Share

Bhama

“Bas, Baswara, mengapa kau termenung?” tanya Sam membuyarkan lamunan Baswara yang sedari tadi terduduk menatap lantai.

“Ah, ya, maksudku tidak,” ucap Baswara dengan salah tingkah. 

“Aku yakin ada sesuatu yang terjadi. Tidak mungkin seorang Baswara rela bangun begitu pagi dan mengunjungiku ke rumah sakit, jika tidak terjadi sesuatu.”

Wajah penuh yakin Sam saat menatap Baswara membuat dirinya tidak berkutik. Dengan mata beralih pandang, Baswara pun mulai menceritakan kejadian yang terjadi tadi malam.

***

Seorang pria dewasa datang menghampiri Soga dan Baswara. Berbaju rapi bak eksekutif muda dengan berbalut jas. Melangkah tenang dengan tatapan ramah.

“Soga, apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya dengan sedikit berbisik.

“Bisakah Yaya memberitahukanku jalan yang tempo hari aku lewati. Aku tidak tahu namanya,” ungkap Soga dengan wajah penuh harap.

Tetapi sayang pria itu mengabaikannya. Sambil sedikit merundukkan badan, ia pun berkata, “Perkenalkan, saya Arya. Maaf, jika Soga mengganggu anda. Saya izin pamit,” ungkapnya sembari memaksa Soga meninggalkan Baswara.

Perlahan keduanya berjalan melangkah jauh, membuat Baswara merasa lebih tenang dan sedikit merasa lega. Namun, tepat diujung jalan terlihat seorang gadis yang begitu mirip dengan Kana. Seakan terhipnosis, Baswara berdiri lama menatap kosong ke arah yang sama hingga seorang pelayan menegur dan menyadarkannya.

“Benarkah, apa kau yakin, Bas?” tanya Sam dengan kedua mata yang mendelik. Ia tidak menyangka bisa menemukan Kana di kota ini.

“Aku yakin sekali, hanya saja tidak akan terbukti sampai aku benar-benar bertemu dengannya,” ungkap Baswara dengan garis wajah meragu.

“Tunggu apa lagi, Bas? Bukankah selama ini kau mencarinya? Datang dan ajak ia berbincang, utarakan niatan hatimu untuk menikahinya!” Sam terlihat menggebu-gebu dengan ucapannya. Entah mengapa ia merasa senang akan keputusan sahabatnya untuk menikahi Kana. Meskipun Kana terkesan gadis kampung dan culun, namun uang pasti bisa merubah penampilannya menjadi modis, hingga layang bergandengan dengan Baswara. Sedangkan sikap dan kecerdasan Kana sudah lebih baik, bahkan dari kebanyakn wanita yang berada di kota besar.

“Apa kau ingin aku mengajaknya menikah saat pertemuan pertama kami?” 

Wajah Baswara terlihat lucu saat bertanya, mimik lugu bak bocah yang kaget berhasil membuat Sam tertawa hingga terbahak-bahak.

“Temui dan berbincanglah, Bas. Aku tidak meminta kau mengajaknya menikah dipertemuan pertama kalian. Apakah kau sebegitu ingin menikahi Kana dalam waktu dekat? Begitu kebeletkah dirimu?” ledek Sam yang dibalas dengan tatapan tidak senang oleh Baswara. Meskipun begitu, Sam tahu kalau Baswara hanya merasa malu dan enggan menunjukkannya.

“Baiklah, aku harus pergi. Tidak ada waktu menjadi badut untuk kesembuhan orang sakit sepertimi,” ucapnya yang dengan segera pergi meninggalkan ruangan. Namun, terlihat jelas bibir Baswara tersenyum begitu lebar hingga melengkung tinggi.

Pertemuan terakhir dengan pihak asing berlanjut di kantor. Dengan segera Baswara meluncur dengan mobil merahnya. Melaju dengan tatapan bangga akan keberhasilan kerja samanya.

Seorang sekretaris mengabarkan kepada Baswara akan tamu yang tengah menunggunya. Merasa seseorang itu Jane dan pihak asing, Baswara dengan penuh percaya diri masuk menuju ruang pertemuan.

Ruangan yang luas terlihat sepi, tidak seperti yang sekretarisnya katakan. AC menyala dengan tiupan angin segar membawa aroma terapi. Keadaan ini menandakan ada seseorang yang datang. Tatapan Baswara terus mengitari setiap bagian ruangan. Hanya ada bangku, meja dan proyektor di sana. Suasana benar-benar hening.

Tetapi, saat Baswara memutuskan untuk keluar ruangan. Terlihat seorang wanita berdiri di depan pintu. Menggunakan gaun di atas lutut dengan tas selempang kecil tergantung rapi.

