Ketika ruangannya diketuk, Angga segera menegakkan badannya. Dosen itu tahu siapa yang kini mengetuk pintu ruangannya, karena dia baru saja memanggil orang itu. Sebelum Angga menyuruh orang di luar itu masuk, dia merapikan penampilan yang cukup berantakan, juga merapikan mejanya yang penuh dengan kertas-kertas resume mahasiswa-mahasiswinya yang sama sekali belum dia periksa sejak empat hari yang lalu.
Pria itu tak bisa melakukan apapun jika tak mengetahui di mana keberadaan Odelia. Ya, sudah empat hari dia tak melihat Odelia, bertanya dengan teman-teman sekelas Odelia pun dia gengsi dan satu-satunya orang yang bisa dia tanyakan adalah Ify—sahabat Odelia—dan Ify saat ini sedang berada di luar. Angga tahu mereka bersahabat dari cerita dosen-dosen di kampus.Angga berdeham lalu menyuruh Ify untuk masuk."Masuk.""Permisi, Pak."Sedangkan Ify, dia benar-benar tak tahu kenapa bisa dia dipanggil oleh pak Angga. Kalau dia Odelia, dapat dipastikan anak itu akan senang karena Angga memanggilnya dan pastinya berkata 'Pak Angga itu jual mahal sama gue, gue tahu dia suka sama gue.'Ok, back to topic.Ify tersenyum kikuk kala dia sudah ada di hadapan dosen killer yang sialnya tampan itu. Semua mahasiswi di universitas Haruwijaya pastinya terpesona dengan pak Angga, begitu juga dengan Ify walau tak seperti mahasiswi lainnya, kecuali Odelia yang sama sekali tertarik dengan pak Angga."Sudah tahu Odelia ke mana?"Hah? Ify baru saja masuk, baru saja berdiri di hadapan dosen itu, baru saja berkelana dengan pikiran, baru saja tersenyum kikuk, dan baru saja menarik napas. Dia belum bertanya kenapa dia tiba-tiba dipanggil dosen itu, tapi Angga langsung to the point mengatakan tujuan dia memanggil Ify.Gadis itu menggeleng pelan sebagai jawaban. Nyatanya, dia sama sekali belum ada bertemu Odelia, nomor Odelia pun tak aktif sejak empat hari yang lalu.Errr... Kemana sebenarnya Odelia?"Kamu mau dapat nilai bagus di mata kuliah saya?"Ada apa ini? Kenapa Angga tiba-tiba bertanya seperti itu padanya? Mendapatkan nilai bagus di mata kuliah Angga adalah impian Ify, bukan cuma Ify tapi hampir semua mahasiswa yang masuk di kelas pria itu, mengingat Angga yang sangat pelit dengan nilai."Dapat nilai bagus di mata kuliah pak Angga it's my dream, not her. My dreams," gumam Ify.Mendengar gumaman Ify yang cukup keras itu, Angga terkekeh geli."Kalau gitu, cari tahu kemana Odelia, kalau kamu dapat infonya sebelum jam 8 malam, kamu bebas tes di mata kuliah saya semester ini."Ini memang gila, menjadikan nilai sebagai bayaran, tapi hanya itu satu-satunya cara agar dia mendapatkan informasi keberadaan Odelia. Angga benar-benar gila, dia malah termakan omongannya sendiri ketika Odelia mengirimkan dia pesan empat hari lalu.Sial, dia rindu Odelia.***Ify mendelik tajam ke arah Odelia yang malah merasa tak bersalah karena tak menginfokan kalau dia sakit. Ingin rasa memukul Odelia kalau tak mengingat saat ini Odelia tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di punggung tangannya."Lo sakit kok gak bilang-bilang, sih?" Omel Ify.Odelia mencibir Ify. Apa semuanya yang dia lakukan harus diceritakan pada Ify?"Lebay, gue sakit bukan mati." Perkataan itu sama yang dia katakan pada mamanya lantaran terlalu khawatir karena dia sakit demam.Sebenarnya infusnya itu akan dilepas sore ini juga, tapi semalam dia kembali demam tinggi karena banyak pikiran. Yah, Odelia banyak pikiran, memikirkan bagaimana cara agar Angga tak jual malah padanya, dan itu berlangsung dari hari pertama sampai hari keempat dia dirawat di rumah sakit, membuat tidurnya tak nyenyak. Tadi pagi pun juga kena omel mamanya."Iya, lo cuma sakit, gak mati tapi malah buat pak Angga kayak orang gila di kampus."Seketika Odelia menoleh pada Ify. Meminta