Share

Tiga

"Nyapu yang benar," tegur Sena membuat Odelia menggeram kesal.

Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi, tapi pekerjaannya masih belum selesai. Seandainya kemarin dia tak pulang tengah malam, dia tak akan mendapatkan hukuman membersihkan rumah seminggu.

Baru pagi ini dia menjalankan hukuman, tapi Odelia sudah merasakan lelah.

"Mama, cepak," keluh Odelia. Dia sudah menyapu lantai dua, yang terdapat ruang keluarga, perpustakaan pribadi, juga mushala. Kamarnya pun sudah dia bersihkan, kecuali kamar kedua orang tuanya.

Gadis itu bahkan bangun pukul 5, lebih awal dari biasanya. Selepas menunaikan ibadah sholat subuh, dia langsung menjalankan hukumannya, membersihkan rumah. Dan sampai pukul 6 pagi pun, pekerjaannya belum selesai. Sisa lantai satu, dia akan membersihkan dua kamar tamu, ruang tamu, ruang kerja papanya, ruang tengah, juga dapur. Oh, astaga, dia juga akan membersihkan dua kamar mandi yang berada di dekat dapur. Gadis itu bahkan baru selesai membersihkan ruang tamu dan ruang tengah.

"Makanya jangan pulang tengah malam," balas Sena kemudian melanjutkan memotong kentang.

Saat ini, Odelia membersihkan dapur, sedangkan mamanya memasak untuk sarapan.

"Lia mau ke kampus, Mama," rengek Odelia.

Tapi Sena malah menggeleng pelan.

"Kamu masuk jam 8, 'kan, kalau hari Kamis?"

Odelia melongo tak percaya mendengar pertanyaan mamanya. Kenapa mamanya bisa tahu jadwalnya?

***

Sesampainya di kampus, Odelia langsung masuk kelas. Dia selesai membersihkan rumah pukul setengah tujuh, setelahnya langsung makan dan berangkat ke kampus.

Gadis itu memukul-mukul bahunya yang terasa pegal setelah membersihkan rumah. Pinggangnya juga nyeri lantaran kebanyakan membungkuk.

"Ini kalau tiap hati gue kayak gini, bisa-bisa gue mati," gerutu Odelia.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...."

"Waalaikumsalam," jawab Odelia.

Ify yang mengucapkan salam tadi langsung menyengir melihat keberadaan Odelia di kelas. Kelas mereka memang masih sepi, dan hanya ada Odelia sendiri di kelas.

"Tumben?"

Odelia mendelik tajam.

"Gue lagi capek, jangan banyak ngomong."

Ify mencibir, nanti juga ujung-ujungnya gadis itu mengeluh padanya sepanjang waktu sembari menunggu masuk kelas.

Ok, kita lihat. Ify pun memilih memainkan ponselnya, menunggu sampai Odelia mengeluarkan suara.

Satu menit.

Odelia belum mengeluarkan suara.

Dua menit.

Odelia masih diam.

Empat menit berlalu, dan Odelia mengeluarkan suara.

"Gue capek, Ify," keluh Odelia. "Dihukum nyokap bersihin rumah selama seminggu. Mana rumah itu dua tingkat."

Ify berdecak.

"Katanya capek, tapi banyak ngomong. Kenapa lagi, sih, sampai dihukum?"

"Ini semua gara-gara pak Angga. Kok bisa, ya, dia gak tertarik sama gue? Gak terpesona liat senyum gue. Gara-gara dia gue dihukum nyokap," keluh Odelia lagi.

"Apa hubungannya?"

"Gue pulang tengah malam semalam, suntuk mikirin cara supaya tuh dosen bisa terpesona sama gue," ujar Odelia membuat Ify melongo. Hanya karena itu, Odelia sampai pulang tengah malam dan berujung dihukum mamanya.

"Jadi, mau nyerah?"

"Ya kali, bagi Odelia, pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau," kata Odelia tegas.

***

Odelia tersenyum saat melihat Angga duduk sendiri di kantin kampus yang cukup sepi. Kantin fakultas Hukum yang cukup sepi sore ini, membuat dia memiliki kesempatan untuk membuat dosennya itu terpanah dengan senyumnya.

