Share

Tiga

Author: Love Queen
last update Last Updated: 2022-05-05 22:07:00

"Nyapu yang benar," tegur Sena membuat Odelia menggeram kesal.

Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi, tapi pekerjaannya masih belum selesai. Seandainya kemarin dia tak pulang tengah malam, dia tak akan mendapatkan hukuman membersihkan rumah seminggu.

Baru pagi ini dia menjalankan hukuman, tapi Odelia sudah merasakan lelah.

"Mama, cepak," keluh Odelia. Dia sudah menyapu lantai dua, yang terdapat ruang keluarga, perpustakaan pribadi, juga mushala. Kamarnya pun sudah dia bersihkan, kecuali kamar kedua orang tuanya.

Gadis itu bahkan bangun pukul 5, lebih awal dari biasanya. Selepas menunaikan ibadah sholat subuh, dia langsung menjalankan hukumannya, membersihkan rumah. Dan sampai pukul 6 pagi pun, pekerjaannya belum selesai. Sisa lantai satu, dia akan membersihkan dua kamar tamu, ruang tamu, ruang kerja papanya, ruang tengah, juga dapur. Oh, astaga, dia juga akan membersihkan dua kamar mandi yang berada di dekat dapur. Gadis itu bahkan baru selesai membersihkan ruang tamu dan ruang tengah.

"Makanya jangan pulang tengah malam," balas Sena kemudian melanjutkan memotong kentang.

Saat ini, Odelia membersihkan dapur, sedangkan mamanya memasak untuk sarapan.

"Lia mau ke kampus, Mama," rengek Odelia.

Tapi Sena malah menggeleng pelan.

"Kamu masuk jam 8, 'kan, kalau hari Kamis?"

Odelia melongo tak percaya mendengar pertanyaan mamanya. Kenapa mamanya bisa tahu jadwalnya?

***

Sesampainya di kampus, Odelia langsung masuk kelas. Dia selesai membersihkan rumah pukul setengah tujuh, setelahnya langsung makan dan berangkat ke kampus.

Gadis itu memukul-mukul bahunya yang terasa pegal setelah membersihkan rumah. Pinggangnya juga nyeri lantaran kebanyakan membungkuk.

"Ini kalau tiap hati gue kayak gini, bisa-bisa gue mati," gerutu Odelia.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...."

"Waalaikumsalam," jawab Odelia.

Ify yang mengucapkan salam tadi langsung menyengir melihat keberadaan Odelia di kelas. Kelas mereka memang masih sepi, dan hanya ada Odelia sendiri di kelas.

"Tumben?"

Odelia mendelik tajam.

"Gue lagi capek, jangan banyak ngomong."

Ify mencibir, nanti juga ujung-ujungnya gadis itu mengeluh padanya sepanjang waktu sembari menunggu masuk kelas.

Ok, kita lihat. Ify pun memilih memainkan ponselnya, menunggu sampai Odelia mengeluarkan suara.

Satu menit.

Odelia belum mengeluarkan suara.

Dua menit.

Odelia masih diam.

Empat menit berlalu, dan Odelia mengeluarkan suara.

"Gue capek, Ify," keluh Odelia. "Dihukum nyokap bersihin rumah selama seminggu. Mana rumah itu dua tingkat."

Ify berdecak.

"Katanya capek, tapi banyak ngomong. Kenapa lagi, sih, sampai dihukum?"

"Ini semua gara-gara pak Angga. Kok bisa, ya, dia gak tertarik sama gue? Gak terpesona liat senyum gue. Gara-gara dia gue dihukum nyokap," keluh Odelia lagi.

"Apa hubungannya?"

"Gue pulang tengah malam semalam, suntuk mikirin cara supaya tuh dosen bisa terpesona sama gue," ujar Odelia membuat Ify melongo. Hanya karena itu, Odelia sampai pulang tengah malam dan berujung dihukum mamanya.

"Jadi, mau nyerah?"

"Ya kali, bagi Odelia, pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau," kata Odelia tegas.

