Share

Bab 3

Author: Butterfly 98
last update Last Updated: 2022-05-29 15:39:01

Keesokan paginya aku bersiap berangkat, tak lupa aku membawa botol lemontea itu untuk dicek ke lab Danu, semalam aku sudah janjian dengan nya pagi ini.

"Sayang semalam kok tumben ga datangin aku dulu? biasanya kamu datangin aku dulu sebelum tidur!" tanya Zico memelukku dari belakang.

Aku tersentak, reflek aku lepaskan pelukannya.

"Loh ada apa?" Tanyanya kaget.

"Ga apa sayang, aku kaget aja. Ohiya semalam aku cape banget, jadi ga sempet nyamperin kamu. maaf ya sayang, tolong ngertiin istrimu yang mudah lelah ini," kilah ku berbohong.

"Yaudah deh gapapa, kamu juga cape gara-gara gantiin aku di perusahaan, makasih ya sayang kerja kerasnya. Aku sayang banget sama kamu," puji Zico mengecup keningku.

"iya sayang, aku aku berangkat dulu ya," pamitku pergi.

Aku tak ingin berlama-lama aku mulai muak dengan sentuhannya yang menjijikan.

Aku janjian dengan Danu di kafetaria dekat kantor Danu, segera ku parkikan mobil dekat kafe dan bergegas masuk mencari Danu.

Ku lihat ia duduk dekat jendela dengan stelan ala dokter lab nya.

"Danu, udah lama nunggu?" Sapaku basa basi.

"ga kok baru aja, mana barang nya?"

"Nih," kataku sambil memberikan botol berisi lemontea.

"Hmm, okeh akan gue cekkan, paling Besok atau lusa hasilnya keluar, Lo gak buru-buru kan?" tanya Danu memastikan.

"ga juga sih, tapi bisa ajalah, btw thanks ya ... dan ingat rahasiakan ini dari siapapun termasuk suami dan adik gue, kalau lo buka mulut. Gue pastikan Viona ga bakal mau nikah sama lo," ancamku sedikit.

"duh apaan sih, ngapain juga gue bilang, ancaman lo horror banget, gue kan udah tunangan sama Viona. Gue ga bakal hianati lo, bisa-bisa gue dicampakan Viona," protes Danu kesal.

"hehe maap maap, canda aja. Ohiya gue langung pergi aja yah, banyak urusan dikantor. Jangan lupa langsung hubungin kalau hasilnya udah keluar. Bye!" pamitku meninggalkan Danu.

"Dasar wanita menakutkan!" Cibir Danu, masih bisa ku dengar.

....

Saat aku hendak masuk ke mobilku, aku melihat Zico dan Tania bergadengan tangan menuju mall yang ada di seberang.

"sungguh keterlaluan, aku baru berangkat kerja mereka sudah gencar duluan nge-date ke mall! Nikmati saja, ini takkan lama lagi," gumanku sinis langsung memasuki mobil.

Dikantor aku segera mengurus surat-surat pemindahan aset dan perusahaan, aku mengurusnya dengan bantuan Viona seketaris ku, aku sudah menceritakannya pada viona lewat telfon tadi malam, ia sangat marah dan iba mendengar ceritaku.

Bahkan ia bertekad mendukungku. Ia meminta bantuan pengacara perusahaan untuk membantuku. Karena ia juga kerabat dekat jenny pengacara perusahaan terkemuka.

Aku sangat bersyukur, setidaknya aku memiliki sahabat sekaligus seketaris sepertinya.

"Bel, berkas-berkas yang kamu minta udah aku selesaikan tinggal kamu lengkapi sekaligus mendapatkan tanda tangan zico," ucap Viona menghampiriku.

"secepat itu, aku baru memintanya semalam."

"Demi kamu apasih yang gak, lagian bisa cepat juga bantuan Jenny, kamu taukan ini adalah skillnya."

"Baiklah, makasih ya vio, sekarang aku tinggal mendapatkan tanda tangan zico saja" ucapku memeluknya.

....

