Senyum Sudiro melebar, Dia sangat senang begitu mendengar perkataan jiwa Wangheu. Proses penyesuaian sudah selesai dan berjalan dengan sempurna. Sudiro membuka mata dan dia sekarang dapat merasakan kekuatan yang luar biasa. Dia menggerakkan telapak tangannya dan mengerahkan sedikit tenaganya. "Hiaahhh!" "Duar! Boom!"Sebuah cahaya berbentuk bola melesat keluar dari telapak tangan Sudiro. Bola itu langsung menghancurkan dan meratakan sebuah bukit. "Apaaaa!""Yah ampun!" Sudiro langsung melotot kaget. Dia sangat heran. Dia hanya mengerahkan sedikit kekuatannya. Namun sebuah bukit langsung hancur lebur rata dengan tanah. "Hehehehe,...........! Bagaimana Tuan Sudiro! Apakah kau puas sekarang?" Jiwa Wangheu bertanya terkekeh-kekeh. "Hahahaha,..............! Hebat,.............! Hebat sekali,...........! Aku benar-benar puas! Hahahaha,...............!" Sudiro tertawa terbahak-bahak kegirangan. "Sekarang mari kita selesaikan urusan kita yang tertunda! Ansen, Anaya, Wujin! Kalian semua
"Wangheu! Menurutmu, Tinggal berapa kali lagi aku menyerang retakan itu agar bisa membuatnya berlubang!" Sudiro bertanya dengan terengah-engah kepada jiwa Wangheu. Sudiro baru saja kembali menyerang ruang energi itu. Ini serangan yang sudah kesekian kali, Sudiro tidak menghitungnya. Sudiro hanya memusatkan perhatiannya pada retakan itu yang menjadi semakin banyak dan besar. "Tuan! Menurutku dengan 2 kali serangan lagi maka retakan itu akan segera berlubang. Tapi Tuan kita sudah menghabiskan banyak waktu disini. Lebih baik kita pergi Tuan. Naluriku mengatakan ada seseorang yang sangat kuat yang akan datang!" Jiwa Wangheu memohon kepada Sudiro. "Diam! Dasar goblok! Kau ingin membuatku marah! Lebih baik kau bantu aku!" Sudiro langsung memarahi jiwa Wangheu. Jiwa Wangheu hanya bisa terdiam. Dia tahu Dia tidak bisa melawan Sudiro, diantara mereka sudah terjalin dalam Ikatan Langit. Jika Dia melanggar maka jiwa Wangheu akan mati. Sudiro kembali duduk bersila, Dia berkonsentrasi penuh
Sudiro berjalan perlahan-lahan seraya menatap mereka semua yang ada di dalam ruang energi itu. Dia menyeringai dengan sangat mengerikan. Sorot matanya sangat tajam sekali, penuh dengan aura kematian. "Suamiku sayang! Aku akan selalu mencintaimu, Baik saat ini ataupun nanti kalau kita sudah mati! Huhuhu!" Anaya menangis dengan sedih sekali. Ansen memeluk Anaya dengan erat, Dia menatap nanar retakan itu dengan sedih. Dia menyesali semuanya, Pikiran-pikiran Ansen berputar-putar penuh dengan penyesalan,"Andai aku tidak pergi, Maka aku tidak akan menikah dengan Anaya!""Andai aku berlatih keras bersama Paman Fengbin maka aku dapat dengan mudah mengalahkan Sudiro!""Oh,.......! Andai semuanya ini tidak pernah terjadi!"Dia tidak menyangka hidup mereka semua akan berakhir disini. "Sayang! Aku tidak pernah menyesal menikahimu! Aku siap mati bersamamu!" Marina berkata lembut kepada Wiradi. "Istriku! Kita akan segera bertemu kembali di keabadian! Terimakasih buat segalanya!" Wiradi menjawa
"Plak" Anaya menampar Rean adik kandungnya sendiri. Wajahnya merah membara, Anaya menatap Rean dengan sangat sedih. "Kau,.....Kau! Kau menamparku aku demi bajingan itu!" Rean berkata dengan terbata-bata, matanya nanar menatap Anaya. "Sudah kukatakan berapa kali! Jangan pernah memanggil abang iparmu sembarangan!" Anaya menjerit dengan sedih. "Hei, Kenapa kalian berdua ribut-ribut? Anaya, Kenapa engkau menampar adikmu sendiri?" Seorang wanita paruh baya datang mendekat, Dia adalah Marina; Ibu kandung Anaya. "Ibu, Kakak menamparku hanya karena bajingan itu!" Rean berkata dengan sangat sedih. "Ibu, Aku hanya,.....!""Plak,....!"Belum selesai Anaya berbicara kepada ibunya, tiba-tiba ibunya menamparnya. "Anaya,...Apakah terasa sakit? Katakan apakah sakit anakku? Itu tidak seberapa dibandingkan dengan sakit yang kami rasakan, Apa yang kami lihat setiap hari?" Marina berkata dengan mata berkaca-kaca. "Kau memperjuangkan suamimu, Kau selalu membelanya! Sekarang katakan apa yang dilakuk
