersipu.

“Iyakah?” tanyanya memastikan.

“Heem.”

“Jadi, saya buatkan saja sayur beningnya, ya, Bu?” Kinan kembali memastikan.

“Boleh, kalau kamu tidak keberatan,” sahut Za.

“Sama sekali tidak, Bu.” Kinan sigap pergi ke dapur.

Selang satu setengah jam sudah tersaji di meja beberapa hidangan. Bukan hanya sayur bening permintaan Za, tetapi di sana juga sudah ada telor balado, tempe bacem, juga sayur asem.

“Wah, wangi sekali,” ujar Za yang baru keluar dari kamarnya.

“Pa, Bu, ayo kita makan siang dulu. Papa juga harus ada obat yang diminum, kan?” ujar Za pada ayah dan ibu mertuanya. Kebetulan pintu kamar mereka memang terbuka. Za lalu masuk dan membantu mendorong kursi roda.

“Wah, kamu pintar masak juga,” kata Ningsih yang seleranya tergugah saat melihat sayur asem dan tempe bacem.

“Hanya belajar, Bu. Maaf kalau tidak enak,” sahut Kinan.

“Masih belajar aja udah begini,” puji Za. “Ayo duduk di sini, Kinan. Kita makan bersama,” ajaknya kemudian duduk.

“Maaf, Bu. Saya sholat Zuhur dulu. silakan Bapak sama Ibu makan duluan. Saya nanti saja di dapur,” balas Kinan yang tahu diri. Dia kemudian pamit dan menuju kamar tamu.

“Jangan di dapur, kamu makan di sini saja.” Za  menjawab.

“Wah, enak juga masakan anak itu,” ujar Ningsih.

“Iya.” Za setuju, begitupun dengan Hendro. Meskipun nafsu makannya belum kembali, tetapi dia masih bisa merasakan enaknya masakan Kinan.

“Dia itu masih muda, tapi gigih dan pekerja keras. Dia sering membantu ibunya kalau lagi bersihin rumput di kebun Mas Al,” ujar Za.

“Dia rela bekerja kasar supaya bisa membayar uang sekolah,” lanjutnya lagi lalu mengunyah.

‘Sepertinya aku sudah menemukan calon yang tepat buat Ken. Dia gadis yang tangguh, pasti bisa membuat anak itu sadar,’ gumam Hendro dalam hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 74

    “Lina, Ima! Apa Nyonya sudah selesai?” tanya Javier dari luar pintu.“Sudah Bang Jev,” jawab Ima.“Tuan Al sudah menunggu di bawah untuk sarapan,” katanya. Lina dan Ima pun bergegas membereskan peralatannya.“Silakan duluan, Nyonya. Kamarnya biar kami yang bereskan,” ucap Ima. Walaupun merasa tak enak hati, tetapi Kinan tak punya pilihan lain, Aldebaran sudah menunggunya di bawah.Saat pintu terbuka Javier sempat terperangah melihat Kinan yang semakin cantik. Sebagai lelaki normal dia kagum dengan wanita ini.“Silakan,” ujar Javier yang mendadak bersikap begitu sopan.“I-iya,” jawab Kinan terlihat gugup.Dia berjalan pelan menuruni tangga lebar yang melingkar. Di bawah sana Aldebaran yang mendengar bunyi heels pendek dari sepatu yang dikenakan Kinan sontak menoleh ke arah tangga.Matanya terperangah untuk sesaat, sebelum akhirnya dia membuang muka karena Javier melihat padanya.Sangat aneh. Aldebaran sering berurusan dengan wanita berbaju seksi. Dia bahkan sering menikmati wanita tan

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 73

    Aldebaran menatap tak berkedip pada wanita yang jatuh terlelap karena saking capenya. Kinan bercerita tentang hidupnya sambil menangis tadi. Entah kenapa Aldebaran ingin sekali memeluk dan memberikan bahunya untuk bersandar saat Kinan menangis, tetapi dia tak bisa melakukannya. Wanita itu masih sah menjadi istri orang.Saking lelahnya, Kinan meracau lalu kepalanya terkulai di pinggiran sofa.“Kupikir kisah hidupku yang paling buruk,” gumam Aldebaran sambil menatap dengan rasa kasihan pada Kinan. Dia menunggu hingga Kinan benar-benar terlelap, lalu memindahkannya ke atas kasur miliknya. Setelah yakin jika Kinan tidur dalam keadaan nyaman, dia lalu keluar dan menuju ruang kerjanya untuk tidur di sana.Aldebaran seakan susah untuk memejamkan matanya. Dia masih teringat saat Kinan menceritakan kisahnya dengan sang suami.“Kamu wanita tegar dan berprinsip. Berani meninggalkan suami seperti itu demi sebuah harga diri,” gumamnya, lalu terbayang wajah Kinan yang polos, namun pemberani. Ide-id

