Abang Dosen

Abang Dosen

Oleh:  Love Queen  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
29Bab
3.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Odelia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh seorang dosen killer yang sama sekali tak terpana melihat senyumnya, bahkan dosen itu dengan terang-terangan memarahi serta mengatakan gadis itu jelek terlebih lagi senyumnya. Selama ini tak ada satu pun orang yang tak terpana melihat senyumnya, dan Angga adalah orang pertama yang tak terpana melihat senyumnya. Padahal selama ini, semua orang terpana melihat senyum Odelia. Orang-orang menyebut senyum ajaib yang mampu membuat terpana hanya sekali lihat. Karena itu, Odelia berniat ingin balas dendam dengan cara mendekati Angga—dosen killernya—dan membuat Angga jatuh cinta karena senyumnya. Mampukah Odelia membuat Angga terpana melihat senyumnya? Ataukah dia malah terjebak di dalam permainannya sendiri? Cus langsung baca aja!

Lihat lebih banyak
Abang Dosen Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Al Force
Kak 180° itu setengah lo..harusnya bilang 360° itu baru benar..
2023-02-20 16:37:22
0
user avatar
Penghujung Cerita
kak ceritanya ngak masuk akal masa sih ada dosen galak suka sama mahasiswanya..kalau perjodohan diatur yah ada..masa dosen mohon maaf..udah galak mohon maaf salah dong kak
2023-02-20 08:35:07
0
user avatar
Kainarotuz An Nur
selamat berkarya... folback ya kak...
2022-12-08 15:31:26
0
29 Bab
Prolog
"Maaf, Pak, saya telat," ucap Odelia sambil tersenyum manis pada dosen di depannya ini.Ini adalah hari pertama Odelia masuk semester 5 setelah kemarin mengadakan kuliah umum dan sudah ada saja dosen yang masuk. Gadis itu tersenyum manis pada dosen di depannya, memperlihatkan senyum terbaik miliknya. Tak ada yang tak terpesona dengan senyumnya, bahkan banyak dosen laki-laki yang terpana melihat senyumnya walau mereka sudah beristri. Senyum adalah salah satu senjata Odelia jika dia terlambat masuk. "Kamu telat 1 menit 35 detik," ucap dosen itu tanpa melihat Odelia, bahkan nada bicaranya sangat datar. "Kan cuma semenit, Pak." Gadis itu masih memamerkan senyum terbaiknya walau Pak Angga—dosen mata kuliah Statistika itu tak melihatnya. Dalam hati Odelia mengumpat karena dosen itu yang tak menatapnya, dia memutar otak agar perhatian pak Angga terpusat padanya, bukan pada lembar absen. "Saya duduk yah, Pak," kata Odelia tak tahu diri m
Baca selengkapnya
Satu
Odelia tak henti-hentinya mengumpat bahkan menggerutu. Itu semua akibat pak Angga yang mengusirnya di kelas padahal dia yang hanya telat 1 menit 35 detik saja. Sungguh tak ada kata toleransi di hidup dosen itu."Sialan, tuh dosen," umpat Odelia yang kesekian kalinya hingga membuat sahabat karibnya memutar bola mata malas mendengar umpatan Odelia."Ya udah, sih, terima aja nasib lo."Odelia melirik sinis pada Ify yang dengan mudahnya mengatakan padanya untuk menerima nasib. Apa-apaan ini? Dari semester 1 sampai 4, senyum adalah senjata yang dia gunakan untuk membuat dosen mengizinkannya masuk kelas jika terlambat. Namun pak Angga, satu-satunya dosen yang tidak terpikat padahal kata orang-orang senyumnya itu bagai magnet yang dapat menarik perhatian semua orang."Gue gak terima dipermalukan di depan kelas, mana tuh dosen bilang kalau senyum gue jelek kayak muka gue dan parahnya dia sama sekali gak terpanah sama senyum gue," cerocos Odelia."Ambil hikmahnya aja, gak semua cowok yang terp
Baca selengkapnya
Dua
Odelia menguap berkali-kali lantaran datang ke kampus pukul 6 pagi di saat belum ada siapa-siapa di kampus selain satpam kampus juga cleaning servis.Saat ini, gadis itu tengah berada di parkiran khusus dosen. Kalau ditanya untuk apa, sudah pasti jawabannya untuk menunggu Angga dan membalaskan dendamnya. Jual mahal sekali dosen itu, menolaknya mentah-mentah, bahkan sama sekali tak tertarik dengan senyum menawannya. Hei, ini tak bisa dibiarkan, harga dirinya diinjak-injak oleh dosen killer itu.Waktu telah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit, satu per satu dosen datang silih berganti, tetapi Odelia sama sekali belum melihat kedatangan dosen killer yang satu itu. Kenapa lama sekali? Odelia benar-benar bosan menunggu, bahkan dia mengantuk menunggu kedatangan Angga."Tuh dosen jangan-jangan hari ini gak ada kelas, makanya gak datang-datang," gumam Odelia.Odelia berdecak kesal, sepertinya sia-sia saja dia duduk di sini sejak pukul 6 pagi, tapi orang yang dia tunggu-tunggu malah tak datang.
Baca selengkapnya
Tiga
"Nyapu yang benar," tegur Sena membuat Odelia menggeram kesal.Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi, tapi pekerjaannya masih belum selesai. Seandainya kemarin dia tak pulang tengah malam, dia tak akan mendapatkan hukuman membersihkan rumah seminggu.Baru pagi ini dia menjalankan hukuman, tapi Odelia sudah merasakan lelah."Mama, cepak," keluh Odelia. Dia sudah menyapu lantai dua, yang terdapat ruang keluarga, perpustakaan pribadi, juga mushala. Kamarnya pun sudah dia bersihkan, kecuali kamar kedua orang tuanya.Gadis itu bahkan bangun pukul 5, lebih awal dari biasanya. Selepas menunaikan ibadah sholat subuh, dia langsung menjalankan hukumannya, membersihkan rumah. Dan sampai pukul 6 pagi pun, pekerjaannya belum selesai. Sisa lantai satu, dia akan membersihkan dua kamar tamu, ruang tamu, ruang kerja papanya, ruang tengah, juga dapur. Oh, astaga, dia juga akan membersihkan dua kamar mandi yang berada di dekat dapur. Gadis itu bahkan baru selesai membersihkan ruang tamu dan ruang tengah.
Baca selengkapnya
Empat
Odelia tersenyum lebar merasa bangga karena telah mendapatkan nomor ponsel Angga. Layar ponsel sejak tadi menyala, yang kini tengah terbuka room chat. Gadis itu ingin mengirimkan pesan pada Angga, tapi bingung ingin mengirimkan pesan seperti apa pada Angga. Dia tak bisa langsung ke intinya, yang ada Angga tak akan mau meladeni pesannya.Bertanya perihal materi besok? Yang ada nanti dosen killer itu tak akan membalas pesannya, itu yang sempat Ify katakan padanya jika ingin mengirim pesan pada Angga.Odelia :Pak AnggaPak AnggaPak AnggaPak AnggaPak AnggaSementara di seberang sana, Angga yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya memeriksa tugas mahasiswa, mengernyit mendengar notifikasi di ponselnya yang bertubi-tubi. Siapa yang mengirimkan dia pesan malam-malam seperti ini? Kalau itu mahasiswinya, Angga akan memarahinya.Kening pria itu masih mengernyit saat melihat pesan masuk dengan nomor yang sama sebanyak lima kali dan isinya sama semua.Angga pun penasaran, mulai membuka profi
Baca selengkapnya
Lima
Ketika ruangannya diketuk, Angga segera menegakkan badannya. Dosen itu tahu siapa yang kini mengetuk pintu ruangannya, karena dia baru saja memanggil orang itu. Sebelum Angga menyuruh orang di luar itu masuk, dia merapikan penampilan yang cukup berantakan, juga merapikan mejanya yang penuh dengan kertas-kertas resume mahasiswa-mahasiswinya yang sama sekali belum dia periksa sejak empat hari yang lalu.Pria itu tak bisa melakukan apapun jika tak mengetahui di mana keberadaan Odelia. Ya, sudah empat hari dia tak melihat Odelia, bertanya dengan teman-teman sekelas Odelia pun dia gengsi dan satu-satunya orang yang bisa dia tanyakan adalah Ify—sahabat Odelia—dan Ify saat ini sedang berada di luar. Angga tahu mereka bersahabat dari cerita dosen-dosen di kampus.Angga berdeham lalu menyuruh Ify untuk masuk."Masuk.""Permisi, Pak."Sedangkan Ify, dia benar-benar tak tahu kenapa bisa dia dipanggil oleh pak Angga. Kalau dia Odelia, dapat dipastikan anak itu akan senang karena Angga memanggilny
Baca selengkapnya
Enam
Odelia mengerling jail, menggoda Angga. Senyum jail gadis itu sama sekali tak luntur sejak Angga masuk hingga Angga duduk di ruang rawatnya. Sedangkan Angga, dia tak berkutik apalagi mengeluarkan suara lantaran di ruangan ini juga ada kedua orang tua Odelia."Pak, kangen banget yah sama saya sampai-sampai gak nanya saya ada di mana? Ditelpon juga gak diangkat-angkat."Angga tak menjawab pertanyaan menggoda dari Odelia, itu semua karena orang tua Odelia. Dia tadi sudah berkenalan dengan orang tua Odelia, dan ternyata ayah gadis itu mengenalnya karena bekerja di perusahaan ayahnya."Lia, jangan digodain pak Angga-nya," tegur Sena.Sontak gelak tawa Odelia pun terdengar dan kali ini benar-benar menyebalkan, Angga rasanya ingin meraup wajah Odelia dengan kedua telapak tangannya yang besar."Maafin Odelia, yah, Pak. Dia emang kayak gitu, pintar godain orang," ucap Sena merasa bersalah.Angga tersenyum kikuk. Tadi saat dia sampai di rumah Odelia, yang dia dapatkan rumah itu kosong, lampu ru