Hell, senyumnya yang menawan pastinya membuat semua orang terpesona tanpa terkecuali, Odelia yakin, Angga hanya jual mahal saja.

"Sendiri aja, Pak?" Tanya Odelia tiba-tiba tanpa menyapa lebih dulu dan hal itu membuat Angga menggeram kesal.

Angga melirik pada mahasiswinya yang tanpa dipersilakan langsung duduk di sampingnya, dan dengan kurang ajarnya, Odelia mengambil cup pop ice yang masih berisi setengah lalu meminumnya.

"Kamu gak ada sopan santunnya, yah?" Sarkas Angga membuat Odelia terkekeh.

"Minta, Pak, saya haus habis masuk kelas."

"Kalau minta tuh bilang dulu baru minum," tegur Angga.

Angga menatap wajah gadis itu yang berminyak, mungkin karena seharian penuh masuk kelas hingga gadis itu tak peduli dengan wajahnya. Walau begitu, Angga mengakui kalau Odelia Anastasya Gavrila—mahasiswi jurusan Hukum Tata Negara—sang pemilik senyum ajaib sangat cantik. Sayangnya, Angga tak mau menunjukkan pada mahasiswinya yang tingkat kepercayaan dirinya tinggi itu, perihal ketertarikannya, yang ada nanti mahasiswi ini malah semakin percaya diri bahwa tak ada yang tak terpesona dengan dia. Tabiat gadis seperti Odelia sangat mudah ditebak.

Refleks tanpa berpikir panjang, tangan Angga terangkat mengusap ujung bibir Odelia, yang terdapat bubuk Oreo yang ada di pop ice.

Odelia terdiam mendapatkan perlakuan seperti itu dari dosen killer. Jantungnya berdegup kencang, dalam dadanya terasa begitu hangat dan terasa seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Pipi gadis itu memerah, dia bahkan salah tingkah akibat perlakuan Angga.

"Kamu makan kayak anak kecil," ujar Angga kala dia sadar apa yang sudah dia lakukan.

"Bapak suka 'kan, sama saya?" Tanya Odelia sambil tersenyum manis pada Angga.

Angga tertawa sinis mendengar pertanyaan itu. Dia mungkin tertarik, tapi dia tak suka dengan mahasiswinya itu.

"Maaf, saya gak suka anak kecil seperti kamu," ungkap Angga meninggalkan Odelia yang melongo. Gadis itu mengepalkan tangannya erat, lantaran lagi-lagi Angga tak terpanah melihat senyumnya. Dia kira tadi saat Angga membersihkan sudut bibirnya karena Angga sudah punya perasaan padanya.

"Ih, dasar dosen nyebelin, dosen killer. Gak bakal gue suka sama lo," sungut Odelia.

***

Sejak pukul 1 siang tadi, mamanya terus saja menelepon, menyuruhnya untuk pulang. Oh, jangan berpikir kalau mamanya menyuruh pulang karena khawatir, bukan, bukan karena khawatir, tapi lebih tepatnya ada banyak pekerjaan yang menunggunya di rumah.

Pagi tadi dia bangun lebih awal dari biasanya, kemudian langsung menjalankan hukuman. Diawali dengan mencuci piring dan diakhiri dengan menyapu membersihkan kamar mandi.

Namun sialnya, tak ada ojek yang biasa menongkrong di depan kampusnya. Alhasil dia harus mencari angkot atau taksi yang lewat. Ponselnya baru saja kehabisan paket internet, alhasil tak bisa memesan ojek online ataupun taksi online.

"Lah, tahu gini mending tadi gue bawa motor aja," gumam Odelia. Kakinya bahkan sudah lelah berdiri di pinggir jalan, matahari sore yang kala itu terasa begitu menyengat membuatnya berkali-kali menyeka keringat.

Di depan kampusnya tak ada tempat berteduh selain pondok tempat ojek menongkrong, tapi di sana ada banyak mahasiswa yang duduk juga. Kalau saja di sana ada mahasiswinya, Odelia akan bergabung.

Tak ada pilihan lain, gadis itu memilih berjalan sembari mencari angkot atau taksi yang lewat.

