Share

Enam

Penulis: Love Queen
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-05 22:47:56

Odelia mengerling jail, menggoda Angga. Senyum jail gadis itu sama sekali tak luntur sejak Angga masuk hingga Angga duduk di ruang rawatnya. Sedangkan Angga, dia tak berkutik apalagi mengeluarkan suara lantaran di ruangan ini juga ada kedua orang tua Odelia.

"Pak, kangen banget yah sama saya sampai-sampai gak nanya saya ada di mana? Ditelpon juga gak diangkat-angkat."

Angga tak menjawab pertanyaan menggoda dari Odelia, itu semua karena orang tua Odelia. Dia tadi sudah berkenalan dengan orang tua Odelia, dan ternyata ayah gadis itu mengenalnya karena bekerja di perusahaan ayahnya.

"Lia, jangan digodain pak Angga-nya," tegur Sena.

Sontak gelak tawa Odelia pun terdengar dan kali ini benar-benar menyebalkan, Angga rasanya ingin meraup wajah Odelia dengan kedua telapak tangannya yang besar.

"Maafin Odelia, yah, Pak. Dia emang kayak gitu, pintar godain orang," ucap Sena merasa bersalah.

Angga tersenyum kikuk. Tadi saat dia sampai di rumah Odelia, yang dia dapatkan rumah itu kosong, lampu rumah bagian teras dan ruang tamu dinyalakan, dan pintu gerbang rumah gadis itu dikunci. Angga yang kalut dengan rasa rindunya berpikir jika gadis itu mungkin saja pergi atau pindah rumah, tapi kala dia akan pulang, ponselnya berdering nyaring dan si penelpon yang merupakan Odelia itu mengatakan kalau dia ada di rumah sakit saat ini. Begitu juga dengan Ify yang mengirimkan dia pesan sebelum pukul delapan malam seperti yang dia perintahkan tadi, atau lebih tepatnya Ify mengirimkan informasi perihal keberadaan Odelia pukul 5 sore.

Pria itu semakin kalut lagi saat mendengar Odelia di rumah sakit dan sesampainya di ruang rawat Odelia, Angga menghembuskan napasnya lega melihat Odelia walau gadis itu terbaring di ranjang pesakitan, Angga bahkan tak memperhatikan keadaan ruangan Odelia yang ternyata ada orang tua Odelia, dia langsung menghampiri Odelia tadi dan bertanya keadaan gadis itu.

Ah, betapa malunya Angga jika mengingat hal itu.

"Gak pa-pa, Bu, sedikit-sedikit saya udah mulai terbiasa sama sifat Odelia yang ini," balas Angga.

"Saya gak tahu kalau Pak Angga itu dosen anak saya," ujar Gilang. Papa Odelia itu memang tahu anak bosnya seorang dosen di salah satu universitas di kota, tapi dia tak tahu kalau Angga adalah dosen anaknya.

"Gak usah pakai embel-embel 'pak,' Pak Gilang, panggil Angga aja."

Gilang tersenyum, anak bosnya memang sopan persis seperti bosnya bahkan istri bosnya yang merupakan ibu Angga pun juga sopan.

"Kalau saya panggil 'sayang' boleh gak, Pak?"

Angga seketika menoleh pada gadis itu, sementara kedua orang tua Odelia melongo tak percaya. Anak mereka memang sangat pintar menggoda orang.

"Kamu sakit tapi masih bisa godain saya," ungkap Angga.

Odelia tertawa, benar-benar tak terlihat seperti orang sakit pada umumnya.

"Obat saya biar sembuh, 'kan cuma godain Bapak aja," kata Odelia lagi membuat Angga menggelengkan kepalanya pelan. Kalau saja di sini tak ada orang tua Odelia, dapat dipastikan Odelia akan dia omeli habis-habisan.

"Maklumi, ya, Pak Angga, dia kehabisan obat, tadi siang baru ditebus sore ini," kata Sena membuat Odelia memberengut kesal, bibirnya mengerucut tak terima dikatai gila secara tak langsung oleh mamanya.

