공유

BAB 4

작가: LANGIT JINGGA
last update 최신 업데이트: 2022-03-21 18:46:24

Selesai makan malam, Helsa memutuskan untuk naik ke kamarnya. Seperti malam-malam sebelumnya, gadis itu selalu sendiri. Seharian ini Akmal tidak menghubungi Helsa, biasanya jika hari minggu seperti sekarang, Akmal akan meminta Helsa ke rumahnya.

Dering panggilan dari handphonenya mengalihkan pandangannya, Helsa segera meraih benda pipih itu dari nakas. Dari layar, nama Ando terpampang dengan jelas. Tumben sekali Ando menghubunginya.

"Hallo, An."

"Bawa pulang cowok lu sekarang," ujar Ando dari seberang sana.

" Gue nggak ngerti, maksudnya gimana?

"Akmal mabuk berat di rumah gue. Nggak tahu punya masalah apa lagi."

Helsa berdecak kesal, "kenapa lagi sih itu orang?!Gue kesana sekarang," ucap Helsa.

"Ok, kita tunggu."

Helsa memutuskan panggilan itu, dan beranjak dari ranjangnya. Gadis itu mengambil dompet, hoodie, dan keluar dari kamarnya. Sebelum dia berangkat, terlebih dahulu memberitahu mbak Ana.

"Mba Ana, Echa keluar bentar. Ada urusan," lapornya pada mbak Ana yang masih sibuk di dapur.

"Iya, tapi bawah kunci rumah kan?"

"Iya. Echa berangkat," katanya dan berlalu meninggalkan mbak Ana.

Ini sudah pukul delapan malam, jalanan masih cukup ramai. Helsa berdiri di gerbang rumah menunggu taxi online yang dia pesan.

Kenapa malam ini Helsa tidak mencurigainya? Jika tanpa kabar, kekasihnya selalu yang berbuat aneh-aneh, misalkan minum sampai mabuk seperti ini. Helsa tidak melarangnya, tapi harus tahu batasan. Tapi, malam ini pemuda itu membuat Helsa ingin mencekiknya.

"Mbak Helsa, ya?" tanya sopir online yang dipesan Helsa.

"Iya, pak."

Bapak itu tersenyum ramah padanya, segera Helsa memasuki mobil avanza putih tersebut. Mobil meninggalkan pelataran rumah. Waktu yang ditempuh menuju rumah Ando biasanya tiga puluh menit, kalau saja tidak macet. Helsa tampaknya gelisah. Sekali lagi dia mencari list panggilan Ando, dia menghubungi sahabatnya lagi.

"Hallo, An. Akmal masih disana, kan? Gue udah di jalan."

"Masih. Sebelum lo datang, dia nggak akan berhenti minum."

"Iya, iya. Udah ya, tahan dia nggak usah minum."

Sambungan telepon terputus, Helsa menggeram saat tahu Akmal masih terus menyentuh barang haram itu.

***

Mobil avanza putih itu berhenti tepat pada gerbang rumah bercat biru, Helsa segera membayar tagihan perjalanannya. Gadis itu cepat-cepat turun dari mobil, membuka gerbang dan berjalan cepat memasuki rumah Ando.

Pekarangan rumah Ando begitu padat diisi dengan motor milik anak-anak SMA Harapan, lebih tepatnya teman-temannya Akmal.

Di ruang tamu, Helsa bisa melihat begitu banyaknya mereka melingkari meja yang diatasnya banyak minuman beralkohol. Mata gadis itu jatuh pada sosok pemuda yang sedang meneguk satu gelas minuman tersebut.

Gadis itu berdehem, membuat banyak mata menatapnya penuh.

"Eh, ibu negara datang. Mau jemput, ya?" goda Kevin.

Akmal belum menyadari kehadiran kekasihnya. Bagaimana bisa, sedangkan dia mabuk berat.

"Sa, cepat lo bawah pulang. Bisa bolong lambungnya kalau dibiarin terus," sambung Ando.

"Kalian berantem?" tanya Arjun, pemuda itu bahkan tidak menyentuh minuman haram disana.

Helsa berjalan mendekati Akmal yang masih asyik dengan minumannya. Matanya berkaca-kaca mendapati Akmal yang terlihat berantakan. Helsa sudah tahu jika seperti ini, Akmal punya masalah lagi dengan orangtuanya. Meskipun jauh, papa dan mamanya bisa perang mulut dengan dia.