Saat aku sampe dirumah, Tania menyambutku dengan senyum manisnya seperti biasa.

"Kakak kok tumben pulangnya agak malam, aku buatin lemontea yah? Mau anget apa es?" tawarnya.

"ga deh, Tania. Aku cape banget mau ngurusin berkas dulu nih," tolakku halus.

"yaudah aku buatin susu atau teh manis aja ya buat kakak?" Tawarnya lagi.

"ga..uss.."

"gada penolakan, tunggu aja dikamar aku buatin pokoknya," potong Tania lalu segera kedapur.

Aku hanya menggeleng kecil, lalu pergi ke kamar. Selesai mandi ku lihat segelas susu berada di meja kecil samping ranjangku.

"huft.. maksa banget dia," gumanku menarik nafas.

Karena masih curiga aku jadi enggan meminum susu buatannya. Jadi kubuang saja susu itu di toilet dan menaruhnya kembali diatas meja.

'Tok tok! tok'

"kak susunya sudah diatas meja ya, jangan lupa habisi ya, Tania mau tidur dulu bye!" teriaknya dibalik pintu..

Aku mengabaikan teriakannya, Segera ku mengeringkan rambut ku, setelah selesai aku lekas keluar dengan membawa berkas ke kamar gaming Zico—suamiku.

Ya, sudah beberapa bulan ini aku dan Zico pisah kamar, awalnya itu adalah kamar gamingnya lalu semenjak ia berhenti bekerja, ia menjadikan itu kamar pribadinya. Aku tidak keberatan karena kupikir mungkin ia sangat mencintai gamenya, tapi Ternyata itu tempat ia bermain api dengan adikku.

'tok tok tok!'

"sayang," ucapku membuka pintu.

Kulihat ia masih sibuk dengan gamenya sampe tidak mendengarku memanggil nya.

"hm, ini waktu yg tepat," gumanku dalam hati.

Aku mencoba mendekatinya.

"sayang, tolong tanda tangani berkas project baru kita, ada 8 berkas yang harus ditanda tangani," ucapku seraya menaruh berkas dan bolpoin di depan mejanya.

"bsok aja yank, masih sibuk ini. Besok aja sekalian aku periksa projectnya."

"Ga bisa yank, berkasnya harus dibawa besok pagi, dan aku sangat ngantuk sekarang. Tolong tanda tangani saja. Toh udah aku periksa juga. Masa ga percaya sama aku," pintaku melirik sinis zico.

"nangung ini mau end sudah yank."

"Itu heronya menepi dulu biar bisa dipause makanya, tanda tangan juga ga lama kok, aku ngantuk," ucapku mulai kesal.

"iyaudah iya, sini aku tanda tangani ... Nih."

"terimakasih sayang, aku ngantuk. Aku tidur duluan ya."

"iya," balasnya singkat sambil fokus bermain game.

Aku keluar dan menutup pintu kamar Zico.

"yes, selesai sudah, akhirnya perusahan kembali ke pemilik aslinya. Makasih Zico atas kebodohanmu," batinku.

...

Pagi hari, saat ku menuruni tangga ku lihat Zico dan Tania sudah sarapan di meja makan.

"Sarapan dulu kak," tawar Tania.

"kakak udah janji sarapan bareng Viona, sekretaris kakak. Maaf ya kakak buru-buru," tolakku.

"yaudah yank, mau ku antar?" tawar zico.

"ga usah sayang, makasih ya. Aku langsung berangkat ya, bye!" Pamitku pergi.

.

Drrttttt Drrttttt, ponselku bergetar, tertera nama Danu disana.

["Halo Dan, ada apa?"] tanyaku mengangkat telfon.

["elo dimana?, Bisa ketemu sekarang, ada yang mau gue sampein penting!"] serunya, suaranya terdengar tergesa-gesa.

["Gue baru mau sarapan bareng Viona, nih."]

["nah bagus, kita ketemu di kafetaria sebelumnya, sekarang ya jangan pake lama, penting!"]

["iya ya, kebetulan aku dan Vio janjian disitu kok."]

