Keadaan kota begitu ramai, kemacetan di jalan, udara yang menyengat dan bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga selalu terdengar. Terkadang merasa lelah dan penat dengan semua keadaan ini. Namun, semua harus dijalani. Begitulah yang Sam rasakan pagi ini.
“Kemana aja sih, tuh anak. Sepertinya dia balas dendam ke aku. Dulu saat aku sakit, semua pekerjaanku dia yang atasi. Sekarang, dia dengan tenang menikmati liburan tanpa menghubungiku. Mau marah, tapi dia bosnya. Nasibmu lah, Nak,” gumam Sam dibalik gagang setirnya.
Setelah sekian lama berdiam diri karena kemacetan, akhirnya mobil Sam bisa kembali melaju menuju kantor. Baru saja mobil Sam memasuki arena parkir, sudah terdengar kebisingan dari arah pos satpam. Mau tak mau, Sam melangkah mendekati pos untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Kamu?” tanya Sam ke arah seorang gadis yang terlihat tak asing lagi baginya.
“Mana Baswara? Aku ingin bertemu!” ujarnya dengan lantang. Membuat kedua satpam yang b
Sam merasa lebih tenang setelah bertemu dengan Kana. Kana berhasil membuat ia berprasangka baik akan keadaan Baswara.“Kamu gadis yang luar biasa Kana. Kamu begitu lembut dan pengertian, tidak heran Baswara tergila-gila padamu. Meskipun aku begitu dekat dengannya, namun kamulah yang bisa mengerti dirinya. Aku jadi malu sendiri sudah mengaku-ngaku mengenal baik diri Baswara,” gumam Sam sembari mengendarai mobil kecilnya.Jalan terlihat sepi dengan langit yang berkabut. Udara dingin dan suara geluduk menemani perjalanan malam Sam. Sesekali ia melirik ke arah jam yang ada di tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan. Rasa lelah fisik dan pikiran membuat Sam ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, itu semua percuma, karena ia tetap merasa tak tenang karena belum mendapatkan kabar tentang Baswara.“Apa aku terima aja tawaran Kana untuk menghubungi teman baik Kana yang ada di sana? Eh, enggak deh. Takutnya malah timbul berita jelek lagi tentan
Pesawat penerbangan dari Amerika mendarat di bandara Soekarno Hatta. Seorang gadis berambut blonde terlihat melangkah anggun menggaet kopernya. Berjalan penuh pesona hingga membuat banyak mata melirik ke arahnya. Tak hanya fisiknya yang nyaris sempurna, namun gaya berpakaiannya pun indah layaknya putri raja. Senantiasa tersenyum dan terkesan ramah, membuat semua mata memandan takjub ke arahnya.Sebuah mobil pribadi siap menjemputnya, mobil mewah dengan seorang supir profesional di dalamnya.“Nona ingin saya antar langsung ke apartemen?” tanyanya dengan penuh santun.“Tidak, saya ingin ke suatu tempat. Rasanya tidak afdol jika tidak menemuinya terlebih dahulu,” ungkapnya dengan senyuman yang terkembang.Mobil mewah melaju dan menuju jalan kota. Keramaian lalu lintas dan kebisingan suasana jalan membuat dirinya cukup kesal. Namun, semua itu tidak berarti karena ia ingin menemui sang pujaan hati.Akhirnya tiba, setelah melewati
Sudah lima hari lamanya Baswara hilang kabar. Gawainya tak kunjung aktif dan juga tidak ditemukan keberadaannya di kampung halaman. Cemas dan bingung menghantui Sam yang kini diberi amanah untuk menggantikan posisi Baswara.“Pak, kenapa wajah Bapak begitu cemas? Ada apa, Pak?” tanya sekretaris Sam. Ia terlihat bingung akan sikap Sam yang terus saja berjalan mondar mandir dengan wajah kacau.“Saya pusing, Tuan Baswara tidak ada kabar sama sekali sampai hari ini,” ungkapnya dengan nada kesal bercampur cemas. Sepertinya kerisauannya begitu tinggi hingga membuat ia tak lagi mampu menahan untuk tidak mengatakannya.“Bukannya, Bapak bilang Tuan Baswara sedang mengunjungi Neneknya?”“Yah, itu dia. Saya sudah meminta kerabat saya yang ada di kota itu untuk mencarinya. Namun, tidak mendapatkan informasi apa-apa.”“Mungkin Tuan Baswara punya tempat khusus yang ia sukai di sana. Sekalian liburan dan melepa
