Share

Lima

Ketika ruangannya diketuk, Angga segera menegakkan badannya. Dosen itu tahu siapa yang kini mengetuk pintu ruangannya, karena dia baru saja memanggil orang itu. Sebelum Angga menyuruh orang di luar itu masuk, dia merapikan penampilan yang cukup berantakan, juga merapikan mejanya yang penuh dengan kertas-kertas resume mahasiswa-mahasiswinya yang sama sekali belum dia periksa sejak empat hari yang lalu.

Pria itu tak bisa melakukan apapun jika tak mengetahui di mana keberadaan Odelia. Ya, sudah empat hari dia tak melihat Odelia, bertanya dengan teman-teman sekelas Odelia pun dia gengsi dan satu-satunya orang yang bisa dia tanyakan adalah Ify—sahabat Odelia—dan Ify saat ini sedang berada di luar. Angga tahu mereka bersahabat dari cerita dosen-dosen di kampus.

Angga berdeham lalu menyuruh Ify untuk masuk.

"Masuk."

"Permisi, Pak."

Sedangkan Ify, dia benar-benar tak tahu kenapa bisa dia dipanggil oleh pak Angga. Kalau dia Odelia, dapat dipastikan anak itu akan senang karena Angga memanggilnya dan pastinya berkata 'Pak Angga itu jual mahal sama gue, gue tahu dia suka sama gue.'

Ok, back to topic.

Ify tersenyum kikuk kala dia sudah ada di hadapan dosen killer yang sialnya tampan itu. Semua mahasiswi di universitas Haruwijaya pastinya terpesona dengan pak Angga, begitu juga dengan Ify walau tak seperti mahasiswi lainnya, kecuali Odelia yang sama sekali tertarik dengan pak Angga.

"Sudah tahu Odelia ke mana?"

Hah? Ify baru saja masuk, baru saja berdiri di hadapan dosen itu, baru saja berkelana dengan pikiran, baru saja tersenyum kikuk, dan baru saja menarik napas. Dia belum bertanya kenapa dia tiba-tiba dipanggil dosen itu, tapi Angga langsung to the point mengatakan tujuan dia memanggil Ify.

Gadis itu menggeleng pelan sebagai jawaban. Nyatanya, dia sama sekali belum ada bertemu Odelia, nomor Odelia pun tak aktif sejak empat hari yang lalu.

Errr... Kemana sebenarnya Odelia?

"Kamu mau dapat nilai bagus di mata kuliah saya?"

Ada apa ini? Kenapa Angga tiba-tiba bertanya seperti itu padanya? Mendapatkan nilai bagus di mata kuliah Angga adalah impian Ify, bukan cuma Ify tapi hampir semua mahasiswa yang masuk di kelas pria itu, mengingat Angga yang sangat pelit dengan nilai.

"Dapat nilai bagus di mata kuliah pak Angga it's my dream, not her. My dreams," gumam Ify.

Mendengar gumaman Ify yang cukup keras itu, Angga terkekeh geli.

"Kalau gitu, cari tahu kemana Odelia, kalau kamu dapat infonya sebelum jam 8 malam, kamu bebas tes di mata kuliah saya semester ini."

Ini memang gila, menjadikan nilai sebagai bayaran, tapi hanya itu satu-satunya cara agar dia mendapatkan informasi keberadaan Odelia. Angga benar-benar gila, dia malah termakan omongannya sendiri ketika Odelia mengirimkan dia pesan empat hari lalu.

Sial, dia rindu Odelia.

***

Ify mendelik tajam ke arah Odelia yang malah merasa tak bersalah karena tak menginfokan kalau dia sakit. Ingin rasa memukul Odelia kalau tak mengingat saat ini Odelia tengah terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di punggung tangannya.

"Lo sakit kok gak bilang-bilang, sih?" Omel Ify.

Odelia mencibir Ify. Apa semuanya yang dia lakukan harus diceritakan pada Ify?

"Lebay, gue sakit bukan mati." Perkataan itu sama yang dia katakan pada mamanya lantaran terlalu khawatir karena dia sakit demam.

Sebenarnya infusnya itu akan dilepas sore ini juga, tapi semalam dia kembali demam tinggi karena banyak pikiran. Yah, Odelia banyak pikiran, memikirkan bagaimana cara agar Angga tak jual malah padanya, dan itu berlangsung dari hari pertama sampai hari keempat dia dirawat di rumah sakit, membuat tidurnya tak nyenyak. Tadi pagi pun juga kena omel mamanya.

