Share

Adoration
Adoration
Penulis: Be Maryam

Balakosa

Seorang gadis menatap sendu ke arah taman. Duduk berpangku tangan dengan guratan kesepian. Sepertinya jutaan kesedihan tengah menyelimuti hatinya. Dibalik bibir yang terus terkembang, ada luka dalam yang sedang berusaha ia pendam.

Hanya berteman dengan angin yang masih setia membelai lembut rambut cokelatnya. Tubuh kecil nan kurus itu kini terisak, menahan derasnya air mata. Begitu sepi dan sendiri, bahkan jangkrik dan kumbang pun enggan menyapa.

Ternyata kegundahan yang ia rasa juga turut dirasa Baswara. Pria muda nan gagah yang begitu berkarisma. Pria tampan yang diam-diam menyimpan rasa padanya. Bulir air mata yang turun memaksa Baswara untuk segera menghampirinya. Melangkah pelan dengan jutaan harapan.

Jantungnya bergemuruh, bak badai yang memburu. Namun langkah tidak kunjung goyah. Kesedihan sang pujaan, sangat menyakitkan. Ingin segera ia tiba dan menyentuh dirinya. Menyeka tetesan air mata dan menenangkan dalam dekapan jiwa.

Bak ditelan bumi, gadis itu lenyap saat tangan Baswara hendak menggapainya.

“Kana!”

“Bas! Baswara!” panggil Samudera sembari menepuk lembut punggung Baswara. “Apakah kamu tertidur dan bermimipi?” tanyanya kembali, kemudian membuka kain yang sedari tadi menutupi jendel kaca.

Dengan segera Baswara menutupi wajahnya. Ia tidak menyangka sampai bisa tertidur di ruang kerjanya.

“Apakah tidurmu tidak nyenyak tadi malam? Bagaimana bisa kamu tertidur, bahkan sampai bermimpi, Bas?” tanya Samudera-bawahan sekaligus sahabatnya Baswara.

“Yah, sepertinya aku insomnia beberapa hari ini, Sam! Apakah ada yang mengetahui ini selain dirimu?”

“Tidak, Bas! Tidak ada,” jawab Sam yang kini tersenyum lembut, sembari duduk tenang dihadapan Baswara. “Oh, ya. Sepertinya tadi kamu menyebutkan nama seseorang saat tertidur. Kana, yah, Kana. Apakah yang kamu maksud Kanagara, Bas?” sambung Sam dengan tatapan penuh rasa penasaran.

Baswara memilih diam dan tidak menjawab, tergambar jelas kegelisahan saat Baswara menyandarkan tubuhnya.

“Ada apa, Bas? Apakah ada sesuatu yang membebani pikiranmu? Tidak ada salahnya kamu bercerita padaku, Bas. Bukankah aku sahabatmu?” tanya Sam dengan penuh rasa perduli.

Baswara berdiri dan menatap ke arah jendela kaca, melihat keramaian dan langit biru berharap bisa mengembalikan rasa tenangnya.

“Bas, apapun masalah yang sedang kamu hadapi. Aku yakin, kamu pasti bisa menyelesaikannya. Bukankah tidak ada yang tidak bisa kau selesaikan?” ucap Sam sembari menepuk lembut pundak Baswara. Sepertinya kedekatan keduanya begitu baik, terlihat dari sikap peka Sam kepada Baswara saat ini.

“Aku harus menikah, Sam!” jawab Baswara sembari menghembuskan napas berat dari mulutnya.

“Menikah? Apakah kamu dijodohkan, Bas? Mengapa terdengar mendadak? Bukankah usiamu masih muda, bahkan belum genap tiga puluh bukan?” tanya Sam yang terlihat kaget. Jemarinya bergerak seakan tengah menghitung sesuatu.

“Itu dia, Sam. Tujuh bulan lagi usiaku genap tiga puluh tahun. Saat itu aku harus sudah menikah jika ingin menjadi pewaris kekayaan Sanjaya. Begitulah tradisi keluarga kami ... dan aku harus mengikutinya jika tidak ingin hidup gelandangan.”

“Ini tidak mudah, Bas. Menikah bukanlah seperti berkencan, yang jika kau tidak senang bisa dengan mudah kau tinggalkan. Terlebih kau sudah cukup lama tidak berhubungan dengan seorang wanita. Tepatnya setelah keputusanmu kembali ke kota.”

Suasana mendadak hening. keduanya tampak berdiam dengan hati yang berkecamuk. Hanya ada wajah-wajah kecemasan yang terlihat asik dengan kemelut pikiran.

“Apakah kamu tidak pernah merasa tertarik dengan seseorang, Bas? Mungkin dengan salah satu wanita dalam perjalanan bisnismu?” tanya Sam dengan tatapan penuh harapan.