***

Odelia tersenyum saat melihat Angga duduk sendiri di kantin kampus yang cukup sepi. Kantin fakultas Hukum yang cukup sepi sore ini, membuat dia memiliki kesempatan untuk membuat dosennya itu terpanah dengan senyumnya.

Hell, senyumnya yang menawan pastinya membuat semua orang terpesona tanpa terkecuali, Odelia yakin, Angga hanya jual mahal saja.

"Sendiri aja, Pak?" Tanya Odelia tiba-tiba tanpa menyapa lebih dulu dan hal itu membuat Angga menggeram kesal.

Angga melirik pada mahasiswinya yang tanpa dipersilakan langsung duduk di sampingnya, dan dengan kurang ajarnya, Odelia mengambil cup pop ice yang masih berisi setengah lalu meminumnya.

"Kamu gak ada sopan santunnya, yah?" Sarkas Angga membuat Odelia terkekeh.

"Minta, Pak, saya haus habis masuk kelas."

"Kalau minta tuh bilang dulu baru minum," tegur Angga.

Angga menatap wajah gadis itu yang berminyak, mungkin karena seharian penuh masuk kelas hingga gadis itu tak peduli dengan wajahnya. Walau begitu, Angga mengakui kalau Odelia Anastasya Gavrila—mahasiswi jurusan Hukum Tata Negara—sang pemilik senyum ajaib sangat cantik. Sayangnya, Angga tak mau menunjukkan pada mahasiswinya yang tingkat kepercayaan dirinya tinggi itu, perihal ketertarikannya, yang ada nanti mahasiswi ini malah semakin percaya diri bahwa tak ada yang tak terpesona dengan dia. Tabiat gadis seperti Odelia sangat mudah ditebak.

Refleks tanpa berpikir panjang, tangan Angga terangkat mengusap ujung bibir Odelia, yang terdapat bubuk Oreo yang ada di pop ice.

Odelia terdiam mendapatkan perlakuan seperti itu dari dosen killer. Jantungnya berdegup kencang, dalam dadanya terasa begitu hangat dan terasa seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Pipi gadis itu memerah, dia bahkan salah tingkah akibat perlakuan Angga.

"Kamu makan kayak anak kecil," ujar Angga kala dia sadar apa yang sudah dia lakukan.

"Bapak suka 'kan, sama saya?" Tanya Odelia sambil tersenyum manis pada Angga.

Angga tertawa sinis mendengar pertanyaan itu. Dia mungkin tertarik, tapi dia tak suka dengan mahasiswinya itu.

"Maaf, saya gak suka anak kecil seperti kamu," ungkap Angga meninggalkan Odelia yang melongo. Gadis itu mengepalkan tangannya erat, lantaran lagi-lagi Angga tak terpanah melihat senyumnya. Dia kira tadi saat Angga membersihkan sudut bibirnya karena Angga sudah punya perasaan padanya.

"Ih, dasar dosen nyebelin, dosen killer. Gak bakal gue suka sama lo," sungut Odelia.

***

Sejak pukul 1 siang tadi, mamanya terus saja menelepon, menyuruhnya untuk pulang. Oh, jangan berpikir kalau mamanya menyuruh pulang karena khawatir, bukan, bukan karena khawatir, tapi lebih tepatnya ada banyak pekerjaan yang menunggunya di rumah.

Pagi tadi dia bangun lebih awal dari biasanya, kemudian langsung menjalankan hukuman. Diawali dengan mencuci piring dan diakhiri dengan menyapu membersihkan kamar mandi.

Namun sialnya, tak ada ojek yang biasa menongkrong di depan kampusnya. Alhasil dia harus mencari angkot atau taksi yang lewat. Ponselnya baru saja kehabisan paket internet, alhasil tak bisa memesan ojek online ataupun taksi online.

"Lah, tahu gini mending tadi gue bawa motor aja," gumam Odelia. Kakinya bahkan sudah lelah berdiri di pinggir jalan, matahari sore yang kala itu terasa begitu menyengat membuatnya berkali-kali menyeka keringat.

