Share

Empat

Author: Love Queen
last update Last Updated: 2022-05-05 22:23:39

Odelia tersenyum lebar merasa bangga karena telah mendapatkan nomor ponsel Angga. Layar ponsel sejak tadi menyala, yang kini tengah terbuka room chat. Gadis itu ingin mengirimkan pesan pada Angga, tapi bingung ingin mengirimkan pesan seperti apa pada Angga. Dia tak bisa langsung ke intinya, yang ada Angga tak akan mau meladeni pesannya.

Bertanya perihal materi besok? Yang ada nanti dosen killer itu tak akan membalas pesannya, itu yang sempat Ify katakan padanya jika ingin mengirim pesan pada Angga.

Odelia :

Pak Angga

Pak Angga

Pak Angga

Pak Angga

Pak Angga

Sementara di seberang sana, Angga yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya memeriksa tugas mahasiswa, mengernyit mendengar notifikasi di ponselnya yang bertubi-tubi. Siapa yang mengirimkan dia pesan malam-malam seperti ini? Kalau itu mahasiswinya, Angga akan memarahinya.

Kening pria itu masih mengernyit saat melihat pesan masuk dengan nomor yang sama sebanyak lima kali dan isinya sama semua.

Angga pun penasaran, mulai membuka profil nomor baru itu, dan langsung tersenyum kecil saat tahu pemilik nomor baru itu dari foto profilnya. Kenapa sebenarnya mahasiswinya ini? Kenapa begitu agresif?

Sudah lebih dua menit pria itu tak membalas, kini pesan masuk lagi dari Odelia.

Odelia :

PAK ANGGA

SIBUK BANGET YAH?

Angga menggeleng pelan dan mulai mengetik dan membalas pesan Odelia.

Angga:

Berisik!

Odelia :

Kok berisik sih, Pak? Bagus itu ada yang nge-chat Bapak. Bapak tuh dosen pertama yang saya chat.

Angga :

Sayangnya saya gak peduli. Jadi, bisa berhenti chat saya?

Odelia yang tengah bertukar pesan dengan Angga, tertawa kala membaca balasan Angga. Dosennya ini benar-benar jual mahal. Odelia yakin, dosen ini sebenarnya tertarik bahkan terpanah melihat senyumnya, hanya saja jual mahal.

Odelia :

Masa berhenti, sih, Pak. Nanti Bapak kangen sama saya.

Angga :

Gak akan pernah saya kangen sama kamu.

Odelia :

Hati-hati, Pak, omongannya jadi boomerang.

Angga sudah tak membalas pesan Odelia. Tenaganya terkuras banyak karena meladeni mahasiswi seperti Odelia.

Sedangkan Odelia, di seberang sana, menggerutu karena pesannya hanya dibaca saja tanpa dibalas.

"Sialan, gue bela-belain gak istirahat demi ngechat dia, eh dia-nya malah gak balas," gerutu Odelia.

***

"Papa, anakmu sakit," pekik Sena.

Wanita kepala 4 itu benar-benar khawatir lantaran anaknya tiba-tiba demam padahal kemarin baik-baik saja. Sena kembali meletakkan punggung tangannya ke kening Odelia, kemudian turun memegang pipi dan beralih memegang leher anaknya. Demamnya benar-benar tinggi, membuat Sena benar-benar khawatir, bahkan mata wanita itu berkaca-kaca melihat anaknya yang sakit.

Odelia jarang sakit, kalau pun anaknya sakit, biasanya sebelum dia benar-benar tumbang, maka akan memperlihatkan tanda-tanda seperti sakit kepala atau mata yang memerah.

Gilang—Papa Odelia masuk di kamar anaknya. Dia mengerti bagaimana khawatirnya Sena ketika Odelia sakit, mengingat Odelia adalah anak mereka satu-satunya.

"Mana yang sakit?" Tanya Gilang saat dia sudah duduk di sisi kiri ranjang anaknya. Gilang bahkan memijat pelan kepala Odelia.

"Lia gak pa-pa."

Suara serak Odelia berbanding terbalik dengan keadaannya. Anak mereka itu sakit, mana mungkin baik-baik saja.