Baswara menggeleng, tatapannya terlihat tajam menatap kearah gedung-gedung tinggi pencakar langit. Dengan nada yang melemah, ia pun berkata, “Tidak, Sam. Aku tidak ingin menikahi wanita yang mengetahui keadaanku. Aku tidak ingin mereka menikah karna apa yang aku miliki, bukan diriku.”

Sam mengangguk, status Baswara sebagai penerus tunggal kekayaan Sanjaya semakin mempersulit keadaan. Sebagai pemilik perusahaan terbesar dengan jutaan cabang hingga kepelosok negeri, akan ada banyak wanita yang berharap menjadi pasangannya. Jika begini, mencari yang tulus akan menjadi sangat mustahil. Tiada kata tulus dibalik harta dan tahta yang terlihat oleh mata.

“Tapi ... ada satu gadis yang masih melekat erat di dalam pikiranku, Sam!” jawab Baswara yang seketika berbalik badan menatap Sam dengan senyum sayunya.

Terbelalak, Sam terlihat kaget sekaligus merasa bingung. Kedekatan keduanya yang begitu lama cukup meyakini diri Sam, bahwa tidak ada seorang gadis pun yang sedang mendekati pemimpinnya-Baswara.

“Kana, Sam. Kanagara, gadis penjaga perpustakaan di kampus dulu. Hingga kini, aku masih mengingatnya. Bahkan ... berniat menikahinya,” jelas Baswara dengan wajah tersipu malu. terlihat dari bibir yang terus ingin terkembang, namun berusaha disembunyikan.

“Kana?” tanya Sam seakan tidak menyangka, bahwa gadis culun dengan gaun jaman dulu itu yang menjadi tambatan hati sahabatnya. Membuat Baswara terlihat kesal dan kemudian menjatuhkan tubuh di atas kursi kebesarannya.

“Maafkan aku, Bas! Aku tahu dia wanita yang baik, pintar dan ramah. Namun ...,” ucapan Sam terhenti karena melihat tatapan kesal Baswara. Membuat Sam enggan melanjutkan ucapannya dan kembali bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan, Bas? Sudah tujuh tahun lamanya kita tidak bertemu. Aku tidak yakin dia masih bekerja di perpustakaan kampus.”

Baswara tersenyum dan segera meraih gawainya. Jari-jemarinya tampak menari indah di atas layar. Membuat Sam juga turut tersenyum senang dengan hati yang masih bertanya-tanya, merasa tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar.

“Baiklah, Bas. Aku sudah menyerahkan berkas yang harus kamu tanda tangani. Aku harus kembali ke ruanganku, aku harap kamu bisa segera menemukan Kana, Bas.”

Belum jauh Sam melangkah, kembali terdengar suara tegas Baswara yang sedang berbicara melalui gawainya. Dengan bergerak lambat, Sam berharap bisa mendengar pembicaraan Baswara yang terlihat berang.

“Apa maksud pesan ini, Dad? Bukankah aset kita bertambah dan mengalami peningkatan diluar target? Bagaimana mungkin perusahaan kita hanya bisa memiliki sebahagiannya? Bukankah Daddy dan diriku yang mengelola semuanya? Lantas siapa itu Tuan Suryakanta?” 

Sam hanya bisa merekam semua pembicaraan ini. Bukan waktu yang tepat untuk meminta Baswara menjelaskannya sekarang. Pembicaraan terhenti, Sam kembali mempercepat langkah dan  meninggalkan ruangan Baswara.

Seakan tidak ada habisnya, masalah demi masalah terus datang menyapa. Membuat Baswara gerah, begitu berat hingga memaksa diri untuk menutup rapat kedua mata dan menghentakkan kepala pada sandaran kursi.

Penat dan membosankan, mendorong Baswara untuk melakukan kebiasaan buruknya. Berkendara dengan kecepatan penuh tanpa menghiraukan keadaan. Tanpa takut mobil dua milyarnya tergores, Baswara melesat ditengah keramaian kota. Angin segar dan kerumunan menjadi tantangan yang selalu berhasil membuat kepercayaan dirinya kembali. Tanpa takut akan maut yang mungkin menjemput.

Suara nyaring lagu rock menemani ketegangan suasana jalan. Memecah telinga, melenyapkan kebisingan. Begitu menggebu dan berdegum tidak beraturan.

Tetapi semua berakhir kala seorang gadis berdiri tepat di tengah jalan. Memaksa Baswara untuk segera menghentikan mobilnya. Namun sayang, kecepatan yang begitu tinggi tidak mampu terkendali.

“Brak!”

Gadis itu terhempas kuat, terbaring ditengah jalan dengan ceceran darah segar disekitarannya.

Be Maryam

Hai, salam kenal dari aku Be. Terima kasih sudah membaca kisah pertamaku. Aku akan merasa senang jika kamu mau menuliskan tanggapan dan saran isi cerita di kolom komentar. Selamat menikmati kisahnya

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
UlfSanita
Baru baca bab 1 dan penisirin. Lanjuttt bcaaa ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status