Share

Berbaikan

Author: Nanaz Bear
last update Huling Na-update: 2022-07-12 14:44:50

Hari menjelang sore, aku membantu Bik Yuli menyirami bunga di halaman rumah ini. Saat kami sedang asik berbincang, aku melihat sebuah taksi berhenti di depan pagar. Aku dan Mbok Yuli kompak melihat kearah taksi tersebut.

Seorang wanita dengan dres seksi yang di kenakannya membuat moodku yang awalnya baik-baik saja seketika berubah menjadi buruk. Wanita itu adalah Anisa, adik tiriku yang tak tau terimakasih itu.

"Mbok, bukain gerbangnya dong!" mohon Anisa sambil berdiri tepat di depan pagar.

 

"Mbok Yuli sedang sibuk, kamu kan punya tangan. Mending langsung buka saja dengan tanganmu. Enggak usah ngerepotin orang yang lagi sibuk!"

"Aku bawa banyak barang, Mbak. Susah!" ucapnya sambil memamerkan beberapa papper bag yang ada di tangannya.

"Susah gimana, Nis. Kamu loh tinggal letakin papper bag itu lalu geser gerbangnya. Apa susahnya?"

Wajah Anisa cemberut, namun meski begitu wanita itu tetap melakukan seperti apa yang ku suruh. Setelah selesai, dia berjalan melewatiku, aku membiarkannya lewat begitu saja tanpa mau menanyainya soal barang belanjaannya. Malam ini aku tak mau bertengkar dengan suamiku, jadi sebisa mungkin sementara waktu aku akan menahan diri untuk tidak mencari keributan dengan Anisa.

Selang tiga puluh menit dari kepulangan Anisa, Mas Dani pun pulang. Aku menyambut kepulangannya dengan senyuman. Semoga dengan sambutan ramahku saat ini bisa meredakan kemarahan Mas Dani tadi pagi.

"Mau aku siapkan air anget buat mandi, Mas?" tanyaku pada suamiku setelah kami berada dalam kamar.

"Enggak perlu, Mas mau lansung tidur saja. Mas cape banget!"

Apa katanya tadi? Cape? Dia tidak bekerja hari ini, kenapa malah dia mengeluh cape?

"Ini sudah mau maghrib loh, Mas. Enggak baik tidur di jam-jam seperti ini!"

"Udah enggak usah banyak ngomong kamu, Mas cape jadi Mas mau tidur sekarang juga!"

Aku hanya diam memandangi suamiku yang langsung bisa terlelap setelah membentakku. Entah apa yang sudah di lakukannya sampai wajahnya terlihat sangat letih seperti itu.

Ku dekati tubuh suamiku lalu ku buka sepatu yang belum sempat di lepaskannya. Setelah selesai baru aku selimuti tubuhnya.

Sudah adzan maghrib, aku mencoba membangunkan suamiku tapi dia sama sekali tak mau bergerak. Akhirnya aku membiarkannya tidur saja tanpa menjalankan kewajibannya dulu sebagai seorang muslim.

Waktu sudah menunjukan  pukul delapan malam, suamiku belum juga terbangun. Akhirnya aku memutuskan untuk makan malam tanpanya.

Di ruang makan terlihat sangat sunyi, hanya ada aku dan anakku Elsa saja. Adik dan ibu tiriku memilih mengorder makanan online daripada satu meja makan denganku. Aku sama sekali tak berniat membujuk kedua wanita itu, takutnya mereka makin besar kepala jika aku melakukan itu.

 Kita lihat saja sampai kapan pacar Anisa mampu memberi wanita boros itu uang. Semoga kehidupan pacar Anisa tidak berakhir seperti Almarhum Ayahku yang awalnya kaya namun harus terlilit hutang karena terlalu memanjakan ibu tiriku.

"Loh kok makan enggak bangunin, Mas?" tiba-tiba suamiku datang mendekat kearahku juga Elsa. Dia mencium pipi Elsa kemudian menarik kursi yang ada tepat di sebelah kiriku.

Aku sempat mengernyitkan kening saat dia bertanya seperti itu, bukannya tadi pagi dia sempat bilang kalau dia takan mau makan bersamaku jika aku belum minta maaf sama Anisa?

"Aku takut buat Mas marah saja karena sebelumnya Mas bilang padaku kalau Mas tak mau makan bersamaku selagi belum minta maaf sama Anisa." jawabku jujur.

"Mas tadi pagi cuma lagi emosi saja. Maaf, ya sayang. Akhir-akhir ini Mas memang kurang bisa mengontrol diri!" ucapnya sambil menyendok nasi ke atas piringnya.

Berbeda dari sebelum tidur, aku melihat raut wajah suamiku yang sangat ceria kali ini. Aku merasa senang karena dia sudah kembali menjadi suamiku yang baik dan lembut.

