Share

Toyadi

Sam terbujur kaku di atas ranjang, berbalut baju serba putih dan dikelilingi banyak bunga. Tertidur begitu lelap dengan kulit yang memutih bak kapas. Tiada tanda-tanda kehidupan, terbaring tenang menunggu penguburan.

“Bas, Baswara,” panggil seorang wanita dengan nada yang lembut. Membuat Baswara tersadar akan lamunan dan pikiran buruknya.

“Meeting akan segera dimulai,” sambungnya.

Ternyata Jane datang untuk memanggil Baswara yang sedari tadi terlihat melamun di balkon hotel.

“Ya,” jawab Baswara yang kemudian berbalik badan dan mengikuti langkah Jane.

Terlihat jelas tubuh Jane melenggok dihadapannya. Tubuh tinggi berbalut pakaian yang indah berhasil menyempurnakan penampilan Jane. Tidak hanya itu, aroma parfum yang khas serta kecerdasannya saat pertemuan cukup berkarisma meskipun belum bisa mengalahi kekuatan karisma Baswara.

“Maaf Jane. Mungkin kamu memiliki banyak hal yang begitu diinginkan wanita. Namun, aku tidak yakin kamu memiliki sikap tulus seperti yang dimiliki Kana. Mungkin kita bisa sukses jika menjalani perusahaan secara bersama, namun bukan berarti kamu mampu menyempurnakan kebahagiaan jika menjadi istriku,” gumam Baswara dengan tatapan dingin.

Pertemuan kembali berjalan sukses. Semua ide brilian Baswara diterima dengan mudah oleh pihak asing. Tiada pertentangan, bahkan proyek itu dengan mudah dipahami hingga tidak ada sedikit pun pertanyaan yang keluar. Singkat dan memuaskan, begitulah yang mereka katakan. Kekaguman akan sosok Baswara semakin terlihat. Keyakinan akan kelangsungan kerja sama keduanya semakin terlihat jelas. Esok merupakan hari penandatanganan kontrak, setelah itu Baswara tidak lagi perlu bertemu dengan Jane. Setidaknya keadaan ini bisa membuat Baswara sedikit merasa lega.

“Tuan Sanjaya, pertemuan berjalan dengan baik dan sangat memuaskan. Bahkan masih menyisakan banyak waktu. Bagaimana jika kita melakukan makan malam bersama hari ini?” tanya Tuan Mark dengan tatapan penuh rencana. 

Sepertinya Sanjaya menyadari maksud terselubung dibalik ajakan makan malam, hingga ia berkata, “ya, bukan ide yang buruk. Kami akan memesan tempat dan sekretaris saya yang akan mengabarinya nanti,” jawab Sanjaya tanpa beban. 

Tetapi tidak dengan Baswara yang berencana melihat keadaan Sam dan memindahkannya ke rumah sakit lain. Meskipun kesal, namun Baswara berusaha memperlihatkan wajah tenang dengan senyuman terbaiknya.

“Maaf, saya ....”

Ucapan Baswara terhenti kala Sanjaya mengatakan, “Baswara memiliki banyak rencana dan ia begitu perduli akan keadaan bawahannya. Mungkin ia akan datang terlambat untuk datang makan malam ini,” pungkas Sanjaya sembari melirik tajam ke arah Baswara.

“Ya, begitulah. Sekali lagi, saya mohon maaf,” ucap Baswara sembari menundukkan wajahnya.

“Saya tidak menyangka bisa menemukan pemimpin seperti anda, Tuan Baswara. Sepertinya keberuntungan telah tiba, hingga saya bisa bertemu dengan anda. Besar harapan saya, anda bisa menjadi contoh baik untuk Jane kedepannya. Tepatnya setelah penandatanganan kontrak kerja sama,” ucapnya dengan wajah penuh harap.

Baswara merunduk sambil tersenyum, tanpa kata ia bergerak pergi lebih awal. Kepergian Baswara membuat Jane kesal, karena Baswara mengabaikan dirinya begitu saja. Jauh di dalam hatinya, ia bergumam, “Ayolah, kamu bisa menolakku sekarang. Tapi tidak kedepannya. kita lihat saja, aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku.”

Mobil merah milik Baswara terlihat melaju di jalanan sepi. Jalan tol yang mengarah ke rumah sakit tempat Sam berada.

