"Iya, pak. Pak Rahmat tidak salah mendengar, saya akan bercerai dengan Heru."
"Ta ... tapi bagaimana dengan Heru? Bukankah jika bercerai statusnya tidak akan bisa mendapatkan perusahaan dalam waktu 5 tahun ini?" tanya Rahmat meminta penjelasan dari Heru dan Sarah."Saya yang hendak mengajukan gugatan cerai pak Rahmat," aku Sarah melihat Heru memalingkan wajahnya.Heru hanya bisa pasrah dan diam tanpa mengambil keputusan."Pak Heru, apakah anda bersedia untuk bercerai?" tanya Rahmat dengan suara meninggi."Sebagai kaki tangan pak Sugandi selama bertahun-tahun, saya sudah mengenal sifat, watak dan karakter pak Sugandi. Jika beliau masih ada, pasti akan menyayangkan kejadian seperti ini.""Heru, disaat seperti ini, Saya tidak memanggil kamu dengan sebutan pak, karena ini perasaan seorang bapak kepada anaknya. Bagaimana daddy-mu bercerita mengenai kenakalanmu, hingga pernikahan dadakanmu yang disetujui oleh Daddy, tidak terlepas bahw"Ceritakan pada Bunda, apapun itu, Sarah tetap adalah anak Bunda. Dari pengalaman terdahulu, Bunda belajar, bahwa semua yang sudah terjadi, tidak dapat kita ubah, yang bisa kita ubah, hanya hati kita, sabar dan ikhlas, kemudian mencari jalan keluar. Bunda banyak belajar hidup kita hanya sepersekian detik. Andai Bunda tidak tertolong, Bunda meninggal dengan kebencian. Sekarang, bunda ingin hidup dengan damai, menerima apapun yang sudah Tuhan gariskan dalam hidup Bunda. Jadi, jangan kuatirkan Bunda. Ceritakan pada Bunda, kita akan mencari jalannya keluar bersama-sama," bujuk Helena.Sarah membalikkan badannya kemudian memeluk pinggang bundanya. Helena hanya bisa mengusap-usap rambut Sarah agar lebih tenang."Kalau Bunda mau marah, Sarah terima, ini memang dosa Sarah, Bun--.""Sttt!! Ceritakan dengan tenang dari pertama, agar Bunda bisa memahamimu," sanggah Helena dengan tersenyum.Sarah akhirnya duduk, mengusap air matanya dan menghela nafas panjan
Bella masuk ke dalam kamarnya, lalu membuka ruangan khusus untuk menyimpan tas-tas branded yang dibelinya sebagai koleksi pribadi. Dengan marah, tak dilihat satu buah pun tas miliknya ada pada tempatnya, "Sialan! Brengs*k lo Sugandi!! Lo mempermainkan gue!!" teriaknya dengan histeris melihat ruangan koleksinya kosong tak berbekas.Sebuah telepon berbunyi dari ponsel milik Bella, terlihat layar tertulis, 'Haryadi', dan Bella langsung mengangkatnya, "Ada apa!!" bentak Bella."Hey! Hey! Sabar sayang! Kau seperti sedang marah-marah saja! Bukankah kau sedang menikmati uang warisanmu itu?" tanya Haryadi."Warisan yang dia sebutkan tidak sesuai dengan ekspektasi gue. Sekarang, gue sedang kesal! Jangan ganggu gue!" sembur Bella langsung menutup ponselnya."Gue mesti cek keuangan." Bella mencoba berbelanja online dengan kartu-kartu kredit yang biasa dia pakai untuk berbelanja. Biasanya pula, setelah proses berbelanja, tagihannya akan masuk ke dalam tagihan
"Baiklah, aku akan keluar, tapi aku ingin mempertanyakan kenapa semua kartu kreditku diblokir?" tanya Bella dengan geram. Dia tidak bisa hidup jika harus bekerja. Selama ini dia hanya tahu shopping dan bagaimana cara menghamburkan uang."Kartu kredit Tante semua atas nama daddy. Tentu saja hal yang menyangkut nama daddy diberhentikan karena sudah meninggal. Siapa yang akan membayar semua tagihan? Sebelum Tante menghamburkan uang yang tidak penting, aku selaku CEO memangkasnya," jelas Heru muak dengan tingkah laku Bella."Tapi tidak bisa seperti itu, Heru! Biar bagaimanapun juga, kau tidak mengusirku seperti itu!" pekik Bella tidak terima atas perlakuan Heru."Jika kau tidak mau, belajarlah untuk bekerja dari sekarang, bukankah sekarang kau sudah memiliki toko? Kembangkan itu!" Heru geram atas perkataan Bella, dia pun langsung masuk ke kamarnya untuk menenangkan diri.Sudah beberapa hari ini emosinya sangat tidak stabil naik turun semenjak Sarah me