penjelasan pada gadis itu. Mendengar nama Angga, jantung Odelia malah tak karuan, terus saja berdetak kencang. Ini benar-benar menyebalkan, Odelia tak suka detak ini, membuatnya kadang salah tingkah."Setidaknya HP diaktifkan, kenapa, sih? Biar pak Angga bisa hubungin lo," imbuh Ify.Dan benar saja, gadis itu malah salah tingkah apalagi ketika mendengar lanjutan perkataan dari Ify, dia semakin salah tingkah."Lo dicariin, Nyet. Kek orang gila karena gak tahu lo di mana," lanjutnya lagi."Ngadi-ngadi lo," balas Odelia tak percaya. Dosen keras kepala seperti Angga tak mungkin mencarinya"Anjir, gak bohong," ucap Ify meyakinkan Odelia.Hanya saja dia tidak mengatakan pada Odelia kalau dia disuruh Angga untuk mencari informasi keberadaan gadis itu. Nantinya Odelia sudah melting dan menyombongkan diri bahwa pesonanya tidak pernah pudar, terutama pada senyum ajaibnya. Ini juga, pak Angga, sepertinya dia sedang salah minum obat, makanya tiba-tiba jadi perhatian pada Odelia. Bahkan dosennya tadi sampai uring-uringan"Serius?" Melihat Ify yang serius walaupun sedikit berbicara kasar padanya, Odelia pun bertanya untuk memastikan. Bisa saja Ify hanya ingin membuat hatinya senang agar dia cepat sembuh."Duarius kalau ada, mah. Lo dicariin, pak Angga uring-uringan."Odelia tertawa, dia tidak menyangka kalau dosen itu benar-benar mencarinya. Odelia tidak pernah salah dalam menduga, Angga jual mahal padanya."Apa gue bilang, pak Angga itu cuma jual mahal aja sama gue," kata Odelia menyombongkan diri.***Angga menggeram kesal lantaran rasa rindu yang sudah tak bisa dibendung. Bagaimana bisa dia termakan omongannya sendiri? Katamu dia tak akan merindukan Odelia, tapi nyatanya dia merindukan gadis 20 tahun itu membuat Angga kalah. Dia memang telah jatuh pada pesona Odelia, dia telah kalah dengan senyum ajaib Odelia. Sial, harusnya dia lebih berhati-hati.Angga sejak tadi hanya mencoret-coret kertas HVS, kini dia tengah menunggu informasi dari Ify. Waktu baru menunjukkan pukul 5 sore tapi dia benar-benar tak sabar.Ada banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala Angga.Kemana gadis itu selama 4 hari ini?Kenapa dia tidak datang ke kampus?Di mana dia saat ini?Dan kenapa Ify lama sekali memberikannya informasi mengenai Odelia?Angga sudah tak bisa menahan rindunya.Ah, sialan. Karena itu, Angga mengambil ponselnya, dengan mengesampingkan egonya, Angga mengirimkan Odelia pesan.Angga :Odelia, saya kangen. Saya ke rumah kamu sekarang, saya mau ketemu sama kamu.Sementara di tempatnya, Odelia yang baru saja berniat mengistirahatkan tubuhnya, setelah Ify yang bercerita panjang lebar tentang kehidupan kampusnya selama 4 hari dan baru saja pulang, dibuat terperangah, tak percaya Angga mengirimkan pesan seperti itu padanya."Ini pak Angga yang ngirim, 'kan? Bukan tiruannya pak Angga?" Gumam Odelia. "Gue mana bisa tidur ini, pastinya malah kepikiran," lanjut Odelia dan tersenyum lebar. Gadis itu seketika bersyukur karena mendengar perkataan Ify untuk mengaktifkan ponselnya.Di dalam dadanya terasa menghangat, jantungnya berdegup kencang, dan perutnya terasa seperti ada yang menggelitik. Kalau begini, Odelia bisa-bisa baper."Tahu gini, mending dari kemarin-kemarin gue nyala HP," ujarnya.Odelia mengerling jail, menggoda Angga. Senyum jail gadis itu sama sekali tak luntur sejak Angga masuk hingga Angga duduk di ruang rawatnya. Sedangkan Angga, dia tak berkutik apalagi mengeluarkan suara lantaran di ruangan ini juga ada kedua orang tua Odelia."Pak, kangen banget yah sama saya sampai-sampai gak nanya saya ada di mana? Ditelpon juga gak diangkat-angkat."Angga tak menjawab pertanyaan menggoda dari Odelia, itu semua karena orang tua Odelia. Dia tadi sudah berkenalan dengan orang tua Odelia, dan ternyata ayah gadis itu mengenalnya karena bekerja di perusahaan ayahnya."Lia, jangan digodain pak Angga-nya," tegur Sena.Sontak gelak tawa Odelia pun terdengar dan kali ini benar-benar menyebalkan, Angga rasanya ingin meraup wajah Odelia dengan kedua telapak tangannya yang besar."Maafin Odelia, yah, Pak. Dia emang kayak gitu, pintar godain orang," ucap Sena merasa bersalah.Angga tersenyum kikuk. Tadi saat dia sampai di rumah Odelia, yang dia dapatkan rumah itu kosong, lampu ru