["Oke,"] ucapnya menutup telfon.

...

Di kafetaria.

"Ada apa dan? Keliatannya kek serius banget?" tanya ku sembari duduk disamping vio.

"lemontea kemaren serius dari adek lo Bel?" tanyanya curiga.

"Iya? Memang ada apa? Mungkikan beneran beracun?"

"bukan beracun lagi, tapi mematikan Bel!"

"Apaa!!?" ucapku kaget. Ku lihat Viona terlihat lebih shock dariku.

"maksudnya gimana coba kamu jelasin hasil labnya dann?" tanya viona dengan raut wajah khawatir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adikku, Pelakorku.   Bab 71

    "Terima! terima! terima!" David, Brian, Rachel bersorak bersamaan.Edward mengangkat telapak tangan, sorakan itu seketika berhenti. "Bella, aku sudah pernah mengungkapkan perasaanku padamu sebelumnya. Ku harap kali ini kau menerimanya," ucap Edward masih di posisinya.Ku tutup mataku sejenak, lalu menatapnya. Sebenarnya aku belum yakin untuk memulai berumah tangga lagi, aku masih belum siap. Aku sangat takut akan kegagalan dan penghianatan. Aku tahu Edward bukan orang yang seperti itu, tetapi ketakutan tetaplah ketakutan.Ku layangkan pandangan ke semua sisi, persiapan yang begitu niat dan mewah dibuat khusus untukku. Zico saja tidak pernah melakukan ini, jika aku menolaknya maka aku akan menyakiti usaha dan juga orang-orang yang hadir disini."Ya, aku bersedia," jawabku tersenyum.Mata Edward melebar binar, ia berdiri dan tersenyum bahagia menatapku. "Sungguh?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukkan.Spontan Edward memelukku erat, "kau sudah menerimaku, jangan harap untuk berubah pi

  • Adikku, Pelakorku.   bab 70

    Seusai makan siang itu, Edward mengantarku dan Viona kembali ke kantor."Bella, apa malam ini kau ada waktu? aku ingin membawamu ke sesuatu tempat," ucap Edward di dalam mobil. Aku menatapnya sebentar, "kemana?" tanyaku.Edward tersenyum, "rahasia, kau akan tahu nanti. Berdandanlah yang cantik," jawabnya. Mendengar itu membuatku merasa dejavu, ini mengingatkanku saat pertama kali dinner bersamanya."Ehem, ehem, bisakah aku turun dulu, baru kalian lanjutkan percakapan romantisnya?" sela Viona yang duduk di kursi belakang. Ia melipat tangan sembari melirik kami berdua."Ba-baiklah, nanti kau bisa menjemputku di rumah," ujarku pada Edward, tak ingin Viona menunggu lama. Aku membuka pintu mobil dan keluar, disusul juga dengan Viona yang ikut keluar."Oke sampai jumpa nanti malam," ujar Edward didalam mobil, aku membalas tersenyum dan melambaikan tangan padanya."Apa hubungan kalian sudah ada kemajuan?" tanya Viona tiba-tiba."Kemajuan apa yang kau maksud?" aku bertanya balik padanya."Kem

  • Adikku, Pelakorku.   bab 69

    PoV Arbella…Sudah sebulan semenjak aku mengirim Tania dan Zico ke desa itu. Sekarang aku sudah tinggal kembali dirumah utama bersama ayah dan bibi. Sedang rumah lamaku telah terjual dua minggu yang lalu.Bulan lalu, aku memberitahu ayah. Bahwa aku sudah tahu tentang identitas Tania yang bukan adik kandungku. Awalnya ayah meminta maaf telah merahasiakannya, dan aku menolak permintaan maaf itu. Bagiku keputusan ayah dan mendiang ibu tidaklah salah, jadi tidak seharusnya ayah meminta maaf.Seandainya sejak awal Tania tidak mengkhianati ataupun berencana membunuhku, mungkin aku juga akan memilih untuk tidak mendengar rahasia itu.Berbicara tentang Tania, aku memberi tahu pada ayah, bahwa aku mengirimnya ke desa Geneva. Respon Ayah hanya diam, namun sorot matanya menyembunyikan kekhawatiran. Sebagai penenang aku bilang walau kota itu sedikit berbahaya, namun ada bawahan Edward yang menjaganya. Ayah menghela nafas lega setelah mendengar itu.Begitulah ayah. Sejahat apapun anaknya membuat l

