Share

Sarwari

Author: Be Maryam
last update Last Updated: 2021-06-06 22:47:53

Resto mewah dengan ukiran disetiap dinding dan tiangnya. Deretan patung besar berdiri seakan menyambut tamu yang datang. Aroma lavender dan suara genggong menyempurnakan keindahannya. Resto dengan desain bali ini menjadi tempat istimewa dan kerap dikunjungi banyak pelancong. Terutama mereka yang berasal dari luar negeri, mengaku merasa nyaman saat berada di dalamnya. Tidak heran jika Sanjaya memilih tempat ini untuk mengadakan makan malam. Ruang VIP sudah dipesan dan kini Baswara terlihat duduk di sana.

“Hai Bas!” sapa Jane yang terlihat hadir seorang diri. Bergaun indah dan terbuka dibagian atas. Terlihat anggun dengan balutan warna putih, terlihat senada dengan keadaan resto.

“Hai,” jawab Baswara yang kemudian melirik ke sisi belakang Jane seakan tengah mencari seseorang.

“Daddy akan datang terlambat, begitu pula dengan Tuan Sanjaya,” jelas Jane yang begitu peka akan sikap Baswara.

“Oke,” jawab Baswara tenang dan kembali melirik ke layar gawainya. Hatinya bergemuruh, pikiran buruk kembali menghinggap. Jauh di dalam hati, ia bergumam, “Jangan bilang jika ide makan malam ini hanya untuk mendekatkan diriku dan Jane. Jika itu benar, maka aku akan menyelesaikannya lebih awal. Agar mereka tahu rasa tidak senangku.”

“Baswara, apakah kamu bisa membantuku memilih menu makanan?” tanya Jane yang kini membuka buku menu yang ada dihadapannya.

“Ya, tentu,” jawab Baswara dengan senyuman manisnya. Jane terlihat senang, baginya ini pertanda baik bahwa Baswara mulai membuka hati untuk mendekatkan diri padanya. Namun, ternyata dugaan Jane salah. Baswara meminta bantuaan seorang pelayan pria untuk membantu Jane menentukan menunya. Lalu kembali duduk sambil menatap layar ponsel.

“Sorry, Jane. Aku tidak ingin kamu dan ayahmu berpikir lebih untuk kedekatan kita,” gumam Baswara dengan wajah puas. Sebenarnya Baswara sadar benar akan sikap tidak santunnya yang terus menatap ponsel saat ada seseorang di hadapannya. Namun, ini menjadi salah satu caranya untuk memberitahukan kepada Jane rasa tidak senangnya.

Dari kejauhan Tuan Mark dan Sanjaya melangkah masuk memasuki ruangan Baswara. Keduanya berbincang hangat layaknya sahabat. Sepertinya mereka mulai membangun kedekatan untuk sebuah niatan yang sama, yaitu menjodohkan Jane dan Baswara.

Melihat kedatangan keduanya Baswara dengan segera menyimpan gawainya. Prasangka buruknya kini sirna, terbantah dengan kedatangan keduanya. Ternyata benar, ada hal yang membuat keduanya harus datang terlambat. Sepertinya yang Tuan Mark katakan, “Maafkan saya Baswara. Tuan James mengalami kendala dan tidak bisa hadir, hingga membuat saya datang terlambat,” ungkapnya dengan wajah merasa sungkan.

Makan malam berlangsung damai. Tidak ada pembahasan yang menuju perjodohan, hingga membuat Baswara nyaman dan membatalkan niatnya untuk pulang lebih awal. 

“Makanan Indonesia selalu terbaik. Meskipun saya tidak terbiasa dengan nasi, namun bumbu pada daging dan sayurnya membuat lidah saya puas,” ungkap Tuan Mark yang kini menyandarkan tubuh pada sandaran kursi dengan perut yang sedikit mengembung karena kekenyangan. Membuat Jane merasa malu, terlihat dari lirikan dan dahinya yang mengernyit.

Pembahasan berlanjut mengenai tempat destinasi yang ada di Indonesa. Beberapa tempat pilihan pun disebutkan, “Nusa Penida di Bali, Tamat Laut Bunaken di Sulawesi Utara, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Kepulauan Raja Ampat di Papua dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya takut Tuan akan merasa nyaman dan enggan kembali ke Amerika.”

Jawaban Baswara membuat Jane dan Tuan Mark tersenyum malu. Secara tidak langsung, sikapnya membenarkan perkataan Baswara. Keadaan seketika berubah riuh dengan tawa kecil saat Baswara menceritakan beberapa lucu menggunakan bahasa daerah. Meskipun Tuan Mark dan Jane terlambat tertawa karena harus dijelaskan terlebih dulu akan artinya, namun berhasil membuat Tuan Mark terpingkal senang.

Tidak terasa malam kian larut. Meskipun Tuan Mark terlihat masih betah, namun Jane memintanya pulang. Mereka berpisah, di mana Sanjaya pulang dengan supirnya dan Baswara mengendarai sendiri mobil sport kesayangannya.

