"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.
"Apa maksud lo, dengan tampil glamor dan berkelas?" tanya Sarah.Dilihatnya, baju yang dia kenakan, kaos kegombrangan, karena asal ngambil, celana jeans berwarna biru sobek-sobek, dibalut jaket parasut, berkacamata, tanpa make up, dikucir kuda, dan belum mandi."Heh! Apa karena gue belum mandi, lo ngomong seperti itu?" tanya Sarah ketus, tidak suka dengan omongan Heru. Diciumnya kiri kanan ketiaknya yang dia sendiri gak nyaman karena keringat."Hei hei! Jangan sewot! Gue gak tahu kalau lo belum mandi. Maksud gue, besok siang, gue bawa lo ke salon. Bokap gue harus bisa lihat lo tampil keren, biar dia kasih ijin nikah sama loe. Lagian, tenang aja, gue juga gak tertarik sama lo," jelas Heru."Gue juga gak tertarik sama lo," balas Sarah."Iya! Kita sama-sama tidak saling mencintai. Lo butuh gue buat berobat nyokap lo dan gue butuh loe agar gue bisa pegang perusahaan bokap gue.""Tapi ingat! Pada saat kita kawin kontrak, kita tidak bo
"Bun, mulai sekarang, Sarah mau nemenin bunda tidur disini. Sarah--""Tidur disini nggak nyaman, Sarah," sela Helena."Sarah lebih kepikiran kalau di rumah, jadi kita akan lewati ini bersama-sama yah?" Sarah bangkit dan mengecup pipi bundanya dan memeluknya. Ditarik selimutnya dan bundanya pun diselimuti. Sarah pun tidur di kursi sofa yang busanya sudah menipis.Sebelum tidur, Sarah hanya bisa berdoa, rencana besok bertemu dengan Sugandi Hadiningrat bisa membuatnya menjadi bagian keluarga Hadiningrat agar rencana pengambilalihan hotel dan rumah, berjalan lancar."Sepertinya, gue harus bisa mengambil hati ayahnya," batin Sarah sambil memejamkan mata karena capai.***"Jangan lupa hari ini, jam 3 kita akan ketemu dengan bokap gue!" Begitu pesan dari Heru pada aplikasi hijau milik Sarah."Siapa Sarah?" tanya Helena."Cuma teman ngajak belajar bareng, tapi sore, Sarah ragu apa bisa tinggalin bunda sendirian disini a
"Heru Hadiningrat, pukul 3 sore, Mam," jawab karyawan madam Gun."Oh, yah! Gue gak nyangka kalau yang direservasi itu lo, Sar! Ternyata lo orang yang dekat sama keluarga Hadiningrat yah," cerocos madam Gun. Sarah hanya nyengir mendengar ucapan madam Gun.Selama ini, Sarah dan bundanya lebih sering dipegang oleh karyawannya dalam merawat diri, jarang dipegang langsung oleh Madam Gun karena bayarannya selangit. Sarah hanya memakai jasanya ketika perayaan sweet seventeen ketika masih SMA dulu.Sarah dibawa ke ruangan privat yang menjadi tempat kerjanya madam Gun. Sebuah ruangan dengan meja rias yang disekelilingnya dilengkapi dengan lampu. Di depannya peralatan make up, dengan kursi yang bisa diatur agar memudahkan madam Gun merias."Sarah dipegang langsung oleh madam Gun?" tanya Sarah."Iya! Heru Hadiningrat ingin gue yang pegang langsung lo, Sar! Terakhir, gue pegang lo pas sweet seventeen yah! Sekarang, udah punya pacar belum? Kan sudah l
"Aku sudah siap!" ujar Sarah. Dewi yang melihatnya pun terkagum-kagum melihat Sarah, "Kakak cantik banget," ucapnya.Sarah hanya bisa nyengir memperlihatkan giginya yang putih, "Jangankan kak Dewi, aku aja kaget lihat mukaku dipegang oleh madam Gun," sanggah Sarah.Sarah dan Dewi menuju ke lobby dimana Heru sudah menunggunya dengan tidak sabar. Dia sudah berjanji dengan ayahnya untuk makan malam bersama dengan gadis yang hendak dia perkenalkan. Ini sudah lewat jam 6 sore, tapi masih saja Sarah belum keluar, padahal madam Gun sudah mengatakan sudah selesai, "Ingin gue seret Sarah untuk keluar. Apa sih yang buat lama?" gumamnya sambil bolak balik melirik ke jam tangannya yang seolah-olah cepat berlalu."Kak Heru, ini pacarnya," ucap Dewi yang mengantarkan Sarah ke hadapannya. Heru ingin memarahinya, "Dasar cewek gi--," potongnya yang kemudian terdiam, terpana dengan kecantikan Sarah, "Bahkan Kalina pun tidak secantik ... gue lu