  • Adikku, Pelakorku.   bab 68

    PoV Tania 2 ..."Tania … Tania … Bangunlah!" panggilan seseorang dan nafas yang begitu bau membangunkanku setengah sadar. Dengan sayup-sayup perlahan membuka mataku."Tania, …" Mataku terbelalak melihat wajah Zico yang begitu dekat dan bertelanjang dada. Sontak aku bangun dan mendorongnya. Tanganku kini kembali terikat, kepalaku terasa begitu pusing, dan kakiku yang begitu sakit.Zico terdiam dengan tangan yang juga terikat, aku menolah-noleh. Ternyata aku kembali kedalam mobil box, bedanya yang ini lebih sempit. Hanya ada aku dan Zico didalamnya.Mataku melebar melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam. "D-dimana bajuku?" tanyaku menyilangkan dada.Zico menatapku dingin, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu! dimana bajumu? kenapa kau kembali dengan bertelanjang!" tanyanya setengah berteriak.Aku memalingkan wajah dan melirik kakiku yang dililit acak menggunakan bajunya."Kenapa kau diam saja? apa benar kata penjaga itu kau berniat menggodanya? katakan!" seru Zico, mata

  • Adikku, Pelakorku.   bab 67

    PoV Tania.…Hawa yang pengap didalam sebuah box mobil, aku tengah bersandar sembari berbagi udara dengan satu pria bodoh dan dua pria yang tak ku kenal.Walau tanganku telah diikat kembali, tetapi penutup mataku sudah dilepas. Tidak ada pemandangan, hanya cahaya remang dan rasa sesak untuk bernafas. Aku membenci ini!Kenapa? kenapa semua harus berakhir begini?Ku pikir dengan kepulangan ayah itu akan membebaskanku dari neraka buatan ini. Tapi apa? ayahku, satu-satunya harapanku malah tak berpihak padaku. Rasa sesak hatiku yang merasa sangat tidak adil! tanpa sadar rasa marah itu membuatku mengungkap rahasia dengan mulutku sendiri.Apa aku menyesal? tidak juga. Saat melihat raut wajah Kak Bella yang tak berdaya membuatku sedikit terhibur. Kak Bella sangat lemah terhadap kesehatan ayah, kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu dari awal?Aku ingin sekali membuat Kak Bella mencium kakiku, tapi aku malah berada disini! menyebalkan!Tiba-tiba mobil terhenti. "Apa kita sudah sampai?" tan

  • Adikku, Pelakorku.   bab 66

    Aku menghela nafas, kemudian menuntun Bibi untuk duduk disofa bersama. "Bibi, sungguh aku sangat terkejut mendengarnya. Apa semua itu benar? Tania bukan adik kandungku? mengapa aku tidak tahu?" tanyaku. Kenyataan itu membuatku masih terkejut, aku ingin tahu semua kebenarannya."Baiklah, akan Bibi katakan. Sebenarnya ini adalah rahasia yang ingin dijaga ibumu Bella. Kau tahu ibumu adalah wanita baik. Sebenarnya, ibumu memilik seorang adik angkat yang diselamatkan dari korban KDRT, namanya Wenda. Ibumu sangat menyangi adik angkatnya itu seperti adiknya sendiri ...""... Tetapi Wenda sangat berbanding terbalik dengan ibumu. Jika ia menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Suatu ketika dua bulan sebelum pernikahanku, aku memperkenalkan calon suamiku Devan. Itu adalah awal petaka bagiku, karena setelahnya. Sehari sebelum pernikahanku. Tiba-tiba Wenda mengaku tengah hamil anak Devan ...""... Kau tahu betapa hancurnya duniaku saat itu Bella, aku bahkan sampai pingsan karena terkejut. Tanpa tah