"Mas mau lauk apa?" tanyaku pada lelaki disampingku.

"Mau Ayam goreng sama sayur buncis itu!"

"Ok!" Aku langsung mengambilkan Ayam goreng beserta sayur buncis sesuai permintaan suamiku.

Malam ini kami banyak mengobrol dan becanda. Elsa terlihat sangat senang karena melihat kami kembali harmonis seperti sebelumnya.

Setelah selesai makan, aku mengantarkan Elsa ke kamarnya. Elsa bilang dia langsung mau tidur saja jadi aku tak perlu membacakan dongeng seperti yang sudah-sudah.

Saat masuk dalam kamar, ku lihat Mas Dani sedang cekikan berbalas pesan dengan teman-temannya. Aku mendekat kearahnya lalu duduk tepat disamping kirinya.

"Mas enggak mau lanjut tidur?" tanyaku pada lelaki itu.

"Mas masih belum ngantuk sayang!" jawabnya sambil mengetik.

"Mas sudah beberapa hari aku selalu ketiduran dan tak sempat melayanimu. Apa ini alasan kamu selalu marah-marah sama aku?" tanyaku memberanikan diri.

Mas Dani menoleh kearahku kemudian meletakan ponselnya diatas meja.

"Mas enggak marah karena masalah itu kok, sayang. Mas cuma mau kamu akur sama Anisa dan ibumu. Mas cape lihat kalian bertengkar terus."

Aku menghembuskan nafas panjang setelah mendengar jawaban dari Mas Dani.

"Aku bersikap keras seperti ini karena aku sayang Anisa, Mas. Aku enggak mau masa depan Anisa rusak karena pergaulan bebasnya."

"Iya, Mas mengerti. Tapi kamu harus bisa membimbingnya dengan cara yang lembut bukan dengan cara yang kasar seperti yang sudah-sudah!"

Sekali lagi aku menghembuskan nafas panjang, mencoba mengontrol emosi karena takut bertengkar lagi dengan Mas Dani.

"Aku akan mencoba bersikap lembut pada Anisa, tapi kalau wanita itu tak mempan juga aku peringati, jangan salahkan aku kalau aku kembali bersikap kasar padanya!"

"Yang penting kamu sudah mencoba sayang. Soal bagaiamana respon Anisa itu urusan nanti!"

Suamiku kembali mengambil ponselnya setelah selesai berbincang denganku. Setelah melalui banyak pertimbangan, aku memberanikan diri untuk bertanya tentang kedatangan Anisa subuh tadi ke kamar ini.

"Mas, kata Elsa. Subuh tadi dia melihat Anisa keluar dari kamar ini. Benarkah Mas?" 

Mas Dani terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaanku.

"Elsa mimpi mungkin. Mana mungkin Anisa subuh-subuh ada disini!" balas suamiku. Wajahnya terlihat tegang, aku rasa dia memang sedang berbohong.

"Elsa enggak mimpi kok, Mas. Dia benar-benar lihat Anisa keluar dari kamar ini."

"Ya ampun sayang, masa ucapan anak kecil kamu percaya sih. Ingat enggak beberapa hari lalu dia tidur sambil berjalan. Kalau Anisa enggak mergokin dia, sudah jatuh anak itu dari tangga!"

Aku mencoba mengingat kejadian beberapa hari lalu. Memang Elsa beberapa kali pernah berjalan sambil tidur, jadi aku tak bisa mutlak mempercayai ucapannya.

"Karena ucapan Elsa itulah aku jadi punya pikiran buruk sama kamu dan Anisa Mas. Aku pikir kalian berdua menjalin hubungan diam-diam di belakangku!" ucapku jujur. Ada rasa cemburu beecampur amarah saat mengucapkan hal itu.

"Kamu ini bisa-bisanya berpikiran seperti itu. Mas masih waras, enggak mungkinlah Mas mau macarin adikmu sendiri. Apalagi usianya masih 18 tahun." Mendengar jawaban suamiku seketika raut wajahku berubah menjadi malu.

"Hehe..Aku minta maaf sudah curiga sama kamu ya, Mas." ucapku sembari menahan rasa malu. Melihat reaksi wajahku yang seperti ini suamiku terlihat gemas. Dia meletakan ponselnya kemudian membopongku ke atas ranjang. Dia terlihat sangat liar malam ini, aku benar-benar kewalahan di buatnya. Beberapa jejak merah Mas Dani tinggalkan di leherku, aku sempat marah padanya tapi dia malah terkikik mendengar omelanku.

Jam menunjukan pukul empat pagi, aku membersihkan dan menyucikan diri sebelum aku menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim.

Setelah selesai solat, aku turun ke dapur untuk membantu Mbok Yuli memasak. Kami asik mengobrol hingga tak terasa semua pekerjaan telah selesai dengan cepat.