Baru saja gadis itu berjalan sejauh lima meter, tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di sampingnya, hal itu membuat Odelia juga ikut berhenti.

Ketika kaca mobil itu dibuka, Odelia langsung tersenyum saat melihat siapa yang ada di mobil itu.

Angga. Ya, Angga, dosen killer yang sok jual mahal.

"Duh, Pak Angga, kayaknya khawatir banget deh sama saya, jadi ngintilin mulu," goda Odelia pada Angga.

"Ngapain saya khawatir sama mahasiswi saya yang namanya masuk di daftar hitam saya?"

Odelia menggeram kesal mendengarnya. Kapan dosen itu tertarik dengannya? Terbilang sejak hari di mana dia terlambat masuk kelas pertama pria itu, ini sudah memasuki hari keenam dan besok adalah jadwal dosen itu di kelasnya.

"Masuk," perintah Angga. "Saya antar kamu pulang."

Odelia terperangah mendengar perintah Angga. Tak ingin menghilangkan kesempatan emasnya, Odelia pun membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Ketika dia yang baru saja duduk, perkataan Angga membuatnya kesal bukan main.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk di situ?"

Hah? Bukankah dosen ini yang tadi menyuruhnya masuk? Lalu dia duduk di mana? Tidak mungkin kan, Odelia duduk di kursi belakang? Angga bukan sopirnya.

"Kan tadi Bapak yang—"

Ucapan Odelia terpotong dengan perintah Angga lagi. "Pindah ke belakang."

Odelia menarik napasnya kemudian menghembuskan secara kasar. Oke, dia tak boleh emosi, yang ada nanti Angga tak jadi mengantarnya pulang.

Gadis itu pun turun dan pindah ke kursi belakang.

"Aneh, lho, Pak, biasanya yang punya mobil gak mau penumpangnya duduk di kursi belakang karena dia bukan sopir, tapi Bapak malah nyuruh saya duduk di belakang," ujar Odelia.

Angga melirik Odelia beberapa detik, lalu menjalankan mobil tapi pria itu berkata, "Kursi di samping kemudi itu hanya untuk istri saya nanti."

"Kalau gitu, saya aja yang jadi istrinya Bapak. Gimana?"

"Saya gak suka sama anak kecil."

"Pak, kecil-kecil gini, saya bisa bikin anak, lho."

Angga tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya tak percaya mendengar penuturan Odelia yang begitu blak-blakan. Bagaimana bisa mahasiswinya ini sangat blak-blakan di depannya? Apa dengan semua pria Odelia juga begini?

***

"Itu siapa?"

Mamanya tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya dan melihat ke jendela atau lebih tepatnya melihat mobil Angga yang kini mulai meninggalkan rumah mereka.

"Taksi online," jawab Odelia seadanya. Dia tak memungkin 'kan, mengatakan pada mamanya kalau itu adalah dosennya, yang ada nanti ibu yang super over thinking itu berpikir macam-macam.

"Taksi online kok sopirnya ganteng gitu? Mana masih muda lagi," ucap Sena membuat Odelia memutar otak untuk mencari kata yang tepat agar mamanya berhenti bertanya.

"Butuh duit kali, Ma, makanya kerja jadi sopir taksi."

"Ah, besok-besok Mama kalau mau ke mana-mana persen dia aja. Minta nomer plat mobilnya dong."

Apa-apaan ini? Astaga, Odelia sudah tak tahu harus bagaimana lagi. Dia tidak mungkin mengatakan kalau yang tadi mengantarnya adalah Angga, yang notabenenya adalah dosennya sendiri di kampus.

"Mama udah masak, Lia lapar."

Alhasil, Odelia memilih mengalihkan pembicaraan daripada meladeni pertanyaan mamanya yang bisa saja membuatnya membongkar siapa yang tadi mengantarnya.

***

Hehehe

Rencananya mau update tiap hari, eh karena kecapekan rayain lebaran malah gak update.

Minal aidzin wal faidzin gengs mohon maaf lahir dan batin. Maafin author yang serung janji ini. Jangan bosan-bosan baca cerita aku yah

Bye bye

Masih ada tiga bab lagi yang bakal aku update malam ini stay tune

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status