"Hahaha ... emang bisa hadapin gue? Enak aja," desis Heru sambil merebahkan badannya diatas kasur.
Dari yang semula ingin cepat pulang karena ngantuk, melihat Sarah matanya jadi tidak terasa ngantuk lagi. Diambil ponselnya untuk memainkan game selama Sarah berada di kamar mandi, tapi mendadak menjadi bosan.Dibukanya aplikasi hijau miliknya, ada notifikasi pesan untuknya dari nomor yang tidak dikenal."Hallo Her, apa kabar? Gue tahu kalau selama ini Lo dah blokir semua yang berhubungan dengan gue. Tapi tolong, save nomor gue. Gue gak akan ganggu pernikahan lo, gue ingin kita tetap berteman seperti orang-orang lain. Gue, Kalina."Heru sebenarnya malas berhubungan kembali dengan mantan-mantannya, apalagi dengan teman kencan satu malamnya. Menurutnya, mereka hanya untuk senang-senang belaka.Tapi, dengan Kalina, adalah pacar yang sudah cukup lama, "hmm ... okelah, gue save nomornya," ucapnya sambil membalas pesan Kalina dan menyimpan nomornyHeru menaruh telunjuknya pada kening Sarah dan mendorongnya pelan, "Otaknya dipake sedikit, nona Sarah," ujar Heru."Kita bisa jalan-jalan ke Paris, kita sewa kamar lainnya, jadi kita berdua bisa sama sama enjoy!" celetuk Heru."Hei! Lo gak tau apa ini kartu? Semua pemakaian akan tercatat pada kartu ini. Bagaimana kalau bokap lo tau kalau kita pakai 2 kamar? Mau terbongkar rahasia kita?" tanya balik Sarah."Apa kau mau kita tetap dalam satu ranjang?" Heru memandang lekat Sarah dengan tajam kemudian mengerlingkan matanya sambil tersenyum."Apakah kau sekarang tertarik pada cewek gila ini, tuan Heru Hadiningrat?" tantang Sarah mendekati mukanya dengan muka Heru yang hanya terpisah beberapa centi.Heru terperanjat, Sarah bisa seberani itu. Dia pun mundur perlahan, "Aku tidak keberatan karena sekarang kau sah menjadi istriku," Heru kembali tersenyum.Sarah bangkit berdiri, "Seharusnya, aku menambahkan pasal sanksi jika kau berani men
Haryadi menyalakan mobilnya dan menutup jendelanya. Diarahkan mobilnya menuju tempat rumah Helena. Dilihat dari jauh, rumahnya gelap tak berpenghuni, gerbangnya sudah digembok dan di rantai dari luar. Rumput-rumput sudah meninggi."Heh!! Gue lupa, ini rumah kan sudah dijaminkan, hahahaha, sekarang gue mesti pergi, kakak ipar, kakak ipar, dimana kau berada?" senandung Haryadi ditengah keheningan malam."Oh, gue ingat! Lo gue kirim ke neraka! Ups! Ke rumah sakit!! Ya, ke rumah sakit, rumah sakit ... Pelita ... Pelita Kasih! Ayo kita lihat, hahaha," ucapnya sambil melajukan kembali mobilnya.Baru saja berjalan beberapa meter, matanya begitu berat karena hari sudah mau subuh, ditambah dengan alkohol membuat pandangannya tidak fokus."Jalannya ada dua, pilih yang mana yah?" tiba-tiba saja suara klakson dan cahaya dari depan mengarah kepada Haryadi. Haryadi kaget dan membanting setir ke arah kiri."Woiii!!! Nyetir yang benar!!" teriak seseorang
"Hah! Dasar Heru! Ranjang saja jadi rebutan," omel Sarah ketika tiba di rumah sakit sambil memarkirkan mobilnya.Sebelum pergi, Heru mengancam untuk tidur diatas ranjangnya, ada atau tidak ada Sarah. Jadi, Sarah pun mengalah, hanya untuk sementara, sampai saat yang tepat, Heru kembali tidur di sofa, atau Heru yang harus membelikan kasur untuknya.Sarah masuk menuju ke lobby rumah sakit, menuju kamar bundanya, sebelum masuk, Sarah menyapa para suster yang bertugas di pos jaga, "Halo suster, bagaimana dengan bunda saya?" tanya Sarah."Keadaan sudah makin baik, kita masih dalam tahap observasi. Jika seminggu ini tetap baik, maka Bu Helena bisa dibawa pulang ke rumah," kata salah satu suster jaga.Dengan senyum bahagia, Sarah pun mengucapkan terima kasih dan pamit ke kamar bundanya.Sarah membuka pelan-pelan pintu kamar dan melihat bundanya sedang duduk diatas ranjang dengan muka menghadap keluar jendela, "Apa bunda ingin jalan-jalan keluar?