  • Adikku, Pelakorku.   bab 65

    Selepas ayahku dibawa ke rumah sakit, David mengantar kami ke tempat ayahku dirawat. Perasaan campur aduk menghampiriku saat menunggu dokter keluar dari ruang ICU.Aku terus memegang tanganku berharap dan berdoa Ayah akan baik-baik saja. Sesekali Bibi dan Edward mengiburku yang terus gelisah, tapi aku tetap tidak bisa tenang.Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan Ayah, buru-buru aku menghampirinya dan bertanya keadaan ayahku."Syukurlah pasien dibawa tepat waktu, ia berhasil melewati masa kritisnya. Namun karena masih dalam pemulihan, saat ini keluarga tidak diizinkan menjenguk hingga pasien sadar," tutur dokter.Aku mengangkat kepalaku sembari mengusap lega, "syukurlah ayah tidak apa-apa," gumanku mengatupkan tangan.Tidak lupa aku berterimakasih pada dokter sebelum ia pergi.Bibi memelukku haru,"syukurlah Bella, ayahmu sekarang baik-baik saja." Aku mengangguk membalas pelukan Bibi.Seusai memeluk Bibi, pandanganku menoleh pada sosok pria tegas yang tengah duduk di kursi tunggu.

  • Adikku, Pelakorku.   bab 64

    PoV Arbella...Dua hari berlalu sejak aku menikahkan pasangan penghianat itu, sesuai rencana. Hari ini, aku dan Edward kembali menemui Tania dan Zico dirumah hitam, aku membawa dua paperbag dan melemparkannya ke dalam sel."Apa ini?" Zico meraih paperbag itu dan membukanya, "baju?" dia menoleh padaku dan mengernyit."Ya itu pakaian untuk kalian, tidak mungkin kalian akan pergi dengan tampilan lusuh seperti itu."Zico terdiam memandangi baju yang dipegangnya, sedang Tania terlihat tidak tertarik sama sekali."Pakailah cepat," kataku berbalik pergi. Namun tiba-tiba ponselku bergetar, aku mengambil ponselku dari saku. Ternyata Rachel yang meneleponku.["Halo Rachel,"] ucapku mengangkat telepon.Hening sejenak, aku mencoba memanggilnya lagi. ["Rachel?"]["Be-Bella, Ayah dan Bibimu ada dirumah sekarang."]Mataku membulat sempurna mendengarnya, ["Ayahku ada dirumah?"] seruku terkejut.["Y-ya dia memintaku menghubungimu dan menyuruhmu untuk pulang bersama Tania,"] ucap Rachel gugup.Pandanga

  • Adikku, Pelakorku.   bab 63

    PoV Zico 2...Hingga keluar dari gedung, senyumku tak henti-hentinya mengembang. Ternyata mantan istriku benar-benar baik sampai repot-repot mengurusi pernikahan kami. Aku gak sabar pengen cepat pulang dan menikmati hidup yang baru bersama Tania, istriku.Mertuaku adalah ayah yang royal pada anaknya, meskipun Tania tidak memiliki perusahaan. Pasti ayahnya akan memberi rumah dan modal sebagai hadiah pernikahan kami, aku tak sabar menerima itu.Tapi ada yang aneh, mengapa Tania terus diam? ia bahkan tidak mengukir senyum indahnya sepertiku. Ntahlah mungkin dia masih lelah.Tania masuk ke mobil duluan, diiringi dengan aku yang duduk disampingnya."Selamat atas pernikahan kalian," ucap pria yang di panggil Brian itu. Ia menyengir dan memberi dua penutup mata padaku.Aku mengernyit heran, "untuk apa itu? bukankah kalian akan mengantarku pulang kerumah?"Pria itu tertawa, "memang kalian punya rumah? Edward menyuruhku membawa kalian kembali ke sel terlebih dahulu, nikmatilah malam pertama ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status