Saat aku naik kembali ke kamarku, tak sengaja berpapasan dengan Anisa yang sudah mengenakan seragam sekolahnya.

"Kamu enggak sarapan dulu, Nis?" tanyaku mencoba bersikap lembut pada Anisa. Sesuai janjiku pada Mas Dani kalau aku akan bersikap baik pada Anisa mulai hari ini.

Bukan menjawab Anisa malah melirik jengkel kearah leherku. Dia pergi begitu saja dengan raut wajah sangat marah. Aku hanya menggelengkan kepala melihat kelakuannya.

Sampai dalam kamar ku lihat suamiku sudah rapih mengenakan baju kerjanya. Aku pun menggandengnya keluar kamar menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada Elsa, aku duduk di sebelah putri kecilku yang sedang mengolesi rotinya dengan selai strowbery kesukaannya.

Elsa memang kalau pagi tak pernah mau makan nasi, untuk itulah aku selalu menyediakan roti untuknya.

"Loh kok sepi, tadi kamar Anisa sudah gelap kenapa dia tak ikut sarapan?" tanya suamiku.

"Tadi aku sudah tawari dia makan Mas, tapi dia malah pergi begitu saja tanpa membalas ucapanku!"

Sesaat kemudian ponsel Mas Dani berbunyi. Setelah membuka pesan dia langsung bangkit dari duduknya.

"Sayang, Mas enggak ikut sarapan ya. Mendadak di kantor akan diadakan meeting pagi ini. Mas takut telat." ucap suamiku.

"Loh Mas, ini masih jam enam. Kamu makan kan cuma berapa menit jadi enggak mungkin akan telat!" ucapku.

"Sayang, Mas beneran enggak bisa ikut makan. Mas berangkat dulu ya. Tolong kamu antarkan Elsa pagi ini ke sekolah." suamiku terlihat buru-buru sekali, bahkan dia tak sempat mencium kening putrinya seperti kebiasaan yang fi lakukannya saking karena takut terlambat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Tamat

    Hendrik, lelaki tampan berumur 35 tahun itu tampak marah sambil mengetuk sebuah kaca mobil yang beberapa saat lalu mengikuti mobil bos wanitanya. Kaca mobil diturunkan, lelaki yang ada di dalamnya sama sekali tak menyangkal tuduhan Hendrik saat itu.Ya, lelaki di dalam mobil tersebut ternyata adalah Roy. Dia sengaja tidak membalas kemarahan Hendrik melainkan mengajak bicara Hendrik saat itu. Hendrik di tawari sepuluh kali lipat uang yang Eric berikan pada Hendrik jika lelaki itu mau mengkhianati Eric dan berpihak pada Roy.Siapa yang tak tergiur dengan uang yang dijanjikan Roy, termasuk Hendrik. Namun selama ini tidak sekalipun dia mengkhianati majikan meski dibayar dengan bayaran sangat mahal. Lelaki itu lalu mengajak rekannya yang bernama Irvant untuk mengerjai Roy. Caranya dengan mengajak Renata dan pembantu rumah tangga di rumah Eric untuk bekerjasama melakukan skenario yang sudah direncanakan Roy."Kamu?"Roy menatap tajam kearah Hendrik, dia sama sekali tak menyangka lelaki tamp

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Kejadian Tak Terduga

    "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" bisik Marvin tepat disebelah Eric."Kita sudah terkepung. Istri saya bisa dalam bahaya jika kita tetap mau melawan lelaki gila itu. Untuk sementara waktu kita ikuti saja perintah lelaki gila itu." Eric terlihat pasrah, dia belum menemukan jalan keluar dari masalah yang tengah mereka hadapi. Dia tak mau istri dan anak tirinya terluka sedikitpun karena kecerobohannya.Eric dan Marvin mengikuti arahan Roy untuk masuk dalam rumah Nayla. Disana Nayla dan ibunya juga sudah terikat. Ternyata Roy sudah curiga kalau Eric tahu tentangnya sejak Azam dan Marvin menemui lelaki itu diam-diam. Anak buah Roy ada dimana-mana jadi dengan mudah ia mengawasi gerak gerik orang yang ingin dia pantau.Semua sandra diikat, Roy tertawa puas melihat musuhnya berada di hadapannya tanpa berdaya."Jadi wanita ini yang buat Ayah saya masuk penjara. Saya ingin tahu apa spesialnya wanita ini sampai buat Ayah saya tergila-gila!" Roy mendekat kearah Ola. Seketika Emosi Eric melu

