"Tidak mungkin," seru Lily masih tak percaya dengan ucapan Arsen. Semuanya masih tampak tak masuk akal baginya.Arsen melihat keraguan dalam mata Lily, ia menarik napasnya, kemudian menghembuskannya perlahan."Aku tidak ingat itu sampai kita berada di Mexico, tiba-tiba saja aku mengingatnya. Saat itu aku masih berusia 17 tahun dan baru melewati perbatasan, dan menunggu jemputan di Austin. Uangku tidak cukup untuk membeli minuman dan hanya bisa berdiri di depan mesin penjual minuman, saat itu kau datang menawarkan dan memberiku 3 keping uang 25 cent. Bahkan aku masih mengingat jumlahnya dengan pasti," jelas Arsen.Lily memutar kembali ingatannya. Semuanya tampak samar, namun ia sedikit mengingat kejadian tersebut, namun tampak tak begitu jelas. "Minimarket dekat peristirahatan truck, dan kau berlari menuju pemukiman penduduk yang tidak jauh dari sana, aku ingat kau mengatakan, 'Dad bilang kau harus menolong orang yang sedang kesusahan'," jelas Arsen kembali.Kini ia percaya dengan apa
Dorr…Sasha melepaskan tembakannya ke arah target yang sudah dikuntitnya selama ini. Pelurunya tepat mengenai kepala target hingga tewas seketika. Sasha segera melarikan setelah berhasil mengeksekusi targetnya, ia berlari menuju tempat dimana supir yang dikirim oleh Yuri yang sudah menunggunya. Penguntitan Sasha beberapa hari ini, ditambah dengan jadwal yang ia memiliki mengenai aktivitas target akhirnya membuahkan hasil. Penjagaan terhadap targetnya sedang kendor, hingga ia memanfaatkannya dengan sangat baik.Akhirnya ia berhasil mengeksekusi targetnya dengan mudah. Kini mereka melarikan diri ke wilayah utara Ceko, kota kecil bernama Harrachov di dekat perbatasan Ceko dan Polandia. Mereka akan menunggu di Harrachov sampai anak buah Yuri menjemput mereka dengan menggunakan pesawat dan kembali ke Moskow.Sasha sangat senang, karena akhirnya ia berhasil menyelesaikan misinya. Yang artinya ia dapat menyusul Mike ke New York secepat mungkin. Namun ia akan terlebih dahulu pergi ke Mos
Pagi menjelang, dan Sasha mulai membuka matanya perlahan. Badannya terasa sedikit lelah meskipun ia sudah tidur semalaman, rasanya masih saja kurang.Sasha mulai mendudukan tubuhnya kemudian meregangkan tubuhnya. Untuk menghilangkan rasa pegal yang ia rasakan. Di lihatnya jam di ponselnya dan menunjukan pukul 8 pagi. "Selama itu aku tidur?" tanyanya tak percaya pada dirinya sendiri.Sasha mengecek ponselnya, tak ada pesan atau telepon dari Mike. "Masih tengah malam disana," gumamnya pelan dan mengurungkan niatnya untuk menghubungi Mike karena di New York sekarang masih pukul 1 dini hari. Ia harus menemui Yuri dan membicarakan mengenai keberangkatannya ditambah ia belum mengemasi barang-barangnya. Kali ini Sasha akan berangkat menggunakan pesawat komersil saja, jadi setelah Sasha berbicara dengan Yuri ia akan segera memesan tiket secepatnya.Sebelum menemui Yuri, Sasha akan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Ia segera bergegas menuju kamar mandi. Setelah berpakaian lengkap Sasha
Sasha sudah mengemasi barang-barangnya, dan ia hanya membawa dua koper besar saja. Kini ia menyeret salah satu kopernya sedangkan satunya lagi di bawakan oleh Sergei. Sasha belum memberitahu Mike, ia akan menghubungi Mike saat di bandara nanti. Dan akan membuatnya menjadi kejutan. Rupanya Yuri sudah menunggunya di dekat pintu mansion. "Kau yakin ingin menggunakan pesawat komersil saja?" tanya Yuri."Iya. Aku hanya tidak ingin merepotkanmu," seru Sasha. "Baiklah," Yuri tampak mengangguk pelan, "Apa Mike akan menjemputmu disana?" lanjut Yuri bertanya pada Sasha."Aku belum memberitahunya, aku ingin membuat kejutan," jawab Sasha dengan senyum lebarnya."Ck! Dasar anak muda," decak Yuri sambil menggelengkan kepalanya pelan. Namun kemudian ia memeluk Sasha dengan erat, Yuri tak bisa mengantar Sasha ke bandara. Pesawat Sasha akan take off pada pukul 6 sore. Yuri akan meminta Sergei untuk menemani Sasha di bandara, hingga ia take off."Kau berhati-hati ya, jangan lupa untuk selalu menghu