“Alea, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Baswara dengan tatapan tidak senang.

Kesibukan Baswara mengurus pihak asing beberapa hari ini membuat ia melupakan keberadaan Alea. Meskipun demikian, ia tidak senang jika kedatangan tamu selain rekan bisnisnya. Baginya kantor tempat untuk berbisnis dan tidak ingin mencampur adukkan urusan pribadi di dalamnya.

“Alea? Mengapa kau terus memanggilku dengan nama itu?”

Wajah lugu Alea tidak berhasil membuat Baswara luluh. Dengan tegasnya Baswara berkata, “Kembalilah ke apartemen, aku akan menemuimu di sana!”

Alea hanya terdiam, tubuhnya seakan membatu. Dengan kokohnya ia hanya berdiri sambil merundukkan kepala.

“Pergilah! Jangan sampai aku memanggil sekuriti untuk menunjukkanmu pintu keluar!” ucap Baswara kembali dengan tegasnya.

Tetapi, Alea masih saja bersikeras untuk bertahan dan menunggu Baswara. Membuat Baswara kian kesal dan dengan kasar mendorong tubuh Alea hingga akhirnya tergerak dan kini berada di luar ruangan.

Sungguh sial, Jane, Tuan Mark dan rekannya telah melangkah mendekati ruangan. Namun, gerak cepat Baswara yang segera kembali masuk ke dalam ruangan membuat mereka tidak melihat kejadian yang ada.

“Sialan! Hampir saja aku mempermalukan diriku sendiri,” gumam Baswara yang kini telah duduk tenang setelah merapikan jas yang ia kenakan.

Semua telah berkumpul, tanpa basa basi penandatanganan pun dilakukan. Kedua belah pihak terlihat senang akan jalinan kerja sama yang ada. Sedikit perbincangan terjadi antara Tuan Mark dan Baswara.

“Saya yakin anda sibuk mengurus perusahaan, namun saya sangat menanti kunjungan anda ke perusahaan kami. Ada baiknya, anda melihat langsung perkembangan terjadi di sana.”

Baswara tersenyum dan mengangguk pelan sebagai tanda setuju. Namun, jauh dilubuk hatinya merasa curiga akan keadaan terencana yang mungkin disiapkan saat kedatangannya.

“Sepertinya saya semakin tertarik dengan Indonesia. Begitu pula Jane, hingga kami memutuskan untuk menikmati satu dua hari di sini.”

“Sialan! Jangan bilang aku harus menemani kalian selama berada di sini. Meskipun kalian rekan bisnisku, ini diluar dari program kerja sama,” gumam Baswara sambil menunjukkan senyuman tenang.

Meski tanpa keberadaan Sanjaya, pertemuan berjalan dengan lancar tanpa kendala. Namun, kejadian ini tidak lantas membuat Baswara senang. Karena ia sadar ada hasrat lain diluar hubungan kerja sama bisnis yang diharapkan Tuan Mark dan juga ayahnya.

Kepergian Tuan Mark dan Jane tidak lantas membuat Baswara tenang, karena Alea ternyata masih menunggu di ruang tunggu lainnya. Wajah lugu, duduk sambil menatap ke arah pintu ruangan Baswara membuatnya menjadi semakin kesal. 

Dengan langkah tegas Baswara menghampirinya, menarik kasar lengannya dan membawa masuk ke ruangannya. Namun, tepat di persimpangan menuju ruangan Baswara terlihat Jane melangkah mendekatinya. Sikap buruk Baswara berhasil disaksikan Jane dengan mata kepalanya. Membuat Jane terbelalak dengan tatapan tidak menyangka. Namun, kejadian ini dijadikan Baswara kesempatan untuk memberitahukan sisi buruknya, agar Jane tidak melanjutkan ketertarikannya.

Tetapi Baswara salah, Jane dengan senyum nakal menggoda terus melangkah mendekati dirinya. Membuat Baswara dengan segera menjauhkan tangannya dari lengan Alea.

“Ada sesuatu yang tertinggal, bisakah kau menemaniku mengambilnya, Baswara?” tanya Jane dengan nada begitu lembut disertai tatapan nakal.

“Ya, tentu saja.”

Keduanya melangkah masuk menuju ruang pertemuan, meninggalkan Alea sendiri begitu saja. Meja terlihat rapi dan bersih, tidak meninggalkan sesuatu apapun di atasnya.

“Aku yakin, ada sesuatu yang akan Jane lakukan padaku,” bisik Baswara dalam hatinya.

Dugaan Baswara benar. Bukannya mencari sesuatu, Jane malah memilih duduk di atas meja dengan sikap menggoda. Membiarkan sebahagian pahanya terbuka, begitu pula pada bagian dadanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status