"Kita ke rumah sakit."

Dengan lemah, Odelia menggeleng, dia tak ingin masuk rumah sakit. Ini hanya demam biasa, kenapa harus ke rumah sakit? Minum obat penurun panas pasti demamnya reda, atau bisa juga dikompres dengan air hangat.

"Papa kerja aja, Lia gak pa-pa."

Sena mendengus kesal. Walau khawatir pada anaknya, dia juga kesal lantaran Odelia mengatakan 'dia baik-baik saja'.

"Gimana baik-baik saja kalau kamu kayak gini? Kamu itu demam, pasti demamnya tinggi. Ke rumah sakit deh, hari ini papa kamu gak banyak kerjaan di kantor," omel Sena.

"Nanti papa dipecat, gimana?"

Tak ingin berdebat dengan Odelia berujung dia dan istrinya yang tetap kalah, Gilang pun menuruti perkataan anaknya, memilih ke perusahaan tempatnya bekerja. Gilang pun mengecup lama kening anaknya yang begitu panas, kemudian beralih mengecup singkat kening istrinya.

"Aku ke kantor, gak lama, siang nanti aku pulang," bisik Gilang pada Sena membuat Sena mengangguk paham.

"Jaga anak kita. Assalamualaikum."

***

"Odelia Anastasya Gavrila?"

Semua penghuni kelas diam karena tak tahu keberadaan gadis pemilik senyum ajaib itu. Ify pun tak tahu, sejak tadi gadis

itu sudah ketar-ketir menunggu Odelia.

"Griffynilla Salsabila."

Namanya yang disebut membuat Ify menelan ludahnya, gugup. Bagaimana kalau dosen itu bertanya soal Odelia yang tak hadir? Minggu kemarin Odelia telat di kelas pak Angga dan minggu ini Odelia malah tak hadir. Astaga, bisa-bisa anak itu tak lulus di mata kuliah sosiologi hukum.

Odelia, sialan! Habis lo besok. Ify mengumpat dalam hati, mengutuk Odelia yang tak hadir sama sekali. Segala macam nama hewan sudah keluar dari mulut Ify.

"Saya sering lihat kamu sama Odelia, kemana dia?"

Ify menggaruk tengkuknya, Odelia saja tak memberitahu kemana, jadinya dia bingung ingin menjawab apa pada Angga.

"Gak tahu, Pak, dia juga gak ngasih kabar." Alhasil, hanya itu yang dikeluarkan Ify. Oh, jangan bilang sahabatnya itu sedang tertidur pulas dan melupakan kelas dosen killer ini.

Angga menghembuskan napasnya kasar.

"Ya sudah, kalau begitu, kita akan mengulang materi minggu kemarin. Resume ya yang sudah saya periksa dikeluarkan, kita akan bagi kelompok."

Proses pembelajaran pun berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan, walau sesekali dosen itu memarahi mahasiswa jika mereka tak ada yang bertanya.

***

Karena demam Odelia yang semakin tinggi, alhasil gadis itu dibawa ke rumah sakit dan penyebabnya karena sang anak kelelahan. Sena sejak tadi tak berhenti menangis kala mengingat penyebab anaknya kelelahan. Sejak kecil Odelia memang mudah kelelahan dan jika sudah benar-benar lelah, maka anaknya itu akan sakit.

"Lia cuma demam, Ma, gak mati," kata Odelia menenangkan mamanya. Tapi bukannya tenang, mamanya malah emosi dan memukul lengan anaknya yang dipasang infus.

"Mama ih," protes Odelia.

"Mulutnya gak pernah difilter. Makanya besok-besok kalau lama pulang tuh ngabarin orang tua, udah tahu di rumah orang tua khawati,r kamu malah asik-asik di luar. Jadinya kayak gini kan? Mama hukum, ujung-ujungnya kamu juga yang kenapa-kenapa," omel Sena.

Sementara Gilang yang sejak tadi hanya diam melihat anak dan istrinya pun bangkit dari duduknya, menghampiri keduanya. Ketika sudah sampai dia berkata, "Lia mau makan apa? Nanti Papa beliin, katanya dari tadi siang gak makan."