***

"Pak Angga ngapain ke sini?"

Selepas magrib tadi, Angga memang pulang dan Odelia sama sekali tidak tahu kalau pria itu akan kembali lagi, dia hanya berpamitan pada mama papanya kemudian diantar papanya ke depan.

"Hush, kamu dijenguk malah nanya kayak gitu," tegur Sena bahkan memukul kecil paha Odelia.

"Kan cuma nanya, Ma," kata Odelia tak terima ditegur. Pasalnya selepas magrib tadi Angga baru saja pulang dan selepas isya pria itu datang lagi.

Sena hanya mendelik mendengar balasan anaknya, dia melihat pada Angga yang diam tapi kemudian tersenyum ke arah dosen anaknya itu. Angga pun juga ikut tersenyum membalas senyum Sena. Angga menyadari satu hal, kalau senyum ajaib yang didapatkan Odelia itu berasal dari mamanya, senyum Odelia dan mamanya hampir sama hanya saja mungkin yang lebih bagus adalah Odelia.

"Pak Gilang kemana, Bu?" Angga yang tak tahu harus mengatakan apa, pun bertanya.

"Oh, itu, papanya Lia tadi keluar bentar."

Sebenarnya Angga canggung berhadapan dengan orang tua Odelia, entah kenapa. Mungkin saja karena selama ini dia sering mengomel pada Odelia, jadinya bingung ingin memulai obrolan seperti apa, ditambah lagi dia yang baru mengenal Odelia seminggu yang lalu.

Setelahnya tak ada lagi obrolan, Angga diam, Sena diam, sementara Odelia sibuk memakan anggur yang dibawa Angga tadi padanya.

Melihat Odelia yang memakan anggur dengan lahapnya, Angga tersenyum kemudian bertanya, "Enak, anggurnya?"

Sadar yang ditanya Angga adalah dia, Odelia menoleh kemudian mengangguk cepat. Anggurnya memang sangat enak, tak begitu asam dan sangat manis. Ini pertama kalinya Odelia memakan anggur seenak ini, biasanya anggur yang dia makan itu lebih banyak asamnya dibandingkan manisnya.

"Ewenak, Pwak. Bwapwak belwi hi mwana?" tanya Odelia dengan mulut yang dipenuhi oleh anggur. Benar-benar Odelia tak seperti orang sakit.

Angga terkekeh geli mendengar pertanyaan Odelia, walau begitu dia masih mengerti. "Ayah saya bawa dari Jepang," jawab Angga.

Kunyahan Odelia terhenti mendengar jawaban dosennya. Apa tadi? Dari Jepang? Yang Odelia tahu, buah dari Jepang itu sangat mahal karena buahnya berkualitas tinggi. Selain itu, beberapa buah juga bersifat musiman atau tidak bisa dipanen sepanjang tahu. Sedangkan Sena meringis mendengar jawaban Angga. Dengan santainya Angga malah menjawab seperti itu.

Odelia menelan anggur yang sudah halus di mulutnya dengan susah payah, dia melihat Angga dengan tatapan horornya, seakan tak percaya kalau buah yang dia makan berasal dari Jepang.

"Harganya berapa, Pak?"

Angga mengernyit. Masalah anggur saja Odelia sampai bertanya harga padanya.

"Saya gak tahu, ayah saya yang bawa, dia nyuruh saya bawain untuk kamu."

"Pak Angga ini pasti buah mahal, si Lia biar makan buah busuk juga gak pa-pa," timpal Sena.

"Ih, Mama," protes Odelia.

Hal itu membuat Angga terkekeh.

"Itu anggur Ruby Romawi, saya gak tahu harganya berapa, karena ayah saya yang beli."

"Ini pasti mahal, gue mana bi—" ucapan Odelia terhenti kala mendengar salam dari papanya.

"Waalaikumsalam."

Mereka bertiga serempak menjawab salam Gilang. Odelia yang melihat kedatangan papanya langsung berbinar dan tersenyum senang.

"Papa, bawa pesanan Lia?"

Baru saja papanya melangkah menghampirinya, Odelia sudah bertanya pesanannya.

