Part 19 Fitnah tersebar di kampungAku berlari mengejar mereka dengan memegang pisau dapur. Kala anakku tersakiti, melukai mereka rasanya tak ragu. Keberanian ini muncul karena tak ingin mereka semakin menjadi menyakiti Mila dengan kata-kata. Biar mereka berduit, aku tak takut karena makan bukan dari uang mereka. Intinya tidak bergantung mereka kenapa harus takut. Selagi aku sehat dan kuat, apa saja dilakukan melindungi putriku satu-satunya.“Jangan pernah kalian kembali! Awas kalau menginjakkan kaki di rumahku lagi!” teriakku mengejar mereka. Namun sayang, Haris dan ibunya sudah meninggalkan rumah ini dengan melaju mobil seperti ketakutan. Bahkan ladang sayurku sedikit hancur karena diinjak mobil.Astagfirullahalaziim, kalau mereka tidak cepat lari meninggalkan rumah ini, mungkin aku khilaf dengan melukai mereka. Bahkan Mila tetap santai berdiri tanpa mencegah.“Ibu nggak usah capek-capek. Aku tak akan sedih dengan perceraian ini.” Mila mengambil pisau dari tanganku. “Aku mau lanjutk
Part 20 Pembawa Sial?“Uangku! Uangku!” teriak bu Ida kala jambret tasnya sudah tak terlihat lagi.Orang-orang berkerumun melihat Bu Ida terduduk di lantai pasar meratapi tasnya. Raka ikut menangis melihat neneknya. Namun tak ada yang bisa dilakukan bocah itu, kecuali mengadu ke papanya yang seorang polisi nantinya, mungkin.Aku ikutan mendekati Bu Ida. Teman-teman sesama penjual di sekitar lapak juga tahu kalau Bu Ida adalah besanku. Namun mereka belum tahu kalau anakku sudah dicerai dan mungkin proses cerai pengadilan sedang diajukan karena mereka orang-orang berduit dan mungkin lebih cepat bergerak.“Sabar, Bu. Sabar.”“Cepat sekali jambretnya lari.”“Iya, tadi aku sempat kejar tapi ia sudah naik motor duluan.”“Sepertinya mereka sudah mengikuti dari tadi.”Terdengar beberapa orang-orang mencoba menenangkan Bu Ida.“Raka, telpon papamu pakai hp ini.” Aku menawarkan ponselku pada Raka. Kasihan bocah ini tampak kebingungan.“Ya, Nek,” jawab Raka bangkit dan mengulurkan tangan mau men
Part 21 Tuduhan Lagi“Sebaiknya nggak usah diterima, Bu,” ucap Mila melanjutkan mengiris daging.“Aneh, kenapa Pak Yoyok perhatian sekali padamu? Kok tiba-tiba aja ya, Mil?” “Entahlah, Bu. Aku nggak mau pusing masalah dia.”Pak Yoyok juga teman almarhum suamiku. Masa ia berniat mau dekat dengan Mila? Lagian anaknya juga seumuran Mila. Lagian istrinya baru dua tahun ini meninggal karena serangan jantung. Selama ini, ia termasuk orang yang tidak banyak berulah di kampung ini. Malah sangat aktif dalam kegiatan warga.Baru saja mau mencuci beras, ponselku berdering. Aku beranjak ke meja mengambil ponsel, ternyata ada panggilan masuk dari Bu Ida.“Mau apa dia? Apa belum puas perang mulut di pasar,” gumamku.Ada rasa ragu menerima ponselnya, karena mengingat pasti hanya akan cari masalah. Kuputuskan mengabaikan dan melanjutkan mencuci beras.Akan tetapi, ponselku berdering lagi hingga Mila keluar dari kamarnya dan melihat ponselku di meja. Alisnya berkerut melihat siapa yang menelepon. Tan
Part 22 Semakin Runyam“Diam!” teriakku.Enak saja menuduh Mila selingkuh dengan Pak Joko. Fitnahan Ajeng sangat keterlaluan. Apa dia tidak memikirkan kalau Pak Joko adalah bapak mertuanya dan tidak jahat. “Aku bisa saja melaporkan perselingkuhan ini dan Mila akan dipenjara!” Bukannya diam, bu Ida semakin menjadi menumpahkan amarahnya.“Ini tidak benar, Bu. Aku ke sini hanya kasihan pada Mila karean sudah kuanggap anak kandung. Aku tidak selingkuh! Demi Allah!” Pak Joko berusaha meluruskan yang terjadi, namun sepertinya itu sia-sia karena wajah marah anak-anak dan istrinya belum juga hilang.“Bapak di sini ngapain? Trus uang ini kenapa diberikan pada Mila?” Ajeng memperkuat fitnahannya.“Kamu penyebab semua ini!” Pak Joko bangkit berdiri. Nafasnya sesak karena memegang dadanya.“Bapak jangan salahkan istriku! Justru ia telah membuka kebusukan yang Bapak lakukan. Apa begini cara Bapak melepaskan hasrat? Apa Bapak tidak peduli kalau ia mantan istri Haris!” Jhoni lebih percaya pada istr