"Saya ini, montir dari bengkel. Siang tadi, saya ditelepon Sarah, katanya mobilnya mogok, tapi saya baru bisa datang sore ini. Apa betul ini rumahnya Sarah?" tanya Haryadi sambil melirik ke bagian dalam halaman rumah yang besar itu."Bapak ini tidak sopan yah? Hanya manggil Sarah, Sarah, emangnya Sarah itu anak bapak?" tanya Daman yang tidak suka dengan tingkah laku Haryadi."Ya maaf, saya tidak tahu, kalau saya harus panggil Sarah dengan sebutan apa?" tanya Haryadi."Kamu kan montir? Harusnya bisa manggil mbak, atau ibu, lagian mobilnya neng Sarah gak ada masalah, dia juga gak titip pesan sama saya buat nungguin montir. Dah sana, Bapak pulang sana! Kalau memang Bapak montir, harusnya bawa bawa alat-alat bengkel!" jelas Daman.Haryadi tidak bisa berbuat apa-apa karena jawaban Daman telak buat dirinya, "Berarti benar kalau ini adalah rumah Bu Sarah?""Ini rumah suaminya! Dah sana pergi!" usir Daman kemudian menutup pintu gerbangnya.Haryadi tersenyum, "Keponakanku tersayang ... om Harya
Sarah menaruh bantal dan selimutnya di atas sofa dan duduk, "Hoaaam," sudah beberapa kali Sarah menguap menahan kantuk. Badannya sudah lelah ingin segera tidur, diambil ponselnya yang dari tadi bergetar."Ish, siapa sih malam-malam begini telepon?" ucap Sarah ketika melihat nomor tak dikenal pada layar ponselnya."Halo?" sapa Sarah. Heru yang asyik maen game pun memperhatikan Sarah, dan mulai curiga dengan siapa Sarah telepon malam-malam."Halo mbak, Saya suster Ningsih dari Rumah sakit Pelita Kasih, apa bisa mbak datang? Tampaknya Bu Helena koma," ucap suster Ningsih."Apa sus? Koma? Sa ... saya segera kesana," jawab Sarah menutup ponselnya."Kenapa?" tanya Heru ketika melihat Sarah mulai panik dan matanya berkaca-kaca."Bunda ..., katanya koma," sahut Sarah sambil masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian."Lalu?" tanya Heru kembali."Gue mau ke rumah sakit," diambil tasnya, kunci mobil, kini Sarah sud
"Sepertinya, obatnya mulai bereaksi. Tadi saya beri obat dan ada kandungan obat tidur supaya ibu bisa beristirahat," ucap suster Ningsih."Terima kasih suster.""Baik. Saya kembali ke ruangan saya," pamit suster Ningsih. Heru dan Sarah pun mengangguk."Nyokap Lo aneh, Lo dah gede aja minta gue yang jagain.""Stt! Berisik, Lo pulang aja. Nyokap gue juga dah tidur. Gue tidur disini!" usir Sarah."Gak jadi pulang? Gue kan dah bilang sama nyokap Lo buat anterin Lo balik," sanggah Heru."Gue pengen sama nyokap. Lo pulang aja! Berani kan pulang sendiri?" ejek Sarah sambil mendorong Heru keluar kamar untuk segera pulang."Iya, iya, gue pulang." Ditutupnya pintu kamar dan Heru pun melangkah menuju tempat parkir sendirian."Sialan, Sarah gak mau pulang, gak ada tempat buat gue isengin lagi," celetuk Heru sambil menendang batu yang ada dijalan menuju tempat motor di parkir.Heru kembali pulang sendirian dengan mo
"Bunda? Kenapa bunda bisa memikirkan Sarah menjual diri untuk kesembuhan bunda? Apakah bunda tidak mengenal anakmu ini?" tanya Sarah dengan dengan hati sedih.Ucapan Sarah membuat hati Helena melunak, dipandanginya Sarah dan memandangnya dengan lekat."Jika begitu, jangan ada yang ditutupi dari bunda. Ceritakanlah!" perintah Helena.Ini adalah pertanyaan yang Sarah takuti selama ini, jika bundanya mempertanyakan keuangannya."Baiklah, Sarah akan bercerita, tapi, bunda janji untuk tidak marah kepada Sarah," mohon Sarah sambil memegang erat tangan Helena dan menciumnya."Bunda ingat, teman semalam yang mengantar Sarah?" tanya Sarah dan Helena mengangguk."Sarah meminjam uang darinya--""Apakah kau menjual diri?" sela Helena. Sarah menggeleng kepalanya, "Bunda harus percaya kepada Sarah." Helena menarik nafas dalam-dalam menghembuskan nafasnya. Ada perasaan lega jika Sarah bisa menjaga kehormatan dirinya."Lanjutka
"Rese Lo! Gue males sebenarnya kuliah. Tapi, kalau gue gak selesai juga, si Nenek lampir yang akan kuasai perusahaan bokap gue," jawab Heru kesal."Ya Lo beresin kuliah Lo!""Lo bantu yah? setidaknya gue udah bayar 5 Milyar, setidak-tidaknya duit gue ada gunanya," jawab Heru menyeringai.Sarah pun berpikir, kalau Heru bisa selesai lebih cepat kuliahnya, berarti dia bisa mengelola perusahaan lebih cepat. Selama ini pengelolaan masih dipegang penuh oleh Sugandi, Heru hanya melakukan tugas dari Sugandi tanpa berhak untuk memutuskan apapun."Baiklah, selama gue nunggu wisuda, gue bantu skripsi Lo."Heru tersenyum penuh dengan kemenangan, dia mengambil laptop dan menyerahkannya kepada Sarah, "Sebenarnya gue ambil permasalahan dari perusahaan gue sendiri, Lo bisa lihat, dan beri masukan.""Oke, gue bakal bantu, gue mandi dulu." Sarah meletakkan laptop Heru di atas ranjang, dan dia pun segera masuk ke dalam kamar mandi agar badannya leb