"Iya, lo cuma sakit, gak mati tapi malah buat pak Angga kayak orang gila di kampus."

Seketika Odelia menoleh pada Ify. Meminta penjelasan pada gadis itu. Mendengar nama Angga, jantung Odelia malah tak karuan, terus saja berdetak kencang. Ini benar-benar menyebalkan, Odelia tak suka detak ini, membuatnya kadang salah tingkah.

"Setidaknya HP diaktifkan, kenapa, sih? Biar pak Angga bisa hubungin lo," imbuh Ify.

Dan benar saja, gadis itu malah salah tingkah apalagi ketika mendengar lanjutan perkataan dari Ify, dia semakin salah tingkah.

"Lo dicariin, Nyet. Kek orang gila karena gak tahu lo di mana," lanjutnya lagi.

"Ngadi-ngadi lo," balas Odelia tak percaya. Dosen keras kepala seperti Angga tak mungkin mencarinya

"Anjir, gak bohong," ucap Ify meyakinkan Odelia.

Hanya saja dia tidak mengatakan pada Odelia kalau dia disuruh Angga untuk mencari informasi keberadaan gadis itu. Nantinya Odelia sudah melting dan menyombongkan diri bahwa pesonanya tidak pernah pudar, terutama pada senyum ajaibnya. Ini juga, pak Angga, sepertinya dia sedang salah minum obat, makanya tiba-tiba jadi perhatian pada Odelia. Bahkan dosennya tadi sampai uring-uringan

"Serius?" Melihat Ify yang serius walaupun sedikit berbicara kasar padanya, Odelia pun bertanya untuk memastikan. Bisa saja Ify hanya ingin membuat hatinya senang agar dia cepat sembuh.

"Duarius kalau ada, mah. Lo dicariin, pak Angga uring-uringan."

Odelia tertawa, dia tidak menyangka kalau dosen itu benar-benar mencarinya. Odelia tidak pernah salah dalam menduga, Angga jual mahal padanya.

"Apa gue bilang, pak Angga itu cuma jual mahal aja sama gue," kata Odelia menyombongkan diri.

***

Angga menggeram kesal lantaran rasa rindu yang sudah tak bisa dibendung. Bagaimana bisa dia termakan omongannya sendiri? Katamu dia tak akan merindukan Odelia, tapi nyatanya dia merindukan gadis 20 tahun itu membuat Angga kalah. Dia memang telah jatuh pada pesona Odelia, dia telah kalah dengan senyum ajaib Odelia. Sial, harusnya dia lebih berhati-hati.

Angga sejak tadi hanya mencoret-coret kertas HVS, kini dia tengah menunggu informasi dari Ify. Waktu baru menunjukkan pukul 5 sore tapi dia benar-benar tak sabar.

Ada banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala Angga.

Kemana gadis itu selama 4 hari ini?

Kenapa dia tidak datang ke kampus?

Di mana dia saat ini?

Dan kenapa Ify lama sekali memberikannya informasi mengenai Odelia?

Angga sudah tak bisa menahan rindunya.

Ah, sialan. Karena itu, Angga mengambil ponselnya, dengan mengesampingkan egonya, Angga mengirimkan Odelia pesan.

Angga :

Odelia, saya kangen. Saya ke rumah kamu sekarang, saya mau ketemu sama kamu.

Sementara di tempatnya, Odelia yang baru saja berniat mengistirahatkan tubuhnya, setelah Ify yang bercerita panjang lebar tentang kehidupan kampusnya selama 4 hari dan baru saja pulang, dibuat terperangah, tak percaya Angga mengirimkan pesan seperti itu padanya.

"Ini pak Angga yang ngirim, 'kan? Bukan tiruannya pak Angga?" Gumam Odelia. "Gue mana bisa tidur ini, pastinya malah kepikiran," lanjut Odelia dan tersenyum lebar. Gadis itu seketika bersyukur karena mendengar perkataan Ify untuk mengaktifkan ponselnya.

Di dalam dadanya terasa menghangat, jantungnya berdegup kencang, dan perutnya terasa seperti ada yang menggelitik. Kalau begini, Odelia bisa-bisa baper.

"Tahu gini, mending dari kemarin-kemarin gue nyala HP," ujarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status