Part 23 Menghadapi WargaTerlihat warga berbondong-bondong ke sini. Tentu ini membuatku panik karena yang dihadapi bukan satu atau dua orang saja. Bahkan mungkin puluhan warga. Ya Allah, tolong beri kami jalan keluar karena aku yakin hanya engkau tempatku mengadu. Aku hanya janda dengan satu orang putri teraniaya di rumah mertuanya hingga diceraikan, dan kini aku berjuang melindungi putriku satu-satunya.“Apa yang harus kita lakukan, Bu?” Mila memegang tanganku. Terasa dingin, mungkin saking cemasnya.“Waduh, ternyata lebih cepat dari yang terdengar.” Jeni juga berdiri menatap warga yang semakin dekat.Aku harus tenang biar bisa berpikir panjang. Lagian kalau tidak salah kenapa harus takut? Ini negara hukum, kalau nasib membuat aku dan Mila meninggal diamuk warga karena difitnah, mungkin ini jalan terbaik yang diberikan Allah dalam takdir hidup kami. Aku ikhlas, ya Allah ....“Cepat tutup pintunya!” Aku menutup pintu agar tidak terlihat. Pintu samping berhubungan dengan halaman sampin
Part 24 Tuhan Tidak TidurSemua orang-orang yang berkerumun di depan rumahku langsung terdiam dengan apa yang aku ucapkan. Tak ada jalan lain selain meminta sumpah Al Quran karena warga kampung ini masih kental dengan agama. Makanya mereka berdatangan karena menuduh anakku berzina dengan mantan bapak mertuanya sehingga bisa mengotori kampung. Sebuah pemikiran menurut ajaran agama kami. Itulah kenapa aku minta sumpah di atas kitab suci Allah. “Bu Yuni yakin mau mengadakan sumpah Al Quran depan semua warga?” Pak RT bertanya seolah tidak percaya dengan apa yang aku katakan.“Ya, Pak. Aku yakin seribu persen,” jawabku lancar tanpa ragu.“Ya! Aku juga mau bersumpah agar semua lihat kalau aku tidak pernah selingkuh dengan Bapak. Memang aku yang mengurus kala Bapak sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kecelakaan dulu, aku yang membersihkan kotoran Bapak sehingga kami dekat seperti anak dan Bapak kandung. Makanya setelah aku diceraikan, beliau datang berkunjung. Saat itu jug
Part 25 Senjata Makan TuanRasanya aku tak percaya kalau Jhoni suaminya Ajeng kedapatan mesum dengan seorang gadis SMA di mobil dekat jalan sepi menuju perbukitan. Tadinya aku merasa aneh saja karena kecelakaan di jalan yang tidak begitu ramai. Ternyata, bukan karena kecelakaan kenapa orang-orang berkerumun, namun Jhoni melepaskan hasrat berselingkuh dengan gadis belia dan di hari meninggalnya Pak Joko. Astagfirullahalaziim, bapak baru meninggal anak berzina.“Aku akan menuntut kalian yang berani mengganggu urusan pribadiku!” teriak Jhoni menantang semua orang. Matanya melotot.Ini namanya mentang-mentang. Dikira dengan seragamnya akan bisa buat orang tunduk dan takut. Dia salah dan sangat salah. Justru beberapa orang mengambil video ini. Sebentar lagi akan viral kalau suaminya Ajeng kedapatan selingkuh dengan gadis yang mungkin hampir seumuran anak sulungnya. Ini namanya yang menyebar fitnah justru termakan fitnahan. Ajeng menuduh Mila dan Pak Joko selingkuh, bahkan berita ini berha
Part 26 Mendatangi Rumah AjengTanpa menunggu lama, aku mengirimkan video tentang Jhoni marah-marah kedapatan berduaan dengan gadis SMA di dalam mobil dekat jalan sepi. Biar Ajeng tahu apa dampak dari mulutnya yang suka fitnah dan justru fitnahan itu terjadi padanya. Suaminya selingkuh. Ingin sekali melihat reaksi wajah Ajeng, biar aku tambahkan ucapan agar ia menjaga lisan.“Pasti mereka akan bertengkar dan rumah tangganya bermasalah, Bu. Kenapa kita melakukan ini? Biarlah ia tahu sendiri dari orang lain, bukan dari kita.”“Apa?” Aneh sekali mendengar apa isi pikiran Mila. Ia masih takut kalau rumah tangga Ajeng dan Jhoni bermasalah setelah apa yang terjadi padanya? Ya Allah ....“Jangan terlalu lemah jadi wanita! Kita tidak membalas, tetapi ini terbalas sendiri. Lagian tanpa dari video kita ini, pasti ada videolain akan tersebar. Zaman sekarang netizen cerdik.”“Aku, aku hanya takut kalau kita membuat rumah tangga orang lain hancur akan berimbas pada kita, Bu.”“Ini hanya cara kita