Di depan kampusnya tak ada tempat berteduh selain pondok tempat ojek menongkrong, tapi di sana ada banyak mahasiswa yang duduk juga. Kalau saja di sana ada mahasiswinya, Odelia akan bergabung.

Tak ada pilihan lain, gadis itu memilih berjalan sembari mencari angkot atau taksi yang lewat.

Baru saja gadis itu berjalan sejauh lima meter, tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di sampingnya, hal itu membuat Odelia juga ikut berhenti.

Ketika kaca mobil itu dibuka, Odelia langsung tersenyum saat melihat siapa yang ada di mobil itu.

Angga. Ya, Angga, dosen killer yang sok jual mahal.

"Duh, Pak Angga, kayaknya khawatir banget deh sama saya, jadi ngintilin mulu," goda Odelia pada Angga.

"Ngapain saya khawatir sama mahasiswi saya yang namanya masuk di daftar hitam saya?"

Odelia menggeram kesal mendengarnya. Kapan dosen itu tertarik dengannya? Terbilang sejak hari di mana dia terlambat masuk kelas pertama pria itu, ini sudah memasuki hari keenam dan besok adalah jadwal dosen itu di kelasnya.

"Masuk," perintah Angga. "Saya antar kamu pulang."

Odelia terperangah mendengar perintah Angga. Tak ingin menghilangkan kesempatan emasnya, Odelia pun membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Ketika dia yang baru saja duduk, perkataan Angga membuatnya kesal bukan main.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk di situ?"

Hah? Bukankah dosen ini yang tadi menyuruhnya masuk? Lalu dia duduk di mana? Tidak mungkin kan, Odelia duduk di kursi belakang? Angga bukan sopirnya.

"Kan tadi Bapak yang—"

Ucapan Odelia terpotong dengan perintah Angga lagi. "Pindah ke belakang."

Odelia menarik napasnya kemudian menghembuskan secara kasar. Oke, dia tak boleh emosi, yang ada nanti Angga tak jadi mengantarnya pulang.

Gadis itu pun turun dan pindah ke kursi belakang.

"Aneh, lho, Pak, biasanya yang punya mobil gak mau penumpangnya duduk di kursi belakang karena dia bukan sopir, tapi Bapak malah nyuruh saya duduk di belakang," ujar Odelia.

Angga melirik Odelia beberapa detik, lalu menjalankan mobil tapi pria itu berkata, "Kursi di samping kemudi itu hanya untuk istri saya nanti."

"Kalau gitu, saya aja yang jadi istrinya Bapak. Gimana?"

"Saya gak suka sama anak kecil."

"Pak, kecil-kecil gini, saya bisa bikin anak, lho."

Angga tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya tak percaya mendengar penuturan Odelia yang begitu blak-blakan. Bagaimana bisa mahasiswinya ini sangat blak-blakan di depannya? Apa dengan semua pria Odelia juga begini?

***

"Itu siapa?"

Mamanya tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya dan melihat ke jendela atau lebih tepatnya melihat mobil Angga yang kini mulai meninggalkan rumah mereka.

"Taksi online," jawab Odelia seadanya. Dia tak memungkin 'kan, mengatakan pada mamanya kalau itu adalah dosennya, yang ada nanti ibu yang super over thinking itu berpikir macam-macam.

"Taksi online kok sopirnya ganteng gitu? Mana masih muda lagi," ucap Sena membuat Odelia memutar otak untuk mencari kata yang tepat agar mamanya berhenti bertanya.

"Butuh duit kali, Ma, makanya kerja jadi sopir taksi."

"Ah, besok-besok Mama kalau mau ke mana-mana persen dia aja. Minta nomer plat mobilnya dong."

Apa-apaan ini? Astaga, Odelia sudah tak tahu harus bagaimana lagi. Dia tidak mungkin mengatakan kalau yang tadi mengantarnya adalah Angga, yang notabenenya adalah dosennya sendiri di kampus.