"Al ... Pulang," tutur Helsa dengan lembut.

Akmal mendongak, "sayang, ngapain kesini?"

"Kamu yang ngapain disini? Ayo, pulang!" Helsa masih bisa menahan amarahnya, padahal sejak tadi emosi sudah menggebu.

Akmal merengek seperti anak kecil, mengguncang-guncang tangan kekasihnya. "Aku masih lanjut, kamu pulang aja. Nggak enak sama yang lain."

"Lo pulang aja, Al. Helsa udah jemput," ujar Ando.

"Nggak! Kamu pulang aja, aku disini."

Helsa kesal. Kesabarannya sudah diambang batas. Gadis itu meraih gelas berisi alkohol yang hendak diteguk kekasihnya dan membanting ke lantai.

"AKMAL MALIK!!"

Semua mata tertuju pada Helsa. Suara teriakan itu membuat semuanya hening, tidak pernah Helsa semarah ini pada Akmal.

"Hmm," gumam Akmal

"Pulang sekarang!" teriak Helsa.

"Iya, iya ... Bawel banget sih. Kunci vespa sama dompet mana?"

"Udah aku kantongin, sekarang pulang."

Jika Helsa sudah berteriak namanya secara lengkap, dalam kondisi mabuk sekalipun Akmal akan mengiyakan permintaan kekasih bawelnya itu. Lihat, dia sudah berdiri, bersiap untuk pulang.

"Guys, gue pamit. Ibu negara udah jemput," ujarnya dalam kondisi setengah sadar.

"Hati-hati lo berdua. Helsa, lo aja yang bawa vespanya, bahaya Akmal mabuk."

"Kita pakai taxi. An, titip vespa di rumah lo dulu. Besok dia bawa pulang." Ando mengangguk patuh, lagian anak-anak ini pasti nginap di rumahnya.

Akmal berjalan disamping Helsa, dengan langkah sempoyongan pemuda itu memeluk erat pinggang kekasihnya. Tangan Helsa menuntun jalannya agar tidak tertabrak apapun.

Sembari menunggu taxi yang sudah dipesannya, gadis itu merapikan kondisi kekasihnya yang terlihat berantakan. Helsa menyugar rambut Akmal, merapikan sedikit bajunya.

"Kamu kenapa sih kalau punya masalah selalu mabuk? Udah ngerasa paling jagoan?" tanya Helsa dengan kekesalannya.

"Kita pulang pakai vespa aja, lama banget taxinya," ujar Akmal tidak menggubris pertanyaan Helsa.

"Kamu mau bunuh aku?" tanya Helsa.

"Bunuh? Bisa gila aku tanpa kamu," kekehnya. Helsa tahu Akmal mabuk, biarkan saja dia berbicara semaunya.

"Mbak Helsa, ya?" tanya supir taxi yang baru saja tiba.

"Bapak mau goda pacar saya? Jangan main-main sama saya pak," ancamnya pada supir taxi tersebut.

"Jangan didengerin, pak. Orangnya lagi mabuk," ucap Helsa.

"Nggak apa-apa, mba."

Helsa menuntun Akmal masuk ke mobil, lalu duduk disampingnya membiarkan Akmal tidur pada pahanya.

"Jalan, pak."

Mobil kemudian meninggalkan pelataran rumah Ando, bersama dengan Akmal yang terus meracau tidak jelas.

"Pacarnya mabuk, mba?" tanya supir tersebut.

"Iya, pak. Ada acara di rumah temannya, jadi dia minum kebanyakan."

Sopir itu mengangguk paham. Anak muda memang selalu seperti itu, apalagi mereka punya masalah.

"Sa, mereka jahat banget. Mereka nggak ngerti perasaan aku." Akmal terus meracau, pelukannya semakin erat pada Helsa.

"Mereka hanya pentingin keluarga baru, nggak ingat sama anaknya disini."

Sudah jelas. Akmal seperti ini karena orangtuanya. Lagi dan lagi.

"Cuma kamu dan tante Dilah yang ngertiin aku, mereka itu orang asing."

"Kamu beruntung, sayang. Kamu beruntung punya keluarga yang utuh."

Helsa tidak banyak bicara, biarkan Akmal mengeluarkan semua kekesalannya.

Beberapa saat kemudian taxi berhenti tepat di gerbang rumah Akmal, seperti sebelumnya Helsa membayar tagihan perjalanan mereka dan turun bersama Akmal. Helsa memapah kekasihnya masuk ke rumah.