Papanya memang beda dengan mamanya. Kalau papanya yang selalu memanjakannya, maka mamanya yang selalu marah-marah padanya.

"Jangan makan sembarangan dulu, Lia masih sakit, Pa," peringat Sena apalagi mengingat bagaimana suaminya jika sudah membelikan Odelia makanan. Tak tanggung-tanggung pasti makanannya tak bisa dihabisi Odelia sendiri.

"Mau makan ayam kecap buatan Mama," kata Odelia.

Sena langsung tersenyum mendengarnya, senyum yang sama seperti Odelia, senyum pemikat. Anaknya ingin ayam kecap. Apa yang tidak untuk Odelia? Sekalipun Odelia meminta nyawanya, Sena akan memberikan. Itulah salah satu bentuk kasih sayang Sena pada anaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Abang Dosen   Dua Puluh Lima

    Gadis yang usianya dua puluh tahun itu menggigit kecil bibir bawahnya lantaran begitu gugup karena akan bertemu dengan Angga. Odelia malu bertemu dengan Angga, kala mengingat apa saja yang dia lakukan pada Angga. Marah bahkan tak peduli pada Angga karena menganggap gadis bersama Angga adalah kekasihnya. Saking cemburunya, Odelia bahkan sampai memarahi Angga dan tak ingin bertemu dengan Angga.Odelia melirik paper bag yang dia bawa dari rumah, berisi kotak bekal milik Angga yang kemarin diberikan padanya, tentu saja kotak itu tak kosong, Odelia menyimpan bekal untuk Angga di sana.Kemudian tangan gadis itu bergerak, mengetuk pintu ruangan Angga dan hanya sekali ketuk, suara Angga sudah terdengar menyuruh masuk. Walau takut, Odelia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Angga, dengan menekan kenop pintu.Di ruangan Angga, gadis itu mendapatkan Angga yang tengah sibuk dengan berbagai macam kertas di mejanya. Tapi tak lama, karena atensi Angga langsung teralih padanya

  • Abang Dosen   Dua Puluh Empat

    "Abang gak salah milih calon, 'kan? Masa milih orang yang modelan kayak tante girang gini," protes Lyta melirik sinis pada Odelia.Sontak saja perkataan Lyta membuat Odelia melotot tak percaya mendengarnya, apalagi saat dia disamakan dengan tante girang. Ya kali, dia yang cantiknya sebelas dua belas dengan Maudy Ayunda malah samakan dengan tante girang. Sedangkan Tsamara yang mendengar itu, langsung menegur anaknya karena berkata tak sopan seperti itu."Kak, ngomongnya gak sopan banget. Orang cantik kayak gini malah disamakan dengan tante girang," tegur Tsamara membuat Lyta mendengkus kesal.Tsamara mengelus pundak Odelia, kemudian menatap Odelia dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis pujaan hati anaknya."Maafin Lyta, ya? Dia emang kayak gitu, mulutnya gak ada filter. Nanti si Lyta Tante update lagi biar ada filternya. Maklum, yah, si Lyta ram-nya cuma 1GB," gurau Tsamara seraya memohon maaf pada Odelia. Dia benar-benar tak enak h

  • Abang Dosen   Dua Puluh Tiga

    Walau Angga merasa kecewa dengan Odelia karena bekal pemberiannya malah diberikan oleh orang lain, Angga tetap menunggu Odelia pulang, dia berniat untuk mengajak Odelia ke rumahnya. Tak ada maksud lain, hanya ingin mengajak Odelia bertemu bundanya yang penasaran dengan Odelia.Angga melirik jam beker di mejanya. Sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, itu tandanya Odelia pasti sudah pulang.Angga mengambil tasnya, kemudian menyampaikan di pundaknya. Pria itu langsung keluar dari ruangannya, menuju parkiran, dia akan menunggu Odelia di depan gerbang.Angga berharap, semoga saja Odelia tak membawa motor, tak pulang bersama Ify, tak dijemput Rayyan ataupun papanya. Kala dia sampai di gerbang, mata pria itu celingak-celinguk mencari Odelia di antara kerumunan mahasiswi yang tengah menongkrong di dekat pos penjagaan.Dan ... dapat!Odelia ada di antara mahasiswi yang tadi menongkrong di dekat pos penjagaan, bersama teman-temannya sedang te