"Mama udah masak, Lia lapar."

Alhasil, Odelia memilih mengalihkan pembicaraan daripada meladeni pertanyaan mamanya yang bisa saja membuatnya membongkar siapa yang tadi mengantarnya.

***

Hehehe

Rencananya mau update tiap hari, eh karena kecapekan rayain lebaran malah gak update.

Minal aidzin wal faidzin gengs mohon maaf lahir dan batin. Maafin author yang serung janji ini. Jangan bosan-bosan baca cerita aku yah

Bye bye

Masih ada tiga bab lagi yang bakal aku update malam ini stay tune

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Abang Dosen   Dua Puluh Lima

    Gadis yang usianya dua puluh tahun itu menggigit kecil bibir bawahnya lantaran begitu gugup karena akan bertemu dengan Angga. Odelia malu bertemu dengan Angga, kala mengingat apa saja yang dia lakukan pada Angga. Marah bahkan tak peduli pada Angga karena menganggap gadis bersama Angga adalah kekasihnya. Saking cemburunya, Odelia bahkan sampai memarahi Angga dan tak ingin bertemu dengan Angga.Odelia melirik paper bag yang dia bawa dari rumah, berisi kotak bekal milik Angga yang kemarin diberikan padanya, tentu saja kotak itu tak kosong, Odelia menyimpan bekal untuk Angga di sana.Kemudian tangan gadis itu bergerak, mengetuk pintu ruangan Angga dan hanya sekali ketuk, suara Angga sudah terdengar menyuruh masuk. Walau takut, Odelia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Angga, dengan menekan kenop pintu.Di ruangan Angga, gadis itu mendapatkan Angga yang tengah sibuk dengan berbagai macam kertas di mejanya. Tapi tak lama, karena atensi Angga langsung teralih padanya

  • Abang Dosen   Dua Puluh Empat

    "Abang gak salah milih calon, 'kan? Masa milih orang yang modelan kayak tante girang gini," protes Lyta melirik sinis pada Odelia.Sontak saja perkataan Lyta membuat Odelia melotot tak percaya mendengarnya, apalagi saat dia disamakan dengan tante girang. Ya kali, dia yang cantiknya sebelas dua belas dengan Maudy Ayunda malah samakan dengan tante girang. Sedangkan Tsamara yang mendengar itu, langsung menegur anaknya karena berkata tak sopan seperti itu."Kak, ngomongnya gak sopan banget. Orang cantik kayak gini malah disamakan dengan tante girang," tegur Tsamara membuat Lyta mendengkus kesal.Tsamara mengelus pundak Odelia, kemudian menatap Odelia dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis pujaan hati anaknya."Maafin Lyta, ya? Dia emang kayak gitu, mulutnya gak ada filter. Nanti si Lyta Tante update lagi biar ada filternya. Maklum, yah, si Lyta ram-nya cuma 1GB," gurau Tsamara seraya memohon maaf pada Odelia. Dia benar-benar tak enak h

  • Abang Dosen   Dua Puluh Tiga

    Walau Angga merasa kecewa dengan Odelia karena bekal pemberiannya malah diberikan oleh orang lain, Angga tetap menunggu Odelia pulang, dia berniat untuk mengajak Odelia ke rumahnya. Tak ada maksud lain, hanya ingin mengajak Odelia bertemu bundanya yang penasaran dengan Odelia.Angga melirik jam beker di mejanya. Sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, itu tandanya Odelia pasti sudah pulang.Angga mengambil tasnya, kemudian menyampaikan di pundaknya. Pria itu langsung keluar dari ruangannya, menuju parkiran, dia akan menunggu Odelia di depan gerbang.Angga berharap, semoga saja Odelia tak membawa motor, tak pulang bersama Ify, tak dijemput Rayyan ataupun papanya. Kala dia sampai di gerbang, mata pria itu celingak-celinguk mencari Odelia di antara kerumunan mahasiswi yang tengah menongkrong di dekat pos penjagaan.Dan ... dapat!Odelia ada di antara mahasiswi yang tadi menongkrong di dekat pos penjagaan, bersama teman-temannya sedang te