"Gue jadi ingin menikmati Lo, seperti yang sudah-sudah. Ayolah Bella! Sekarang sudah tidak ada yang peduli dengan Lo! Lo gak usah takut ketahuan," bujuk Haryadi.Didorongnya sekuat tenaga tubuh Haryadi hingga jatuh ke lantai, "Gue jijik lihat Lo! Pergi sekarang juga!" Bella bangun dari kasur, berdiri dan membuka pintu kamarnya agar Haryadi keluar.Haryadi tampak geram. Harga dirinya seakan-akan diinjak-injak oleh Bella. Dia bangkit dan dengan mata nyalangnya menghampiri Bella. Bella yang melihat Haryadi berupaya untuk mendekatinya, dia pun mulai mundur untuk mencari tempat yang aman.Haryadi segera menaruh tangan diatas leher dan hampir mencekik Bella. Bella yang gelagapan mundur untuk memberi ruang dirinya agar bisa bernafas, "Lo? Lo berani sama gue, jal*ng?" ancam Haryadi dengan mata melotot, membuat Bella ketakutan.Nafasnya hampir habis karena cekikan Haryadi, tiba-tiba saja tangannya menggapai vas bunga yang berada di belakangnya dan memben
"Sarah, kamu baik-baik saja kan, Nak?" tanya Helena yang berada di atas pesawat dalam perjalanan ke Bali.Sarah tersenyum menatap Helena, dan mengangguk, "Sarah baik-baik saja, Bun." Matanya menatap kembali awan-awan dibalik jendela pesawat. Walau menggunakan kaca mata hitam besar, tapi Helena merasakan kesedihan yang amat sangat pada Sarah. Diraih tangannya Sarah dan ditepuk-tepuknya."Jika kau menyesal, kau bisa kapan saja kembali kemari," bisik Helena.Sarah menggelengkan kepalanya, "Tidak Bun, Bunda memang benar, kalau aku sudah mencintai Heru, tapi biarlah tunggu beberapa waktu kemudian, aku tidak tahu perasaan Heru. Jika dia mencintaiku juga, akan aku ceritakan semuanya. Tapi ...," dielusnya perutnya yang masih rata, "Aku tidak yakin bila aku benar-benar hamil, aku terlalu malu bertemu dengannya, Bun," lirih Sarah."Ada bunda disampingmu, Sayang," ucap Helena memberikan kekuatan.Selama beberapa hari ini, Sarah mengurus perceraian m
Perlintasan rel kereta api ini merupakan jalan desa dengan kiri kanan pematang sawah, "Sepertinya cocok disini," gumam Bella.Jalanan yang sepi, yang hanya diterangi oleh lampu jalan yang sebentar mati, sebentar hidup, Bella berusaha membawa mayat Haryadi, "Sial! Tubuhnya sudah mulai kaku dan berat sekali!" Bella menarik Haryadi sekuat tenaga, entah darimana datangnya kekuatan itu, karena ketakutan ada orang yang datang, dia menyeret Haryadi pelan-pelan untuk sampai ke rel kereta api.Cukup lama Bella menyeret tubuh Haryadi. Dengan berpeluh keringat, akhirnya Haryadi bisa dinaikkan ke rel kereta api. Didengarnya bunyi suara kereta api, dia pun bergegas masuk ke dalam mobil dan menjauhinya untuk melihat dari jauh.Brak! Sreeet! Ciiittt!Suara rem dari kereta api pun terdengar membuat ngilu yang mendengarnya.Kereta api pun berhenti beberapa puluh meter dari tempat terjadinya tabrakan. Orang-orang dari kereta berhamburan keluar untuk meliha
"Sarah, Bunda buat cemilan. Ayo dicoba dulu selagi masih hangat." Sarah meletakkan perlengkapan kebersihannya, dan mencoba cake yang baru saja dibuat Helena. "Hm, cake buatan bunda memang tiada duanya, enak, tapi ...." Tiba- tiba saja, perut Sarah bergejolak. Sarah berlari ke toilet dan memuntahkan semua yang ada.Helena menghampiri Sarah yang tiba-tiba ke toilet, "Kamu gak apa-apa, Sayang?" tanya Helena dengan kuatir.Sarah menggeleng, "Bun, aromanya terlalu kuat, tiba-tiba saja tercium di hidung Sarah," keluh Sarah."Apakah terlalu kuat? Bunda pakai resep yang selalu bunda pakai kok," Helena mencium aroma cake yang baru saja diciumnya, "Gak terlalu harum kok," gumam Helena."Bunda mau coba kasih ke tetangga ya. Mungkin ada yang salah dengan resep bunda," ucap Helena sambil memotong beberapa untuk tetangga ruko sebelah."Iya, Bun. Sarah mau naik saja, rasanya tambah mual setelah mencium cake itu," keluh Sarah naik ke
"Pak Heru, setelah beberapa bulan ini, saya mau mengevaluasi pekerjaan Kalina, menurut pak Heru, apakah Kalina membantu pekerjaan bapak, ataukah sama seperti pada waktu pertama kali, pendapat pak Heru yang ragu menggunakan Kalina?" tanya Rahmat pada suatu kesempatan berdua ngobrol dengan Heru.Heru yang sudah ditinggal Sarah beberapa bulan sudah bisa menerima keadaannya. Heru bekerja sangat keras, tapi hasilnya cukup memuaskan. Perusahaan Hadiningrat berkembang luar biasa. Sekarang ini, fokus Heru untuk mengembangkan perusahaan dan membuat cabang kantor di Bali untuk mengakomodir penjualan di Indonesia bagian timur dan ekspor ke negara Australia dan beberapa negara Asia."Pada mulanya, aku ragu terhadap kinerja Kalina, secara pribadi, aku tidak menyukai kepribadiannya. Tapi aku melihat, Kalina begitu profesional dalam melakukan pekerjaannya, ditambah dia pun banyak memberikan masukan dan usulan kepadaku hingga perusahaan ini bisa berkembang.""Jika memang