Gilang menggeleng, dia benar-benar tak percaya kalau anaknya ini tengah sakit, pasalnya kelakuan anaknya saat sakit dan sehat sama saja, tak ada bedanya. Gilang pun menyodorkan pesanan Odelia pada si pemesan, hal itu membuat Odelia berbinar senang.

"Kebab favorit gue ini," gumamnya membuat Sena tersenyum, begitu juga dengan Gilang dan Angga yang melihat Odelia.

Suasana hening beberapa detik, sampai suara Angga membuat ketiganya berpusat pada pria itu.

"Pak Gilang, izinkan saya menjaga Odelia."

Hah? Gilang bahkan terdiam tak tahu harus mengatakan apa pada anak bosnya. Ini anak bosnya meminta Odelia menjadi pasangan hidupnya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Abang Dosen   Dua Puluh Lima

    Gadis yang usianya dua puluh tahun itu menggigit kecil bibir bawahnya lantaran begitu gugup karena akan bertemu dengan Angga. Odelia malu bertemu dengan Angga, kala mengingat apa saja yang dia lakukan pada Angga. Marah bahkan tak peduli pada Angga karena menganggap gadis bersama Angga adalah kekasihnya. Saking cemburunya, Odelia bahkan sampai memarahi Angga dan tak ingin bertemu dengan Angga.Odelia melirik paper bag yang dia bawa dari rumah, berisi kotak bekal milik Angga yang kemarin diberikan padanya, tentu saja kotak itu tak kosong, Odelia menyimpan bekal untuk Angga di sana.Kemudian tangan gadis itu bergerak, mengetuk pintu ruangan Angga dan hanya sekali ketuk, suara Angga sudah terdengar menyuruh masuk. Walau takut, Odelia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Angga, dengan menekan kenop pintu.Di ruangan Angga, gadis itu mendapatkan Angga yang tengah sibuk dengan berbagai macam kertas di mejanya. Tapi tak lama, karena atensi Angga langsung teralih padanya

  • Abang Dosen   Dua Puluh Empat

    "Abang gak salah milih calon, 'kan? Masa milih orang yang modelan kayak tante girang gini," protes Lyta melirik sinis pada Odelia.Sontak saja perkataan Lyta membuat Odelia melotot tak percaya mendengarnya, apalagi saat dia disamakan dengan tante girang. Ya kali, dia yang cantiknya sebelas dua belas dengan Maudy Ayunda malah samakan dengan tante girang. Sedangkan Tsamara yang mendengar itu, langsung menegur anaknya karena berkata tak sopan seperti itu."Kak, ngomongnya gak sopan banget. Orang cantik kayak gini malah disamakan dengan tante girang," tegur Tsamara membuat Lyta mendengkus kesal.Tsamara mengelus pundak Odelia, kemudian menatap Odelia dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis pujaan hati anaknya."Maafin Lyta, ya? Dia emang kayak gitu, mulutnya gak ada filter. Nanti si Lyta Tante update lagi biar ada filternya. Maklum, yah, si Lyta ram-nya cuma 1GB," gurau Tsamara seraya memohon maaf pada Odelia. Dia benar-benar tak enak h

  • Abang Dosen   Dua Puluh Tiga

    Walau Angga merasa kecewa dengan Odelia karena bekal pemberiannya malah diberikan oleh orang lain, Angga tetap menunggu Odelia pulang, dia berniat untuk mengajak Odelia ke rumahnya. Tak ada maksud lain, hanya ingin mengajak Odelia bertemu bundanya yang penasaran dengan Odelia.Angga melirik jam beker di mejanya. Sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, itu tandanya Odelia pasti sudah pulang.Angga mengambil tasnya, kemudian menyampaikan di pundaknya. Pria itu langsung keluar dari ruangannya, menuju parkiran, dia akan menunggu Odelia di depan gerbang.Angga berharap, semoga saja Odelia tak membawa motor, tak pulang bersama Ify, tak dijemput Rayyan ataupun papanya. Kala dia sampai di gerbang, mata pria itu celingak-celinguk mencari Odelia di antara kerumunan mahasiswi yang tengah menongkrong di dekat pos penjagaan.Dan ... dapat!Odelia ada di antara mahasiswi yang tadi menongkrong di dekat pos penjagaan, bersama teman-temannya sedang te