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Melindungi Nayla

    "Anda mau bawa saya kemana?" tanya Eric pada Marvin saat lelaki itu membawanya pergi."Ke suatu tempat yang pastinya membuat Anda terkejut!"Eric akhirnya diam, meski dia belum mengenal Marvin tapi entah kenapa dia langsung percaya begitu saja pada lelaki itu. "Rumah siapa ini?" tanya Eric setelah sampai di sebuah rumah yang kelihatannya seperti rumah kosong tak terawat. Tapi anehnya disana terparkir beberapa mobil mewah. Padahal lampu di rumah itu sama sekali tak menyala."Di dalam rumah itu ada kedua orang tua Renata. Mereka di sekap oleh seseorang.""A-apa?""Entah apa yang sudah Renata lakukan beberapa hari ini sama Anda dan keluarga Anda. Saya cuma ingin kasih tahu Anda saja kalau itu semua bukan kemauan Renata. Ada seseorang yang memaksanya melakukan itu!""Pak, tanpa diancam seseorang pun memang Renata selalu mengganggku keluarga saya. Jangan mengada-ngada dech!" ucap Eric sambil tertawa. Dia ingat betul betapa jahatnya Renata yang pura-pura koma demi bisa tetap memasukan Ola

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Menyelidiki Roy

    "Doc, maaf. Saya ada perlu sebentar!"Saat hendak kembali ke ruangannya Eric di hadang oleh kakak lelaki Grecia. Dia ingin menyampaikan sesuatu pada Eric setelah selesai menjenguk adiknya di penjara."Dokter Eric, bisa bicara sebentar? Ada hal penting yang ingin sampaikan pada Anda!" ucap lelaki yang bernama Azam tersebut."Ok, bicaralah. Saya ada waktu sekitar 30 menitan lagi!"Eric agak penasaran dengan wajah Azam yang menunjukan ketakutan saat hendak bicara."Kamu kenapa?" tanya Eric karena Azam tak langsung bicara."Sa-saya sebenernya takut mau bicara disini. Takut ada yang nguping pembicaraan kita!""Ok, kalau gitu kamu ikut ke ruanganku ya. Kita bicarakan disana saja!"Azam mengangguk kemudian mengikuti Eric menuju ruangannya."Sekarang katakan apa yang mau kamu sampaikan!" ucap Eric setelah menutup pintu ruangannya."Tadi saya menjenguk Grecia. Dia bilang anda dan Mbak Ola sedang dalam bahaya!" ucap Azam dengan suara lirih."Dalam bahaya?" Eric bertanya dan Azam mengangguk."Se

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Memasang CCTV

    "Ric, kalau kamu sayang ibu. Tolong ceraikan Ola. Dia perempuan enggak bener Kamu harus jauhi wanita jahat seperti dia!"Seketika Ola dibuat lemas dengan ucapan ibu mertuanya. Wanita yang selama ini selalu mendukungnya tiba-tiba termakan fitnah dan berubah menjadi sangat membencinya."Saya akan selesaikan masalah ini secepatnya. Ibu jangan khawatir, ya. Sekarang ibu istirahat. Aku enggak mau penyakit ibu kambuh kalau ibu banyak pikiran."Ola salah paham dengan kalimat Eric barusan. Dia pikir Eric sama seperti Hani, terpengaruh dengan fitnah yang Renata berikan.Eric menarik tangan Ola ke luar kamar, jika biasanya Renata senang karena rencananya berhasil, kali ini dia merasa bersalah karena sudah membuat berantakan keluarga Eric."Renata, kalau Eric bercerai dengan Ola nanti. Ibu janji akan merestui kamu dan Eric."Renata pura-pura tersenyum. Dia sudah sadar, restu dari Hani saja tak cukup untuk membuat Eric jatuh lagi ke pelukannya. Eric begitu keras kepala. Lelaki itu pasti akan me

  • Adikku Pemuas Nafsu Suamiku   Hani Makin Membenci Ola

    Jam menunjukan pukul 1 malam. Eric masih belum juga bisa memejamkan matanya. Dia terus mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Dia ingin percaya dengan Ola namun dia bingung kenapa bisa bungkusan obat pencuci perut itu ada di meja rias istrinya kalau bukan wanita itu pelakunya.Eric menatap Ola yang sudah pulas tidur disampingnya. Ia kembali meyakinkan hatinya kalau Ola bukan orang jahat seperti apa yang ada di dalam pikirannya.Karena suntuk, Eric memutuskan untuk keluar kamar. Dia menuju dapur dan meneguk segelas air putih hangat untuk menetralkan perasaan kacaunya.Saat ingin kembali ke kamar, Eric berhenti sejenak karena mendengar suara isakan ibunya. Lelaki itu takut ibunya masih sakit jadi buru-buru mendatangi kamar ibunya."Bu, ini aku. Apa ibu baik-baik saja?" tanya Eric setelah mengetuk pintu. Ibunya tak merespon ucapan Eric, lelaki itu mencoba membuka pintu dan beruntungnya pintu kamar Hani memang tak terkunci."Bu, maaf. Aku tahu aku salah. Maaf sudah buat ibu sedih sep

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status