Langit mulai gelap, terlihat para karyawan mulai keluar dari kantor, tidak terkecuali Sam. Dengan mobil tuanya, ia melaju tenang memasuki jalan tol untuk mengunjungi rumah sakit. Seperti saran yang diberikan Kana, ia harus kembali kontrol untuk memastikan keadaan jantungnya. Mobil terus melaju, angin dingin berselimut rintik hujan menemani perjalanan Sam. Hari semakin gelap hanya berteman pada lampu yang ada di sepanjang jalan. Mobil terus melaju, dengan segala beban berat yang ada di pundaknya, Sam berusaha tegar sembari menanti kedatangan Baswara kembali. Meski kesal dan kecewa, namun Sam tetap berusaha tegar. Semua ini demi Baswara-pemimpin sekaligus sahabat terbaiknya. Seperti biasa rumah sakit terlihat ramai dengan banyak mobil dan motor memenuhi area parkir. Sam dengan sangat hati-hati memarkirkan mobilnya di sudut jalan. Melangkah tenang memasuki area resepsionis untuk mendaftarkan diri. “Mba, mau daftar dengan Dokter spesialis jantung.” “Atas
Baswara membuka map dan mulai membaca semua data yang ada. Matanya membelalak dengan dernyit dahi yang begitu tebal, tangan mengepal lalu menghantam kuat meja yang ada di depannya. Mata itu kini memandang ke arah Sam yang masih berdiri mematung seakan bersiap menjadi papan sasarah panah kemarahan Baswara.“Apa-apaan ini?!” teriak Baswara yang segera berdiri dan mencampakkan semua data yang ada di dalam map. Berdiri dengan kasar mendorong kuat kursi hingga terjungkal.Seluruh rambut ditubuh Sam berdiri, terutama pada bagian tengkuk. Ketakutan Sam terbukti dan kini Baswara kembali menunjukkan sisi buasnya.“Sam, Samudera!” panggil Baswara memecahkan semua bayangan Sam.“Y, ya,” jawab Sam tergagap.“Duduklah! Berdiri terus apa enggak pegal kakimu?”“Eh, i, iya.”Sam duduk dan melihat Baswara masih terlihat tenang meskipun map sudah dibuka. Jantung Sam yang sedari tadi berdegum k
Sam sudah berada di dalam mobil dan bersiap hendak pulang. Namun, baru saja mobil dinyalakan, Baswara sudah hadir di pintu mobil dan memaksa untuk dibukakan.“Ada apa sih, Bas. Bukannnya kamu punya mobil dan sopir pribadi?” tanya Sam dengan suara lelah.“Pindah gih!” ucap Baswara yang dengan tenang meminta Sam meninggalkan kursi kemudinya. Kemudian Baswara masuk dan duduk di sana.“Mau kemana lagi? Menemui Kana?” tanya Sam dengan nada jengah.Baswara tersenyum dan tak menjawab. Melajukan mobil dengan sedikit mengebut, lalu berbelok dengan tikungan tajam hingga menimbulkan bunyi yang tak sedap di telinga.“Bas, Bas, Bas, kamu gila?” ungkap Sam yang terlihat ciut akan aksi nekad Baswara.“Kangen aja, udah lama banget enggak ngelakuin begitu.”“Kalau mau mati, enggak usah ajak-ajak, Bas,” jawab Sam dengan wajah tak senang.“Tenang saja. Enggak akan mati
Di salah satu rumah mewah yang ada di Amerika, tepatnya di kota Washington DC. Seorang pria duduk dengan lembaran kertas di tangannya. Wajahnya begitu berang dengan tatapan nanar. Mengepalkan tangan lalu melemparkan semua lembaran yang ada di tangannya.“Sialan! Siapa yang berani melawan Sanjaya!” teriaknya dengan penuh amarah. Semua urat berurat keluar dari tubuhnya. Berdiri dengan penuh kemarahan, Sanjaya menatap jauh halaman hijau yang ada dibalik jendela kaca.Dua orang pria berjas rapi hanya bisa berdiri kaku dengan kepala tertunduk. Mereka terlihat takut, dengan kaki yang bergetar pelan.“Jika saja aku berada di Jakarta, akan aku habisi anak sialan itu!” ungkapnya kembali dengan wajah menyumpah. Tangannya menunjuk tinggi seakan hendak mempersiapkan amunisi untuk menghancurkan seseorang.“Bagaimana bisa Baswara kecolongan begini?” umpatnya yang terus saja berang. Hingga akhirnya rasa sakit memaksanya duduk kembali
Mobil Sam tiba di rumah Kana. Tanpa diminta, Sam segera turun dan menghampiri penjaga. Ia meminta izin masuk dan menanyakan keberadaan Kana.“Silakan masuk, Tuan!” ucap satpam penjaga sambil melirik ke arah mobil. Sepertinya ia merasa curiga akan sosok yang berada di dalam.Mobil masuk ke dalam rumah setelah pintu terbuka. Terparkir tepat di sudut taman. Sam melangkah mendekati pintu menunggu kehadiran Kana yang lebih dulu dihubungi satpam penjaga. Sedangkan Baswara menghampiri penjaga yang sudah lebih dulu tersenyum kepadanya.“Eh, Tuan. Pikir siapa,” ujarnya sambil cengengesan.“Bapak sudah makan?”“Udah, Tuan.”“Ini ada makanan buat Bapak,” ujar Baswara sembari menyerahkan sekotak makanan berisi martabak terang bulan.Kotak makanan itu diterima dengan senyuman yang begitu lebar. Ia dengan lahap segera menyantap makanan yang menjadi kesukaannya. Meski baru beberapa kali men