Baca selengkapnya
Tujuh
"Ah, maksud saya, izinkan saya menjaga Odelia malam ini di rumah sakit. Bapak dan Ibu pulang istirahat," ralat Angga membuat bibir Odelia mengerucut sebal.Odelia sudah melayang tadi mendengar perkataan Angga yang akan menjaganya, tapi ternyata dosennya itu meralat perkataannya. Oh, atau lebih tepat memperbaiki perkataannya.Sedangkan Angga, sejak tadi jantungnya tak berhenti berdetak kencang, apalagi mengingat perkataannya tadi. Makanya secepat mungkin dia meralat. Angga pun tak tahu kenapa dia berkata-kata seperti itu, bahkan secara tiba-tiba tanpa berpikir lebih dulu."Boleh kok, Pak. Pak Angga mau jagain saya, 'kan? Jagain seumur hidup juga boleh," kata Odelia.Sekalipun Angga meralat perkataannya, Odelia tak ingin kehilangan kesempatan ini. Kapan lagi coba, dosen killer sekaligus dosen yang sama sekali tak terpanah melihat senyumnya bisa menjaganya di sini, mereka akan berada di satu ruangan yang sama semalam."Mau macam-macam, 'kan, kamu sama pak Angga?" tuduh Sena membuat Odeli
Baca selengkapnya
Delapan
"Morning, Pak Angga," sapa Odelia.Sementara Angga, bukannya membalas sapaannya tapi malah mengernyit kala melihat keberadaan Odelia. Bukankah gadis itu baru saja pulang kemarin sore dari rumah sakit? Tapi dia sudah masuk kuliah bahkan dengan cerianya menyapa Angga."Kamu kok udah masuk?"Odelia menggaruk kepalanya, berusaha mencari alasan yang tepat. Dia tak mungkin mengatakan pada Angga alasannya masuk kampus karena ingin cepat-cepat membuat dosennya ini terpesona padanya padahal dia masih masa pemulihan."Balas dulu sapaan saya, Pak." Alhasil, gadis itu meminta Angga membalas sapaannya, daripadanya harus menjawab pertanyaan Angga."Hmm, pagi.""Duh, manis banget sih, Pak, bikin saya meleyot," ungkap Odelia. "Awali pagi dengan yang manis-manis, contohnya lihat senyum saya, Pak. Makanya kalau ketemu saya jangan judes-judes, Pak.""Kamu kalau ketemu saya bisanya cuma gombal mulu," ujar Angga menggeleng pelan."Kenapa, Pak? Udah mulai suka sama saya?" Tanya Odelia dengan mata berbinar.
Baca selengkapnya
Sembilan
Caffe Americano dengan tulisan Starbucks ada di genggaman Odelia, gadis itu melangkah dengan riang menuju ruangan Angga. Siang pukul 1 seperti ini, biasanya orang-orang akan merasakan mengantuk, maka dari itu Odelia berinisiatif membelikan Angga kopi.Oh, bukan tanpa alasan, tentu saja dia ingin membuat Angga bisa terpanah melihat senyumnya. Gadis itu bukan hanya pintar menggoda, tapi juga sangat licik. Tapi tak terlalu licik, hahaha.Odelia mengetuk pintu ruangan Angga, dari sela-sela gorden jendela ruangan Angga, dia padat melihat Angga di tengah sibuk dengan laptopnya. Sudah pasti Angga sibuk, apalagi Angga yang baru saja menjabat sebagai sekretaris jurusan, pastinya Angga memiliki banyak kesibukan. Mulai dari merapikan arsip KRS mahasiswa, membuatkan undangan seminar proposal untuk mahasiswa semester akhir, membuat surat rekomendasi penelitian, dan masih banyak lagi."Masuk."Suara Angga yang menginterupsi masuk, membuat Odelia tersenyum lebar. Gadis itu berdeham pelan, merapikan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status