Hati Alonzo kini sedang berbunga-bunga, bagaimana tidak, setelah mengumpulkan keberanian dan memberanikan diri untuk melamar Maria, akhirnya Maria menerima dirinya. Pembicaraan mengenai pernikahan mereka mungkin nanti akan Alonzo bicarakan lagi dengan Maria. Karena bagaimanapun, keluarga Maria masih dalam suasana berkabung. Dan Alonzo tak ingin dianggap tidak sopan dan beretika.Tak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan yang Alonzo rasakan saat ini. Ternyata penantiannya selama ini membuahkan hasil. Maria akan menjadi miliknya selamanya. Alonzo kini berjalan menuju pos penjagaan dimana anak buahnya sudah berada. Dan senyuman bahagia dari bibirnya tak pernah hilang.Tiba-tiba saja sebuah mobil sport berwarna biru mendekati pintu gerbang mansion. Alonzo langsung kembali memasang wajah datarnya, sirna sudah senyuman kebahagiaan miliknya. Hanya sekali lihat saja, ia sudah tahu siapa yang berada di dalam mobil tersebut. Tin!!Tin!!Pengemudi mobil tersebut mengklason mobilnya. Membuat
Maria terbaring di atas tempat tidur, senyuman tak hilang dari bibirnya. Ia mengangkat tangan kirinya ke udara, ia terus mengamati jari manis sebelah kirinya yang sudah tersemat cincin pemberian Alonzo. Cincin emas berwarna silver yang dihiasi dengan tiga batu berlian (three stone), desainnya yang sangat elegan dan indah. Bahkan Alonzo mengatakan bahwa cincin ini memiliki makna yang lebih dalam, yaitu representasi dari masa lalu, masa kini, dan masa depan hubungan percintaan sepasang kekasih.Maria jadi teringat ia pernah membaca artikel mengenai arti sebuah cincin. Jika kamu mencintai seseorang, jangan pernah meletakkan namanya dalam hati. Karena hati bisa patah. Letakkan namanya pada sebuah cincin, karena cincin akan terus selamanya berputar tanpa akhir - Stefani Charolina-Cincin adalah perhiasan yang menunjukkan kekuatan dan ikatan. Hal ini tanpa sebab, karena jaman dulu yang memakai perhiasan hanyalah kaum bangsawan yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang kuat.Selain itu di b
Kini semua anggota sudah berkumpul di ruang rapat, wajah mereka tampak menegang karena melihat Arsen yang sedang menahan emosinya. Mereka setidaknya sudah bisa menebak apa yang membuat Arsen marah. Namun belum bisa memastikannya dengan benar, sebelum Arsen mengatakannya dengan jelas. "Pas, lacak keberadaan Mike melalui ponselnya!" perintah Arsen dengan tegas. Pascoe mengangguk kemudian langsung mengotak-ngatik Marrie, laptopnya.Mereka mulai menyadari sepenuhnya tentang apa yang terjadi. Sudah 2 jam setelah transaksi yang Mike lakukan, ia tidak memberikan kabar sama sekali. Bahkan kini ponselnya dalam keadaan tidak aktif. Arsen mendapat firasat buruk mengenai hal ini. Biasanya transaksi tidak pernah berjalan terlalu lama. Bahkan jika ia tidak memantaunya secara langsung, biasanya Mike langsung mengabarinya. Awalnya Arsen pikir Mike sedikit sibuk, tapi meskipun sibuk ia akan langsung mengabarinya, hingga satu jam berlangsung Mike tidak menghubunginya juga, dan Arsen mencoba menghub
Mike mulai membuka matanya perlahan, dan ia sedikit meringis akibat luka yang di rasakannya di sekujur tubuhnya.'Shit!!' pekiknya dalam hati. Mike kini dalam keadaan tangan terikat dan tergantung. Tubuhnya sudah terdapat beberapa luka lebam dan luka robek akibat siksaan yang ia dapatkan sebelum akhirnya ia pingsan. Rupanya transaksi yang ia lakukan dengan Moron's hanyalah sebuah jebakan. Ketika ia bertransaksi ternyata tempat tersebut telah di kepung. Anak buah yang dibawanya dibunuh semua oleh Moron's. Dan saat Mike lengah, ia di tembak oleh obat bius hingga ia tidak sadarkan diri.Dan saat tersadar ia sudah dalam posisi seperti sekarang, terikat dan tergantung. Kemudian mereka menyiksa dirinya dengan memukuli dan mencambuk dirinya."Sial!" gumamnya pelan, bibirnya terasa perih, darah di sudut bibirnya yang terluka mulai mengering rupanya.Mike terus bungkam saat mereka menghajarnya habis-habisan, mereka terus menanyakan keberadaan Arsen.'Bagaimana mereka bisa tahu, jika Arsen la
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist