Langit membuka matanya. Dia berada di bangsal rumah sakit dengan peralatan yang serba modern. Dengan ranjang otomatis yang biss dilipat dan ditekuk. Berbagai peralatan canggih seperti Monitor Bad, Panel Oksigen dan Nurse Call nampak terlihat di sana. Ruangan VIP yang cukup luas itu di lengkapi juga dengan sofa dan meja makan kecil, beserta klukas dan sebuah televisi LED 42 inch. Nyaris seperti kamar hotel mewah. Langit mendapati dirinya sendirian saat ini, dengan sebelah bahunya penuh oleh perban. Dia merasakan agak sakit di bahunya. Dia tidak ingat bagaimana dia sudah ada di sini. Karena setahu dia, Audrey yang membawanya naik mobil. Sesudah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. karena dia keburu tidak sadarkan diri di perjalanan. Langit merasakan badannya mulai sedikit agak nyaman. Tanpa sadar tangan kanannya bergerak, karena dia merasa sedang menggenggam sesuatu. Langit sedikit terkejut, karena kotak emas itu sudah berada dalam genggaman tangan kanannya. Dia mengangkat tangannya, d
Langit tertegun mendengar pernyataan dari Farell. Dia bercerita bahwa kemarin, sudah ada jatuh korban lagi di Kampus. Seorang Mahasiwa senior yang cukup terkenal di universitas Wangsa Sanjaya. Dia adalah seorang selebritis sekaligus foto model. Raka Subagja! Belum genap satu Minggu ini, sudah ada dua orang yang menjadi korban! Sepertinya masalah ini sudah mulai menjadi sangat serius! Gadis pucat bergaun merah itu di prediksi sebagai tersangka utama. Namun beberapa pertanyaan paling mendasarnya adalah, benarkah sosok hantu itu yang disinyalir menyebabkan semua ini terjadi? Apakah memang benar ada setan yang bisa membunuh manusia? Bukankah dalam kamusnya, tidak ada manusia yang mati karena setan? Bukankah kematian orang-orang itu adalah bagian dari takdir? Dan satu pertanyaan penting dari itu semua, siapa sebenarnya sosok gadis muka pucat bergaun merah tersebut? Farell akhirnya mulai membeberkan segala rahasia yang selama ini terjadi di Kampus, kasus yang sempat di tutup-tutupi seki
Langit sebenarnya heran, kenapa dia bisa terlibat dalam urusan konyol macam ini. Namun dia tidak bisa mundur, ketika dia dipanggil oleh Kepala Rumah Sakit tempat dimana dia di rawat sekarang. Apapun ceritanya, sepanjang dia berada di jalan yang benar, selama dia tidak salah, dia tidak akan pernah mundur dan gentar setapak pun menghadapi apapun atau siapapun! "Anda memanggilku Pa Direktur?" Langit masuk ke ruangan Kepala Rumah Sakit dengan santai. Seorang pria setengah baya bernama Dokter Harris, dan tiga orang lainnya yang juga merupakan dokter rumah sakit ini. Yang satu seorang pria paruh baya, terlihat lebih tua dari dokter Harris. Lalu seorang wanita cantik yang terlihat ramah, dan satu lagi seorang pria muda berkacamata. Mereka kemungkinan besar merupakan bagian dari managemen Rumah Sakit besar nan Mewah ini. "Silahkan duduk Tuan Langit, mohon maaf jika saya tidak sopan karena berani memanggil anda kemari!" Dokter Harris, sang Kepala Rumah Sakit menyambutnya dengan ramah, beg
"Aku dari awal bermaksud baik-baik, dan aku siap untuk membayar kalau memang itu aturannya. Tapi kalian terlanjur tidak sabar, apa boleh buat?" Langit menyeringai. "Pemuda sialan! Sungguh lancang sekali perbuatanmu! Kamu tahu siapa Tuan Baron!? Dia adalah orang yang sangat berpengaruh di sini! Kamu akan segera menerima akibatnya! Doy! Radi! Ayo kita hajar dia!" teriak Aris. Dia ingin menarik simpati Baron yang masih meringis kesakitan. Beberapa orang nampak berkerumun. Mereka penasaran ingin segera menyaksikan bagaimana aksi drama ini selanjutnya. Namun sebagian orang mulai melihat Langit dengan pandangan yang sedikit berbeda. Mereka melihat bagaimana Langit dengan mudah menerbangkan Baron dengan sekali gerakan, dan mereka menganggap Langit bukanlah seorang pemuda biasa! "Terima ini sialan!" Aris dan Radi segera maju ke depan. Keduanya siap meringkus Langit. Namun mereka terkejut, ketika tanpa di duga Langit bergerak dengan cepat mendahului, menangkap lengan keduanya dan baru ters
Ya, Langit secara otomatis telah berhasil menuntaskan persyaratan untuk mendapatkan Kuasa ke empat, yakni Kuasa Telekinesis. Dan itu di dapatnya selepas dia mengeluarkan kebijakan pada Rumah Sakit Unicorn yang ternyata adalah miliknya sendiri, dengan kepemilikan saham global 79 persen! Salah satu kebijakan ekstrem dan kongkret yang dilakukan oleh Langit adalah memperbolehkan para pasien kurang mampu yang hanya membawa Surat Keterangan Miskin dari Pemerintah setempat, Askes, serta Kartu Sehat BPJS kelas terbawah untuk sama-sama bisa merasakan fasilitas kesehatan yang memadai dan lengkap sesuai dengan aturan dan ketentuan secara transparan, tanpa ada yang di tutup-tutupi baik dari segi teknis maupun ketersediaan fasilitas, dan menitik beratkan pada kemanusiaan. Tentu saja, ratusan orang yang sebelumnya terlantar tidak bisa berobat, karena tidak memiliki biaya yang cukup, hingga tidak bisa mendapatkan akses pengobatan secara layak, sekarang langsung bisa masuk dan mendapatkan fasili
Tiga kali tembakan beruntun itu tepat mengenai Langit. Semua orang berteriak! Mereka sudah menduga Langit akan langsung terkapar dengan tubuh bersimbah darah, dan nyawanya akan hilang saat itu juga! Tembakan dari jarak dekat itu tidak akan bisa dihindari oleh siapapun juga, termasuk oleh Langit yang menurut mereka adalah orang yang sangat hebat! "Hahaha! Matilah kau!" Ares tertawa dengan keras. Dilihatnya Langit yang tersungkur di depannya. Semua mata nampak terbelalak. Mereka terlihat tidak rela sang jagoan tidak di kenal tiba-tiba harus mati di tangan seorang gembong penjahat seperti Ares. "Sayang sekali, kamu harus mati di ujung pistol ku, padahal aku cukup..." "Ini cukup menyakitkan sialan! Lain kali, aku tidak boleh terlalu dekat!" suara itu tiba-tiba terdengar dengan jelas. Semua orang kembali terpana! Langit yang sudah jatuh tersungkur, perlahan bangkit berdiri. Lalu dengan santainya menepuk-nepuk jaketnya yang bolong di tiga bagian. Tiga butir Peluru berjatuhan dengan s
Handphone milik Hanna berdering. Wanita cantik itu segera beranjak dari kursinya, mengambil ponselnya, dan mengangkatnya. "Halo, ada apa Tuan Nico? Oh, begitu? Baiklah... Akan segera di selesaikan, baik Tuan! Siap, anda tenang saja! Baik..baik, siap, terima kasih Tuan Nico!" Hanna menutup ponselnya. Memandang ketiganya sambil menghela napas. Lalu kembali berakhir pada Langit. "Langit, apa benar kamu menahan Baron di bawah sana?" tanya Hanna. "Iya, benar. Memangnya kenapa Kak? Apa dia berulah lagi?" "Kamu ini, duh, bukan dia yang berulah, tapi kamu sendiri yang terlalu berlebihan. Orang tuanya datang bersama selusin pengawal di bawah sana. Beberapa orang penting juga datang untuk ikut campur! Sepertinya masalah kali ini akan membuatmu repot. Kalian tahu siapa Mugi Baraka?" "Dia.? Dia....kenapa Langit sampai berurusan dengan dia?" Zaki terperangah. Begitu pula dengan Heru. "Langit, ada masalah apa kamu dengan Tuan Mugi Baraka?" tanya Heru ikut penasaran. "Aku tidak tahu. Yang
Semua mata menoleh. Di pintu lift, seseorang berjalan dengan anggun ke arah mereka. Sosoknya yang spesial membuat semua yang melihat menjadi terpana. Tidak terkecuali sang Miliuner. Wajahnya seperti berbinar melihat siapa sosok yang baru saja datang tersebut. "Miss Hanna! Kebetulan sekali anda berada di sini, apa anda tahu saya datang kemari, sehingga anda memutuskan untuk menemui saya?" Mugi Baraka tersenyum gembira. Miss Hanna adalah salah satu wanita cantik favoritnya. Sosok cantik ini memang selalu jadi idola bagi Mugi Baraka. Bukan hanya karena kecantikannya yang mempesona da diatas rata-rata. Melainkan karena betapa sulitnya dia untuk bisa mendapatkan perhatian Bidadari cantik ini. Ungkapan 'jinak-jinak merpati' adalah prase yang sesuai untuk menggambarkan sosok Hanna di mata Mugi Baraka. "Ada apa Hanna? Bukankah kamu sedang kerja?" Nico bertanya dengan ketus. "Saya ..." "Sudahlah Nico, biarkan Hanna disini! Bukankah dia juga sedang bekerja? Dia akan menemaniku malam ini