Malam harinya, Ansen meminta uang sebanyak 3 juta hep kepada Anaya. Tanpa pikir panjang, Anaya langsung segera memberikan uang itu. Hal ini jugalah yang semakin membuat dahi Ansen berkerut, Anaya tidak pernah menolak apabila Ansen meminta uang. Anaya akan selalu memberikannya dengan cepat. Setelah itu Ansen segera pergi menuju ke Kasino Mawar. Itu adalah Kasino terbesar di Kota Danzou. Kasino Mawar itu dimiliki oleh Wujin, Ketua Mafia Mawar Hitam. Itu adalah kelompok kriminal terbesar di kota itu. Sesampainya disana Ansen langsung pergi bermain di meja kecil. Ansen ternyata sangat pintar dalam bermain judi, hanya sebentar saja uang Ansen sudah bertambah berkali-kali lipat. Setelah itu Ansen berpindah bermain di meja besar, namun sial bagi Ansen. Dia selalu menelan kekalahan dan akhirnya semua uangnya habis. Ansen lalu pergi ke meja kasir, disana Ansen mencoba meminjam uang sejumlah 100 juta hep. Kasir itu sangat terkejut mendengar permintaan Ansen, itu adalah jumlah uang yang san
Dua hari kemudian di sore hari yang cerah Sudiro kembali datang kerumah Anaya, Marina langsung menyambutnya dan membawanya masuk. Merekapun berbincang-bincang ringan dengan tertawa-tawa. "Pak Wiradi, Aku serius ingin mempersunting Anaya menjadi istriku. Aku sangat mencintainya Pak, Aku tidak akan mempermasalahkan Dia sudah pernah menikah. Tolong, Bantu aku mewujudkan impianku Pak!" Tiba-tiba Sudiro berkata dengan mantap sekali kepada Wiradi. "Sudiro, Kamu seharusnya mengatakan kepada Anaya langsung bukan kepada Bapak. Kalo bapak akan selalu mendukung apapun keputusan Anaya, Makanya kamu silahkan dekati Anaya!" Wiradi menjawab Sudiro dengan santun. Wiradi tahu Sudiro tidak tulus menyanyangi Anaya, sebab mereka sudah saling mengenal semenjak kecil. Jika memang Sudiro mencintai Anaya, mengapa tidak dari dulu Sudiro mengejar Anaya. "Papa, Ini peluang bagus buat kita loh! Kalo nanti Anaya menjadi istri Sudiro, Anaya tidak perlu hidup susah seperti sekarang ini! Apa papa menutup mata de
Beberapa hari kemudian Wujin datang ke rumah Anaya dengan membawa banyak orang. Wujin segera masuk lalu memanggil-manggil semua orang, Wujin berteriak-teriak dengan sangat keras. Saat itu semua keluarga besar Anaya sedang bersantai meminun teh di ruang istirahat Sontak semua orang menjadi terkejut, lalu segera pergi bergegas menemui Wujin. "Tuan Wujin, Mengapa engkau berteriak-teriak di rumahku? Apakah kita memiliki masalah, Katakan Tuan Wujin ada apa ini?" Wiradi berkata dengan suara lembut. Wiradi tahu Wujin adalah Ketua Mafia Mawar Hitam, Wiradi yakin ada sesuatu yang tak beres. Wiradi menjadi sangat khawatir akan keselamatan mereka semua. "Wiradi, Hari ini aku ingin menagih hutang menantumu sebanyak 300 juta hep!" Wujin segera menjawab seraya menunjuk Ansen."Apaa, Dasar kurang ajar!" Wiradi segera menatap Ansen dengan sangat dingin. Begitupun dengan mereka semua, mereka menatap Ansen semakin murka. Hanya Anaya yang menatap Ansen dengan penuh keheranan. "Tuan Wujin, Ini adala
Keluarga besar Anaya sempat berharap ketika mendengar teriakan itu, namun ketika mereka menyadari itu adalah teriakan Ansen maka mereka semua kembali ketakutan.Mereka hanya bisa menangis dan pasrah melihat keadaan Anaya, Mereka tidak tahu harus melakukan apalagi. Mereka lalu menatap Ansen dengan sangat murka dan mengutuki Ansen didalam hatinya. Erlan dan anak buahnya juga tidak mempedulikan teriakan Ansen. Mereka tetap mendekati Anaya dengan perlahan, suasana menjadi sangat mencekam sekali. Nasib Anaya saat ini sudah berada di ujung tanduk. Ansen menatap Wujin dengan sangat marah, Ansen tidak menyangka Wujin akan menipunya. Ansen menjadi sangat murka. "Hehehehehe, Apa yang ingin kau lakukan!" Wujin tertawa terkekeh-kekeh. Wujin sangat senang rencananya berhasil, Wujin memang sudah lama menginginkan Anaya. Wujin sudah membayangkan keindahan tubuh Anaya, tanpa sadar Wujin menelan ludahnya sendiri. Ansen lalu segera berdiri, senyumnya mengembang dengan sinis. Ansen menyeringai seraya