"Ah, maksud saya, izinkan saya menjaga Odelia malam ini di rumah sakit. Bapak dan Ibu pulang istirahat," ralat Angga membuat bibir Odelia mengerucut sebal.Odelia sudah melayang tadi mendengar perkataan Angga yang akan menjaganya, tapi ternyata dosennya itu meralat perkataannya. Oh, atau lebih tepat memperbaiki perkataannya.Sedangkan Angga, sejak tadi jantungnya tak berhenti berdetak kencang, apalagi mengingat perkataannya tadi. Makanya secepat mungkin dia meralat. Angga pun tak tahu kenapa dia berkata-kata seperti itu, bahkan secara tiba-tiba tanpa berpikir lebih dulu."Boleh kok, Pak. Pak Angga mau jagain saya, 'kan? Jagain seumur hidup juga boleh," kata Odelia.Sekalipun Angga meralat perkataannya, Odelia tak ingin kehilangan kesempatan ini. Kapan lagi coba, dosen killer sekaligus dosen yang sama sekali tak terpanah melihat senyumnya bisa menjaganya di sini, mereka akan berada di satu ruangan yang sama semalam."Mau macam-macam, 'kan, kamu sama pak Angga?" tuduh Sena membuat Odeli
"Morning, Pak Angga," sapa Odelia.Sementara Angga, bukannya membalas sapaannya tapi malah mengernyit kala melihat keberadaan Odelia. Bukankah gadis itu baru saja pulang kemarin sore dari rumah sakit? Tapi dia sudah masuk kuliah bahkan dengan cerianya menyapa Angga."Kamu kok udah masuk?"Odelia menggaruk kepalanya, berusaha mencari alasan yang tepat. Dia tak mungkin mengatakan pada Angga alasannya masuk kampus karena ingin cepat-cepat membuat dosennya ini terpesona padanya padahal dia masih masa pemulihan."Balas dulu sapaan saya, Pak." Alhasil, gadis itu meminta Angga membalas sapaannya, daripadanya harus menjawab pertanyaan Angga."Hmm, pagi.""Duh, manis banget sih, Pak, bikin saya meleyot," ungkap Odelia. "Awali pagi dengan yang manis-manis, contohnya lihat senyum saya, Pak. Makanya kalau ketemu saya jangan judes-judes, Pak.""Kamu kalau ketemu saya bisanya cuma gombal mulu," ujar Angga menggeleng pelan."Kenapa, Pak? Udah mulai suka sama saya?" Tanya Odelia dengan mata berbinar.
Caffe Americano dengan tulisan Starbucks ada di genggaman Odelia, gadis itu melangkah dengan riang menuju ruangan Angga. Siang pukul 1 seperti ini, biasanya orang-orang akan merasakan mengantuk, maka dari itu Odelia berinisiatif membelikan Angga kopi.Oh, bukan tanpa alasan, tentu saja dia ingin membuat Angga bisa terpanah melihat senyumnya. Gadis itu bukan hanya pintar menggoda, tapi juga sangat licik. Tapi tak terlalu licik, hahaha.Odelia mengetuk pintu ruangan Angga, dari sela-sela gorden jendela ruangan Angga, dia padat melihat Angga di tengah sibuk dengan laptopnya. Sudah pasti Angga sibuk, apalagi Angga yang baru saja menjabat sebagai sekretaris jurusan, pastinya Angga memiliki banyak kesibukan. Mulai dari merapikan arsip KRS mahasiswa, membuatkan undangan seminar proposal untuk mahasiswa semester akhir, membuat surat rekomendasi penelitian, dan masih banyak lagi."Masuk."Suara Angga yang menginterupsi masuk, membuat Odelia tersenyum lebar. Gadis itu berdeham pelan, merapikan