“Sialan, kunci mobilku tertinggal,” seru Baswara saat berada di parkiran. Dengan sangat terpaksa Baswara kembali memasuki resto dan tanpa sengaja tertabrak seorang bocah kecil.

“Kamu?” ucap Baswara dan Soga secara bersamaan.

“Jangan mengaku dewasa jika kamu tidak mau bertanggung jawab! Tidak malukah kamu bertemu denganku?” ucap Soga dengan lantangnya. Ia berdiri tegak sembari menunjuk Baswara dengan tatapan tajam.

“Hei, bertanggung jawab? Apa yang sedang kau katakan? Aku tidak mengerti,bocah!” ucap Baswara sembari menahan amarahnya. Tangannya mengepal dengan wajah memerah, terlebih saat banyak mata menatap ke arah dirinya. Merasa hina dan direndahkan, Baswara hampir melayangkan tinjunya.

“Anak yang kau tabrak tempo hari. Kami yang menyelamatkannya.”

Dahi Baswara mengernyit, ia dengan yakinnya merasa tidak menabrak siapapun. Tatapannya kian tajam dengan suara mengintimidasi, ia berkata, “Tuan kecil Soga, bisakah kau menjelaskan maksud perkataanmu dan bisakah kau bersikap layaknya Tuan muda.”

Soga seketika tersadar, matanya menatap kesekitaran yang kini masih menatap ke arah mereka. Dengan refleks ia menepuk dahi dengan telapak tangannya, lalu menghembus napas berat dari mulutnya.

“Maafkan aku, aku terbawa emosi setiap melihat wajah anda,” ucap Soga, kali ini lebih lembut dan santun menunjukkan rasa hormat.

Baswara kian kesal, meskipun sikap Soga lebih baik dari sebelumnya, namun kata-katanya tetap saja merendahkan dirinya.

“Anda menabrak seorang pengamen kecil di jalanan. Tubuhnya terdorong keras saat anda menyalakan mobil sport merah dengan plat 134S,” jelas Soga yang terlihat mencoba mengingat nama jalan yang tengah mereka lalui tempo hari.

Dernyit dahi Baswara kian melengkuk dalam. Entah mengapa ia masih merasa tidak pernah mengalami hal yang Soga katakan.

Di lain sisi Kana, supir dan seorang pria dewasa sibuk mencari keberadaan Soga. Mereka berpencar dan mencari kesegala sisi. Keadaan resto yang luas membuat mereka cukup kesulitan menemukan Soga yang sering bersembunyi untuk menyibukkan mereka.

“Baiklah, jika benar apa yang kau katakan. Beritahu aku, di mana kecelakaan itu berada. Jika kau bisa menjelaskan dengan lengkap, maka aku akui kesalahanku dan aku akan bertanggung jawab sesuai keinginanmu,” tantang Baswara dengan tatapan merendahkan Soga.

Bocah itu terlihat berpikir keras, ia masih mengingat dengan baik jam dan tanggal kejadian. Namun, tidak dengan nama jalan. Ini membuat dirinya menjadi merasa malu karena tidak bisa membalas tantangan Baswara.

“Soga,” ucap seseorang sembari mendekati keduanya.

Tatapan mereka kini beralih pada orang itu. Wajah Soga seketika sumringah karena merasa yakin bisa mendapatkan jawaban yang ia butuhkan, namun tidak dengan Baswara. Ia memfokuskan tatapan mata dan meyakinkan diri akan sosok yang sedang ia lihat. Seseorang yang terlihat tidak asing itu kian lama kian mendekat ke arahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adoration   Hadiah Terindah

    Kana dan Soga dibawa ke sebuah tempat di kota kecil. Mereka melakukan perjalanan delapan jam lamanya. Menelusuri jalan sempit dengan banyak pohon tinggi di sekitaran. Jalanan yang menanjak dan udara yang sejuk seperti menuju puncak.“Bas, kita mau ke mana?” tanya Nesa yang merasa bingung akan jalan yang tengah mereka tuju.“Ke rumah kita,” sahut Baswara dengan senyuman.“Rumah kita? Maksudnya kamu beli rumah baru untuk kita?” tanya Kana yang merasa tak mengerti akan maksud ucapan Baswara.“Daddy ingin beri kejutan loh, Bun. Iya kan Dad?” sahut Soga yang kini mulai menikmati perjalanan. Bibirnya terus tersenyum. Sesekali ia membuka kaca jendela dan membiarkan angin menyapu lembut rambut merahnya.“Soga apa kamu siap?” tanya Baswara.“Oke, Dad.”Mobil pun berhenti di te