  • Abang Dosen   Dua Puluh Dua

    "Del, dipanggil sama pak Angga ke ruangannya," teriak teman sekelasnya di depan kelas, membuat Odelia yang tengah sibuk menyelesaikan resumenya mendelik tajam.Gadis itu mendengkus kesal, dia mendesis lirih lantaran diganggu saat menyelesaikan resumenya."Ngapain?" tanya Odelia ketus."Mana gue tahu, tapi lo emang dipanggil pak Angga tadi."Teman sekelasnya bernama Sasa itu hanya mengendikan bahunya tak tahu, dia langsung keluar dari kelas. Melihat itu, Odelia begitu kesal karena Angga mengganggunya. Walau begitu, Odelia tetap bangkit dari duduknya, menuju ruangan Angga. Kalau saja tak penting Angga memanggilnya, Odelia akan mencakar wajah dosennya itu. Enak saja malah mengganggunya saat dia tengah mengerjakan resume untuk tugas sore nanti.Ketika gadis itu sampai di ruangan Angga, dia langsung mengetuk pintu ruangan Angga, dia juga mendengar suara Angga yang menyuruh masuk hanya dengan sekali ketuk saja. Dari sahutan Angga di dalam yang begitu cepat hanya d

  • Abang Dosen   Dua Puluh Satu

    Odelia memutar bola matanya malas saat melihat keberadaan Angga di rumahnya, masih pukul tujuh pagi, tapi Angga sudah ada di rumahnya. Mau apa sebenarnya dosennya itu? Mengganggu.Belum lagi saat dia melihat Angga tersenyum kecil padanya. Hei, apa dia pikir Odelia akan goyah hanya karena melihat senyum pria itu? Odelia harus sadari diri, Angga tak akan pernah mencintai karena Angga sudah memiliki kekasih. Gadis itu harus jaga jarak dengan Angga."Bapak ngapain lagi ke rumah saya? Perasaan saya pernah bilang untuk jangan pernah datang ke sini, deh?" sungut Odelia tapi malah tak dipedulikan oleh Angga."Saya mau jemput kamu, hari ini jadwal kamu pagi dari jam setengah sembilan sampai jam dua belas, 'kan?"Bukannya marah, Angga malah menawarkan bantuan pada Zani. Tapi ... wait, dari mana Angga tahu kalau dia itu hari ini ada kelas pagi dan siang sampai jam dua belas?"Pak Angga mending jauh-jauh dari saya, saya gak suka diganggu," ucap Odelia dan langsung melew

  • Abang Dosen   Dua Puluh

    Oh tidak, Angga tak bisa melihat Odelia yang terus-menerus mendiaminya. Sudah hampir sebulan ini, Odelia tak menggubrisnya, parahnya lagi Odelia setiap mata kuliahnya sama sekali tak mau dipanggil maju ke depan untuk menjelaskan kembali materi yang dia ajarkan, Odelia hanya diam sampai Angga berhenti mendesaknya.Bukankah ini menunjukkan bahwa pria itu memiliki perasaan pada gadis bernama Odelia itu? Angga sekarang menyadari bahwa dia memiliki perasaan pada Odelia dan pria itu tak mau menampik kenyataan tersebut. Namun, kenapa di saat Odelia berhenti mengejarnya dia baru merasakan hal itu?Hari ini, Angga berencana untuk mencegat Odelia yang akan keluar dari kelasnya. Sejak tadi, pria itu sudah berada di depan ruang kelas Odelia, duduk di kursi tunggu yang memang telah disediakan pihak kampus di tiap-tiap depan kelas.Angga melihat dari jendela kelas Odelia. Masih ada dosen di sana, masih menjelaskan materi di kelas Odelia. Huh, sampai kapan dosen itu keluar? Angga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status