  • Abang Dosen   Dua Puluh Dua

    "Del, dipanggil sama pak Angga ke ruangannya," teriak teman sekelasnya di depan kelas, membuat Odelia yang tengah sibuk menyelesaikan resumenya mendelik tajam.Gadis itu mendengkus kesal, dia mendesis lirih lantaran diganggu saat menyelesaikan resumenya."Ngapain?" tanya Odelia ketus."Mana gue tahu, tapi lo emang dipanggil pak Angga tadi."Teman sekelasnya bernama Sasa itu hanya mengendikan bahunya tak tahu, dia langsung keluar dari kelas. Melihat itu, Odelia begitu kesal karena Angga mengganggunya. Walau begitu, Odelia tetap bangkit dari duduknya, menuju ruangan Angga. Kalau saja tak penting Angga memanggilnya, Odelia akan mencakar wajah dosennya itu. Enak saja malah mengganggunya saat dia tengah mengerjakan resume untuk tugas sore nanti.Ketika gadis itu sampai di ruangan Angga, dia langsung mengetuk pintu ruangan Angga, dia juga mendengar suara Angga yang menyuruh masuk hanya dengan sekali ketuk saja. Dari sahutan Angga di dalam yang begitu cepat hanya d

  • Abang Dosen   Dua Puluh Satu

    Odelia memutar bola matanya malas saat melihat keberadaan Angga di rumahnya, masih pukul tujuh pagi, tapi Angga sudah ada di rumahnya. Mau apa sebenarnya dosennya itu? Mengganggu.Belum lagi saat dia melihat Angga tersenyum kecil padanya. Hei, apa dia pikir Odelia akan goyah hanya karena melihat senyum pria itu? Odelia harus sadari diri, Angga tak akan pernah mencintai karena Angga sudah memiliki kekasih. Gadis itu harus jaga jarak dengan Angga."Bapak ngapain lagi ke rumah saya? Perasaan saya pernah bilang untuk jangan pernah datang ke sini, deh?" sungut Odelia tapi malah tak dipedulikan oleh Angga."Saya mau jemput kamu, hari ini jadwal kamu pagi dari jam setengah sembilan sampai jam dua belas, 'kan?"Bukannya marah, Angga malah menawarkan bantuan pada Zani. Tapi ... wait, dari mana Angga tahu kalau dia itu hari ini ada kelas pagi dan siang sampai jam dua belas?"Pak Angga mending jauh-jauh dari saya, saya gak suka diganggu," ucap Odelia dan langsung melew

  • Abang Dosen   Dua Puluh

    Oh tidak, Angga tak bisa melihat Odelia yang terus-menerus mendiaminya. Sudah hampir sebulan ini, Odelia tak menggubrisnya, parahnya lagi Odelia setiap mata kuliahnya sama sekali tak mau dipanggil maju ke depan untuk menjelaskan kembali materi yang dia ajarkan, Odelia hanya diam sampai Angga berhenti mendesaknya.Bukankah ini menunjukkan bahwa pria itu memiliki perasaan pada gadis bernama Odelia itu? Angga sekarang menyadari bahwa dia memiliki perasaan pada Odelia dan pria itu tak mau menampik kenyataan tersebut. Namun, kenapa di saat Odelia berhenti mengejarnya dia baru merasakan hal itu?Hari ini, Angga berencana untuk mencegat Odelia yang akan keluar dari kelasnya. Sejak tadi, pria itu sudah berada di depan ruang kelas Odelia, duduk di kursi tunggu yang memang telah disediakan pihak kampus di tiap-tiap depan kelas.Angga melihat dari jendela kelas Odelia. Masih ada dosen di sana, masih menjelaskan materi di kelas Odelia. Huh, sampai kapan dosen itu keluar? Angga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status