  • Adoration   Keluarga Baru

    Baswara tak sadarkan diri. Ia pun kini terbaring lemas di atas ranjang. Tertidur dengan wajah memucat dan pipi memerah. Bingung, Kana meminta dokter pribadi keluarga Soga untuk datang memeriksakan Baswara.“Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang berarti. Suhu tubuhnya pun normal, begitu pula dengan tekanan darahnya. Saya rasa Tuan Baswara hanya sedang kejang otot saat berenang. Yang kemungkinan karena tidak melakukan pemanasan sebelumnya,” jelas Dokter yang kemudian memberikan obat lalu permisi pulang.“Dad, rencana kita berhasil,” bisik Soga yang sedari tadi berdiri di samping Baswara. Sedangkan kana keluar kamar untuk mengantarkan dokter pulang.Baswara mengedipkan matanya. Lalu keduanya kembali berakting saat Kana memasuki kamar.“Soga ambilkan air hangat ya untuk Bunda,” ucap Soga yang dengan sengaja meninggalkan Baswara dan Kana berdua. Tak lupa ia me

  • Adoration   Tragedi di Kolam Renang

    Hari-hari dilalui dengan senyuman dan kebahagiaan. Kana tak menyangka kehdarian Baswara di rumah mereka mberhasil menyempurnakan hidup mereka. Pagi ini Kana telat bangun, betapa kagetnya ia saat melihat ke arah jam dinding.“Telat!” gumam Kana yang segera melompat dari tempat tidur. Ia merasa bingung sendiri harus ngapain. Terlebih Baswara sudah tak lagi ada di atas ranjang.“Tenang, tenangkan dirimu Kana. Basuh wajah dan ke dapur. Oke!” ucapnya yang kemudian lari ke kamar mandi.Kini Kana terduduk di depan cermin. Matanya terlihat sendu menatap wajahnya. Berulang kali jemarinya menyentuh bagian pipi dan mata.“Pucat banget yah, sembab gitu matanya. Apa aku pakai make up aja? Tapi aku enggak biasa pakai begituan. Aku ... ah, udah ah. Begini aja,” gumam Kana yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Kakinya melangkah membawa menuju dapur, te

  • Adoration   Perjuangan Meraih Restu

    “Pagi sayang,” sapa Baswara yang kini tersenyum menatap wajah Kana.“Udah jam berapa?” tanya Kana yang seketika kaget melihat Baswara sudah mengenakan kemeja rapi.“Kamu bobok aja. Aku harus melakukan panggilan video ke klien. Jadi aku harus mengenakan kemeja yang rapi kan?” ucap Baswara.Kana hanya bisa tersenyum geli melihat keadaan Baswara saat ini. Mengenakan kemeja dengan celana olahraga di bawahnya. Kana hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Baswara.“Jam empat?” gumam Kana yang tak menyangka bahwa ini masih pagi buta.“Yah, maaf kalau ganggu tidur kamu,” ucap Baswara yang kini kembali membuka kemejanya. Ia pun menaiki ranjang dan kembali berbaring. Tangannya memeluk manja tubuh Kana dengan kepala yang bersanda menyentuh lengan Kana.“Aku masih ingin tidur,” sambungnya setela

  • Adoration   Budak Cinta

    Tiada hari tanpa kemesraan dan kini Kana mulai terbiasa dengan hal ini. Tak hanya melakukannya di kamar, bahkan kini mereka berani melakukannya di banyak tempat. Seperti yang terjadi saat ini.Kana yang tengah asik duduk di taman pun dikejutkan akan kedatangan Baswara. Ia hadir membawa nampan berisi buah dan segelas jus jeruk. Bak pelayan yang sedang melayani putri raja, Baswara merundukkan badan untuk menyerahkan nampan.Seakan memainkan peran, Kana pun dengan angkuhnya berucap, “Sulangi saya!”Baswara pun tersenyum. Ia meletakkan nampan dan duduk di samping Kana. Tangan kanannnya siap hendak menyulangkan. Namun, bukannya mengangakan mulut. Kana justru kembali berlakon. Ia menunjuk ke arah lantai seraya berkata, “Enggak ada pelayan yang duduk sebangku dengan tuan putri!”“Ba, baik, Tuan putri,” ucap Baswara yang kini bangkit dan bersiap hendak berdiri dengan kedua

  • Adoration   Perjuangan Baswara

    Kana masih tidak menyangka ia telah menikah dengan Baswara. Hampir setiap malam ia tidak merasa tenang. Tidur dengan Baswara masih terasa asing untuk dirinya. Ia berulang kali menatap diri di cermin dengan jutaan perasaan yang bercampur aduk.“Kok aku jadi begini? Kenapa enggak bisa bersikap biasa aja?” gumamnya yang terus merasa ada sesuatu yang kurang dari wajahnya.Kembali teringat akan pembicaraan mereka di malam pertama. Saat itu Kana terlihat tak siap untuk tidur bersama Baswara. Sikapnya yang menjaga jarak dengan pria membuat ia bingung sendiri. Namun, ia sangat bersyukur karena Baswara sangat mengerti dirinya.“Kamu malu?” tanya Baswara sembari menatap genit Kana.“Ah, kamu udah makan?” tanya Kana mengalihkan pembicaraan.“Aku belum selera. Tapi aku mau makan yang ada di sini,” ledek Baswara. Ia semakin senang menggoda Kana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status