  • Abang Dosen   Dua Puluh Dua

    "Del, dipanggil sama pak Angga ke ruangannya," teriak teman sekelasnya di depan kelas, membuat Odelia yang tengah sibuk menyelesaikan resumenya mendelik tajam.Gadis itu mendengkus kesal, dia mendesis lirih lantaran diganggu saat menyelesaikan resumenya."Ngapain?" tanya Odelia ketus."Mana gue tahu, tapi lo emang dipanggil pak Angga tadi."Teman sekelasnya bernama Sasa itu hanya mengendikan bahunya tak tahu, dia langsung keluar dari kelas. Melihat itu, Odelia begitu kesal karena Angga mengganggunya. Walau begitu, Odelia tetap bangkit dari duduknya, menuju ruangan Angga. Kalau saja tak penting Angga memanggilnya, Odelia akan mencakar wajah dosennya itu. Enak saja malah mengganggunya saat dia tengah mengerjakan resume untuk tugas sore nanti.Ketika gadis itu sampai di ruangan Angga, dia langsung mengetuk pintu ruangan Angga, dia juga mendengar suara Angga yang menyuruh masuk hanya dengan sekali ketuk saja. Dari sahutan Angga di dalam yang begitu cepat hanya d

  • Abang Dosen   Dua Puluh Satu

    Odelia memutar bola matanya malas saat melihat keberadaan Angga di rumahnya, masih pukul tujuh pagi, tapi Angga sudah ada di rumahnya. Mau apa sebenarnya dosennya itu? Mengganggu.Belum lagi saat dia melihat Angga tersenyum kecil padanya. Hei, apa dia pikir Odelia akan goyah hanya karena melihat senyum pria itu? Odelia harus sadari diri, Angga tak akan pernah mencintai karena Angga sudah memiliki kekasih. Gadis itu harus jaga jarak dengan Angga."Bapak ngapain lagi ke rumah saya? Perasaan saya pernah bilang untuk jangan pernah datang ke sini, deh?" sungut Odelia tapi malah tak dipedulikan oleh Angga."Saya mau jemput kamu, hari ini jadwal kamu pagi dari jam setengah sembilan sampai jam dua belas, 'kan?"Bukannya marah, Angga malah menawarkan bantuan pada Zani. Tapi ... wait, dari mana Angga tahu kalau dia itu hari ini ada kelas pagi dan siang sampai jam dua belas?"Pak Angga mending jauh-jauh dari saya, saya gak suka diganggu," ucap Odelia dan langsung melew

  • Abang Dosen   Dua Puluh

    Oh tidak, Angga tak bisa melihat Odelia yang terus-menerus mendiaminya. Sudah hampir sebulan ini, Odelia tak menggubrisnya, parahnya lagi Odelia setiap mata kuliahnya sama sekali tak mau dipanggil maju ke depan untuk menjelaskan kembali materi yang dia ajarkan, Odelia hanya diam sampai Angga berhenti mendesaknya.Bukankah ini menunjukkan bahwa pria itu memiliki perasaan pada gadis bernama Odelia itu? Angga sekarang menyadari bahwa dia memiliki perasaan pada Odelia dan pria itu tak mau menampik kenyataan tersebut. Namun, kenapa di saat Odelia berhenti mengejarnya dia baru merasakan hal itu?Hari ini, Angga berencana untuk mencegat Odelia yang akan keluar dari kelasnya. Sejak tadi, pria itu sudah berada di depan ruang kelas Odelia, duduk di kursi tunggu yang memang telah disediakan pihak kampus di tiap-tiap depan kelas.Angga melihat dari jendela kelas Odelia. Masih ada dosen di sana, masih menjelaskan materi di kelas Odelia. Huh, sampai kapan dosen itu keluar? Angga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status