"Dia kenapa nangis, sih?" tanya Rayyan pada Ify ketika pria itu telah menyusul Odelia di kampus."Tuh, habis dimarahin dosen," jawab Ify membuat Odelia langsung memukulnya.Dia bukannya tidak ingin Rayyan tahu alasan dia menangis, tapi dia hanya tak mau nanti alasannya dimarahi dosen ketahuan. Bukankah itu memalukan? Di keluarga besarnya, semua orang tahu, bahwa tak ada satu pun laki-laki yang bisa menolak pesona Odelia dengan senyum ajaib miliknya.Kalau saja Rayyan tahu, bisa-bisa dia akan membongkarnya di grup WhatsApp keluarga dan berujung dia yang dibully.Ify mengelus tangannya yang tadi dipukul Odelia, perih hingga sekarang, bahkan memerah. Kalau saja di sini tak ada Rayyan—si sepupu Odelia yang super protektif—sudah Ify balas. Ya kali, Ify hanya diam saja."Lagian, ngapain sih lo? Kok bisa dimarahin dosen? Ngadi-ngadi," omel Rayyan. Bukannya mencoba menghibur Odelia, Rayyan malah mengomeli Odelia. Sekalipun Rayyan begitu over protektif pada Odelia, dia juga tak akan membela Od
Dua hari sudah, Odelia benar-benar berhenti menggoda Angga. Rasa kesalnya masih sama seperti seperti hari di mana Angga membentaknya. Walaupun uangnya membeli kopi diganti Rayyan dua kali lipat, tapi dia masih kesal.Memangnya siapa yang tidak kesal jika dibentak? Terlebih lagi Odelia adalah orang yang sangat jarang dibentak. Sekalipun mamanya cerewet, Odelia tak pernah dibentak mamanya, apalagi papanya yang punya sifat lembut. Sedangkan Ify, ikut kesal melihat wajah Odelia yang tak enak dilihat, dia juga telah muak melihat wajah masam Odelia sejak dua hari ini."Kayaknya lo udah suka sama pak Angga, masa dibentak aja marahnya sampai 2 hari," ujar Ify.Dugaan Ify tak pernah salah, dia yakin, Odelia sudah benar-benar menyukai Angga, bukan hanya sekedar balas dendam karena harga dirinya telah diinjak-injak. Kalau Odelia tak menyukai Angga, tak mungkin gadis itu sampai marah selama ini. Ify mengenal tabiat Odelia, yang jika punya rencana seperti ini tapi malah dibuat kesal, dia marahnya
Pukul 10.30 jam mata kuliah Angga sudah selesai, Odelia tahu karena jadwal Angga memang selesai pada pukul 10.30. Saat ini, Odelia duduk di kursi yang telah disiapkan pihak kampus, kursi panjang yang diletakkan di koridor di masing-masing ruang kelas.Dari tempatnya duduk, Odelia dapat melihat gedung petinggi prodi. Gadis itu juga dapat melihat Angga yang baru saja keluar dari ruang akma. Tapi baru saja beberapa detik Angga keluar, gadis yang mungkin seumuran dengan Odelia menghampiri pria itu, membuat Odelia terbelalak kaget."Wah, parah, tuh dosen, nuduh gue pacaran, tahunya yang pacaran itu dia," sungut Odelia. Dia benar-benar tak terima tadi Angga mengunduhnya pacaran."Lah, lah, malah gandengan," lanjut gadis itu bersungut. Dia benar-benar kesal melihat Angga bergandengan tangan dengan gadis lain."Gue aja gak pernah tuh, gandengan sama pak Angga, kok dia berani banget gandeng pak Angga."Odelia memukul-mukul tasnya, menyalurkan kekesalannya lantaran melihat Angga bersama gadis i
Odelia tak tahu bagaimana dengan perasaannya, dia benar-benar tak suka melihat Angga dengan gadis lain. Apa dia telah jatuh cinta pada dosennya itu?Astaga, bukankah ini hal yang gila? Kalau dia sampai menyukai Angga, perasaannya juga tak akan dibalas Angga karena pria itu yang sudah memiliki kekasih.Pukul 1 siang, waktunya pulang karena kelasnya telah berakhir, tapi sepertinya urung saat dia melihat Angga dan gadis kemarin ada di kafe. Dinding kafe yang terbuat dari kaca itu bisa dilihat dari luar. Odelia melihat Angga juga gadis yang kemarin dia lihat bersama Angga, sedang makan di kafe dekat kampus. Begitu mesra, saling tertawa lepas juga mengobrol tanpa beban. Odelia cemburu melihatnya, hatinya terasa ngilu juga panas melihat keduanya yang begitu dekat.Kenapa semua orang selalu terlihat bahagia di mata Odelia? Tak ada yang tahu, alasan Odelia yang suka menggoda itu karena dia iri melihat orang-orang yang bisa tertawa bersama orang yang mereka cintai. Odelia belum pernah seperti