"Ayo kita makan dahulu, baru kita bicarakan lagi," ujar Sugandi menawarkan makanan yang sudah tersedia di meja makan.Sarah pun mengambil makanan dan menuangkannya pada Heru, "Apakah kurang?" tanya Sarah.Heru yang dilayani pun tersenyum, dia menyambut dengan baik apa yang dilakukan Sarah untuknya, "Cukup, Sayang," jawab Heru yang sudah terbiasa dengan ucapan sayang untuk setiap cewek yang sudah menjadi pacarnya.Tidak banyak pembicaraan pada saat mereka makan malam. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang ada di atas piring masing-masing.Sarah berpikir, bagaimana mungkin, tantenya, Bella, istri om Haryadi berada satu rumah dengan Heru? Sedangkan selama yang dia tahu, beberapa tahun terakhir, Bella dan om-nya selalu bertengkar hingga akhirnya tantenya itu minggat dari rumah.Madam Gun mengatakan, jika tantenya tetap rutin perawatan di salonnya. Jadi selama ini, tantenya minggat dan tinggal di tempat Heru."Akan aku selidiki, kenapa Tante Bella ada di rumah Heru," gumamnya.Makan m
Sarah pun keluar dari mobil Heru sambil menenteng pakaian yang sudah diganti, "Hmm ... ini bajunya gue laundry dulu, nanti gue balikin ke madam Gun," ucap Sarah kepada Heru yang sedang berdiri tidak jauh membelakangi mobilnya.Heru pun membalikkan badannya, "Gak usah, sudah gue beli buat lo," ujarnya langsung masuk kembali ke mobilnya.Sarah terdiam hingga mobil yang dikendarai Heru menghilang dari pandangannya. Sarah pun masuk ke dalam rumah sakit yang sudah tidak terlalu ramai ketika siang hari.Sesampainya di kamar rawat bundanya, Sarah membuka pintunya dengan perlahan agar tidak membuat bundanya terbangun.Diletakkannya semua barang miliknya di bawah kursi sofa yang sudah tipis busanya dan merebahkan badannya.Baru saja matanya hendak terpejam, ponselnya bergetar karena notifikasi yang masuk."Besok, jam 10, siapkan semua dokumen, kita ke catatan sipil," perintah Heru."Oke," balas Sarah.Sarah merenung, besok adalah hari pernikahan dirinya dengan Heru secara kontrak. Itu artinya,
"Santai aja, kak Sarah," ucap Dewi dengan tersenyum melihat Sarah yang panik mengambil barang-barangnya, lalu melesat lari ke mobil yang sedang di parkir."Hati-hati, kak!" teriak Dewi.Sarah membuka kaca mobilnya, melambaikan tangannya dan mengklakson tanda dia pergi.Jalanan tidak terlalu macet, mungkin karena bukan waktunya jam kerja. Namun, hari ini adalah hari Sabtu, banyak pula yang berlibur."Duh ... lampu merah lagi, lampu merah lagi," gerutu Sarah melihat dia terhambat karena lampu merah."Biasanya kalau sudah kena lampu merah, berikut-berikutnya lampu merah terus nih!" ucapnya dengan sebal.Dilihat jamnya sudah pukul 10.05, Sarah mulai mengklakson mobil-mobil yang berjalan lambat di depannya agar lebih cepat.Kantor catatan sipil sudah terlihat dari tempatnya berkendara, tapi Sarah merasakan ada hal aneh pada bannya, "Kenapa lagi nih mobil?" tanyanya.Dengan perlahan, Sarah melajukan mobilnya ke pinggi