“Semoga pemikiran tadi, hanyalah pemikiran buruk sesaat. Aku harus menjagamu dengan baik Sam. Kini saatnya, aku bekorban untukmu,” gumam Baswara dengan tatapan nanar.

Mobil sport merah kini mendarat indah di parkiran rumah sakit. Tidak seperti biasanya, rumah sakit terlihat riuh. Ada banyak orang yang berkerumun di depan ruang unit gawat darurat. Sepertinya telah terjadi kecelakaan. Tidak heran ini terjadi, karena hanya ini rumah sakit terdekat. Selebihnya klinik kecil yang hanya bisa mengatasi penyakit ringan.

Baswara melangkah gagah menuju ruangan Sam. Terlihat ruangan itu sepi dengan keadaan yang tertata rapi. Membuat Baswara bingung dan segera menemui perawat di mejanya.

“Di mana pasien yang berada di ruang ujung?” tanya Baswara dengan wajah kalut.

“Oh, pasien atas nama Samudera sedang melakukan terapi di ruang lain. Apakah Tuan ingin menunggu di sini atau menemuinya di ruang terapi?” tanya perawat sambil menatap wajah Baswara. Terlihat jelas akal Baswara sedang tidak berada di sini. Dengan bijaknya perawat itu kembali berkata, “Mari saya antar ke ruang terapi!”

“Ya,” jawab Baswara yang kini kembali tersadar akan lamunannya. Sepertinya keadaan Sam cukup menghawatirkan, hingga Baswara kerap berpikir buruk akan keadaan yang mungkin terjadi.

Diluar dugaan, Sam lebih ceria dengan wajah cerah. Ia terlihat jauh lebih baik. Meskipun demikian, bukan berarti Sam tidak harus melanjutkan pengobatan. Keadaan buruk bisa saja benar-benar terjadi, jika Sam mengabaikan terapi demi terapi yang harus ia jalani.

“Apakah kamu sudah lama menunggu di sini, Bas?” tanya Sam yang terlihat kaget sekaligus senang akan keberadaan Baswara di hadapannya.

“Tidak juga, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu menikmati liburanmu? Dan melupakan pekerjaanmu, Sam?” tanya Baswara yang dengan senang hati meledek Sam. Baginya hanya cara ini yang bisa ia lakukan untuk menutupi kegelisahannya. Terlebih, Sam selalu peka akan semua keadaan dirinya.

“Tenang saja, aku bisa bekerja sambil terapi kan? Atau ... kau boleh memotong gajiku selama aku tidak masuk. Itu akan menjadi adil bukan?” ungkap Sam dengan kedua alis mata yang bergerak naik turun.

“Tidak Sam, aku tidak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku pemimpin yang kejam. Aku masih manusia, belum menjadi iblis,” balas Baswara diikuti senyuman. Keduanya terlihat tertawa kecil. Ledekan demi ledekan yang mereka lontarkan berhasil menunjukkan kedekatan keduanya. Tidak hanya itu, perawat yang sedari tadi mendorong kursi roda Sam pun turut tersenyum mendengarnya.

“Sore ini kita kan pindah rumah sakit, aku sudah mengurus semuanya. Aku harap kau menjalani terapi dengan baik. Aku tidak ingin kau membantah dan menyulitkanku,” ucap Baswara dengan tenangnya.

“Baiklah, Tuan Baswara,” ledek Sam sembari merundukkan kepalanya.

“Aku sudah meminta seseorang mengurus kepindahanmu. Ada makan malam mendadak dengan pihak asing, aku harus segera kembali dan bersiap.”

Mobil sport merah kembali melaju di jalanan. Kesedihan kembali terpancar pada wajah Baswara, matanya berkaca-kaca seakan menunjukkan rasa takut kehilangan. Namun, semua harus tetap berjalan meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Cukup lama Baswara berada di dalam kamar mandi. Terduduk di atas lantai dengan curahan air yang turun deras membasahi seluruh kulitnya. Duduk dengan air mata yang juga turut mengalir disela-sela bulir air. 

Wajahnya menunjukkan rasa lelah, tubuh gagah itu kini terlihat melemah. Namun, senyum bahagia dan wajah tenang harus segera ia pasang. Tidak boleh ada yang tahu keadaan hatinya. Melangkah gagah memasuki resto yang telah disiapkan.

Tepat di area parkir, terlihat sebuah mobil mewah bewarna putih gading juga teparkir di sana. Seorang wanita dan bocah kecil melangkah masuk menuju resto juga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status