Kunci rumah bertautan dengan kunci vespa, Helsa membiarkan Akmal duduk di sofa teras agar dia dengan leluasa bisa membuka pintu rumah.

"Al, ayo bangun. Pintu udah kebuka," ajak Helsa.

Akmal mengangguk. Kesadarannya sudah hilang 60%.

"Sa ..." panggilnya.

"Kenapa? Ayo kita masuk!"

"Dekat sini, aku mau ngomong."

"Kan bisa dari sini," balas Helsa.

Akmal berdecak. Dia berdiri berhadapan dengan Helsa, lalu dengan cepat menggendong Helsa seperti koala dan masuk ke rumahnya.

"Akmal ... turunin aku!" pekik Helsa.

"Pintu rumah belum ditutup," kata Helsa.

Akmal segera membalikkan badannya, masih dengan menggendong kekasihnya, pemuda itu kembali ke pintu depan dan menutupnya.

"Akmal, turunin aku," pinta Helsa, namun pemuda itu seolah tidak mendengarnya, dia terus menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Temenin aku tidur," bisiknya. Akmal menurunkan Helsa pada sofa yang ada di kamarnya. Dia duduk disamping kekasihnya, menatap Helsa penuh..

"Kamu mabuk, aku takut."

"Aku nggak mabuk, Sa." Akmal berjalan menuju pintu, dan menutupnya dengan rapat.

"Al, kamu jangan bercanda."

"Aku bisa kontrol diri," sanggahnya.

Suasana menjadi hening. Akmal kembali duduk disamping Helsa, dengan mata yang terlihat merah akibat alkohol, pemuda itu memeluk Helsa begitu kencang.

"Sayang, kalau nanti kita punya anak, kita jangan seperti mereka. Jangan egois," ucapnya.

"Aku nggak mau nasib anak aku sama seperti papanya, nggak dapat kasih sayang dari orangtua. Cukup aku, jangan dia." Akmal terisak dalam pelukan Helsa, menuangkan segala lara yang selalu dipendam.

"Nangis aja. Jangan ditahan, Al. Tumpahin semua kekesalan kamu, aku disini."

"Ini aku, Helsa. Anak laki-laki yang tumbuh dengan kerasnya kehidupan tanpa orang tua. Kenapa kamu mau sama aku, Sa? Aku gelap, aku berandalan sama seperti yang mama kamu bilang."

"Aku nggak pandang kamu seperti itu," jawab Helsa.

"Kamu punya aku, dan tante Dilah."

"Mereka memang nggak pernah peduli sama aku. Kalau mereka peduli, nggak mungkin mereka tinggalin aku dari kecil."

"Al, nggak ada orangtua yang nggak sayang anaknya. Ini cuma masalah jarak dan waktu," kata Helsa.

"Kamu jangan pergi, disini terus sama aku."

"Iya, aku sama kamu terus," jawab Helsa.

"Ayo tidur," ajaknya. Akmal tahu Helsa cemas dengan kondisinya, dia takut Akmal menyentuhnya lebih.

"Aku bisa kontrol diri, sayang," ujar Akmal.

"Serius, kan?" Helsa harus memastikan tidak terjadi sesuatu. Akmal mabuk, bisa saja dia hilang kendali.

Akmal menarik Helsa untuk segera tidur bersamanya, dia memeluk gadis itu dengan penuh sayang. Rasanya Akmal hanya memiliki Helsa di dunia ini, Helsa selalu ada disaat seperti ini.

Gadis itu menatap Akmal dengan seksama, begitu pun Akmal juga membalas tatapannya.

"Jangan pergi, Helsa. Aku nggak bakal tahu apa yang akan terjadi kalau suatu saat nanti kita bedah arah. Aku udah terlalu bergantung sama kamu, aku nggak bisa tanpa kamu."

Setelah mengatakan demikian, Akmal mengecup lama bibir ranum Helsa, kemudian beralih pada leher jenjang gadis itu. Tanpa sadar, Akmal menyentuh payudara Helsa dari luar. "Aku boleh jahat nggak?" tanya Akmal.

Helsa tidak menjawab pertanyaan itu, matanya memejam erat merasakan bibir kekasihnya yang terus menyentuh kulit lehernya.

"Kalau nanti keluarga kamu masih juga nggak mau restuin kita, aku mau bawah kabur kamu, Helsa."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status