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 72

    Kinan masih fokus memijit kaki Ahmet, sementara Aldebaran mengajaknya untuk cepat-cepat. Dia sudah tidak sabar ingin menginterogasi wanita yang menjadi istri gadungannya ini.“Udah mendingan, kan, Dad?” tanya Aldebaran.Ahmet mendelikan matanya. “Aku lagi enak dipijitin. Ganggu saja kamu ini!” Dia hendak melemparkan lagi sebuah bantal pada anaknya, tetapi Kinan menahannya.“Ssst, jangan ribut.” Kinan menyilangkan telunjuknya di bibir.“Tuh denger! Sana pergi kau!” usir Ahmet mengacungkan tinjunya pada Aldebaran.“Hei, dia itu istriku. Seharusnya aku yang lebih berhak, bukan kau Pak Tua!” sergah Aldebaran.“Kau bisa sepuasnya sama istrimu nanti. Aku hanya sebentar saja. Aku ingin mengobrol dengannya.” Ahmet mengangkat bogemnya.“Aku kasih waktu lima menit lagi. setelah itu aku ajak Kinan pergi tidur. Ini sudah malam. Apa kau tidak mengerti bagaimana rasanya pengantin baru?” kata Aldebaran sambil melirik jam yang melingkar di tangannya.“Ya sudahlah. Pergilah kalian. Kakiku sudah jauh l

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 71

    Sementara itu Kinan dan Ahmet yang mendengar keributan di luar langsung terbangun. Ahmet terperangah saat melihat ada Kinan di kamarnya.“Ngapain kamu di sini?” tanyanya marah.“Emmh, itu … Kek, aku mau bawakan makan malam, tapi Kakek udah tidur. Jadi aku tunggu di sini,” jawab Kinan sambil menunjuk ke sofa yang tadi didudukinya.“Kakek! Sudah kubilang jangan panggil aku kakek.” Ahmet berteriak dengan keras dan membuat Aldebaran mendengarnya. Dia gegas ke sana untuk melihat.Betapa bahagia rasanya saat melihat ada Kinan di sana yang tadi dia kira kabur.“Kenapa kamu di sini, Sayang?” tanya Aldebaran menghampiri Kinan dan berpura-pura bersikap romantis. Kinan tampak risih saat tangan Aldebaran menyentuh pinggangnya.“Mmh, itu, Tuan. Saya … mau ambilkan makan malam buat Kakek,” jawab Kinan polos. Aldebaran mengedipkan sebelah matanya berulang kali, memberi kode pada Kinan agar tidak menyebutnya tuan.Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Kinan dan berbisik, “Panggil aku sayang jika di de

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 70

    Aldebaran terbahak mendengar pertanyaan Kinan.“Kau pikir aku akan melakukannya? Yang benar saja. Aku tidak akan pernah mau terikat dalam pernikahan.”Mendengar kalimat dari mulut Aldebaran, Kinan pun merasa lega.“Baguslah. Aku juga tidak mau,” balas Kinan sambil membuang muka. Aldebaran melotot. Belum pernah ada yang berani seperti itu padanya. Biasanya wanita akan tunduk dan merengek agar didekati, yang ini malah sebaliknya.“Kamu!” desisnya. Namun, Kinan malah nyengir kuda. Aldebaran mendengkus pelan.“Cepat pose yang baik, aku akan mengambil gambarmu,” titah Aldebaran sambil menunjuk ke arah tembok untuk memberi kode pada Kinan untuk berdiri di sana.“Ok,” sahut Kinan gegas berdiri di depan tembok berwarna putih.Cekrek.Aldebaran kemudian melihat hasil fotonya. Dia mendesis kesal, karena ternyata Kinan malah menggosok matanya.“Kamu ini, foto aja susah. Tahan dulu sebentar,” ucap Aldebaran sedikit emosi.“Maaf, tadi mataku kelilipan,” jawab Kinan yang masih mengucek matanya. “S

  • AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2   Bab 69

    “Pakailah salah satu. Buang saja baju yang kau pakai,” katanya seperti yang kesal. Kinan mendengkus dan kembali ke kamar pas untuk berganti pakaian.Keluar dari kamar pas kali ini sudah dengan baju yang baru dan membuat Aldebaran terpaku sesaat. Namun, dia gegas membuang muka.“Ayo, masih ada tempat lain yang harus kau kunjungi,” katanya sambil berjalan, lalu diikuti oleh Javier.Kinan melongo karena dua lelaki itu malah melenggang tanpa ke kasir dulu. Dia gegas menyusul Javier dan menarik tangan lelaki itu.“Ada apa?” tanya Javier yang kaget saat tangannya ditarik.“Kenapa nggak bayar? Kalian penjahat yang lagi merampok?” tanya Kinan sambil berbisik. Javier langsung terbahak dan membuat Aldebaran berhenti dan menoleh ke belakangnya. Javier langsung berhenti tertawa dan menunduk hormat.“Butik itu punya Tuan Aldebaran,” bisik Javier dan kembali membuat Kinan melongo.“Ayo cepat!” teriak Aldebaran yang kemballi berhenti karena Javier dan Kinan malah mengobrol dan berjalan lambat.“Ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status