Share

BAB 2

Pagi ini udara terasa begitu sejuk. Suasana khas pedesaan di hari minggu seperti sekarang ini membuat jalan sedikit sepi. Tak banyak kendaraan berlalu lalang. Terlihat beberapa orang sedang berolahraga ringan atau hanya berjalan-jalan untuk menikmati hari libur. 

Aku duduk terdiam di sebuah bangku di tepi lapangan desa. Kuperhatikan anak-anak yang sedang berlari kejar-kejaran. Aku melambaikan tangan pada seorang anak berbaju kuning, berkulit bersih dan rambut sedikit ikal di antara mereka. Di hanya membalas dengan senyuman dengan tangan membentuk hati. Ya dia Miko anak lima puluh jutaku.

Aku benci dengan senyuman Miko yang selalu mengingatkanku pada Mas Rafi. Mengapa wajah mereka begitu mirip? Mata, hidung dan bibirnya tak ada beda sama sekali. 

“Eh, Anita lagi ngajak Miko jalan-jalan, ya?” sapa Bu Yati yang  tiba-tiba datang bersama beberapa Ibu-ibu lainnya.

“Eh, Iya, Bu!” jawabku sopan.

“Kenapa Bapaknya enggak ikut, bukannya kemarin Bapaknya udah datang?” ucap Bu Yati.

“Bapak siapa ya, Bu?”

“Jangan pura-pura enggak tahu, kami semua tahu kalo si Rafi udah beberapa kali datang ke rumahmu.”

“Dia bukan Bapaknya Miko, Bu!” tegasku.

“Bukan Bapaknya gimana? Orang mirip gitu kok sama Miko. Eh dia nawarin uang lagi enggak?”

“Maksudnya apa ya, Bu?”

Aku berdiri menantang  Bu Yati. Sejak dulu memang hanya Bu Yati yang paling sering menyindirku. 

“Kalo di tawarin uang jangan mau kalo Cuma lima puluh juta. Minta seratus apa dua ratus. Biaya sekolah sekarang mahal. Kamu aja sampe kerja siang malam, padahal Miko baru aja mau masuk SD,” sindir Bu Yati.

“Tenang aja, Bu! Aku enggak Cuma minta dua ratus kok, aku malah mau minta hati dan jantungnya sekalian,” tandasku.

"Anakmu memang anak mahal ya, Nit! Sayang Mamanya murahan."

"Masih mending aku di kasih lima puluh juta, dari pada cuma dihamilin terus di tinggalin, Hati-hati Ibu juga punya anak perempuan loh!" 

Kutinggalkan Bu Yati beserta rombongannya yang sedang sibuk bisik-bisik mengataiku.

Untung saja hatiku sudah di tempa sekeras baja untuk menghadapi orang-orang seperti mereka.

**

Kuperhatikan sebuah kotak besar berwarna coklat yang baru saja di antar seorang kurir. 

''Untuk Miko, Semoga suka ya, Sayang."

kubaca tulisan yang menyertainya. Sudah kuduga pasti ini paket dari Mas Rafi. Dia benar-benar mulai beraksi mendekati Miko. Segera kusobek kertas pembungkusnya, terlihat satu paket mobil mainan besar berwarna merah dengan merek terkenal. Aku yakin harganya pasti lebih dari gajiku selama satu minggu.

"Paket dari siapa, Nit?" tanya Rendi yang tiba-tiba sudah berada di hadapanku.

"Em..., bukan dari siapa-siapa kok, Ren!" jawabku tergagap.

"Pasti dari Rafi, kan?"

Aku hanya mengangguk. 

"Aku enggak yakin Rafi punya niat baik sama kamu dan Miko."

"Aku juga enggak tahu, Ren."

"Hati-hati ya, Nit! Aku enggak mau terjadi apa-apa sama kamu dan Miko. Bagaimanapun juga Miko sudah aku anggap sebagai anakku sendiri."

"Iya, Ren! Terima kasih nasihatnya. Aku bisa jaga diri kok."

"Andai saja aku punya wewenang untuk menjaga kamu dan Miko. Pasti Rafi tidak akan berani mendekati kamu," lirih Rendi.

"Maaf, Ren!"

Aku tahu apa yang di maksud Rendi. Lebih dari tiga kali ia mengutarakan niatnya untuk melamarku namun hingga saat ini aku belum juga memberikan jawaban pasti. Selama ini Rendi selalu sigap jika aku memerlukan bantuan dan juga berperan layaknya ayah untuk Miko. 

Tak bisa dipungkiri aku juga butuh sosok yang bisa menjagaku dan Miko. Namun keraguan masih saja menyelimuti hatiku. Aku takut jika masa laluku akan menjadi masalah untuk kami ke depannya. Dan benar saja Mas Rafi datang lagi sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status