"Jenderal! Tuan Kido memintamu pulang lebih cepat hari ini!"Zerito tersadar kembali oleh ucapan pengikutnya.Zerito mengernyit dengan heran."Apakah Kakek mengatakan apa masalahnya?"Kakek dulunya adalah perdana menteri, tetapi sudah lama Kakek mengundurkan diri dari jabatan itu.Biasanya, Kakek suka bersemedi dan meditasi guna menenangkan tubuh dan pikiran.Masalah apa yang membuat Kakek begitu cemas?Empat jam kemudian.Zerito pulang ke Kediaman Yanata usai bertugas.Pelayan yang sudah lama menunggu menggiring kuda Zerito dan mengingatkannya, "Tuan Muda Zerito, Tuan Kido memintamu langsung menemuinya."Tuan Kido tinggal di Halaman Utama kediaman.Ketika Zerito tiba, beberapa orang sudah duduk di aula depan.Termasuk ibunya, serta Bibi dan Paman dari Halaman Barat.Kakek duduk di kursi utama, dengan seorang pemuda berdiri di sisi kanannya.Zerito tidak mengenal pemuda itu.Pemuda itu juga tidak terlihat seperti pengawal di kediaman."Kakek." Zerito memberi hormat pada Tuan Kido.Tuan
Wirano terus mengikuti Tuan Kido.Tuan Kido tiba-tiba berhenti dan bertanya sambil membelakanginya."Kalau kamu hanya menginginkan barang ibuku dan tidak ingin kembali ke Kediaman Yanata, kenapa kamu kembali lagi hari ini setelah kabur tadi malam?"Wirano bisa kabur begitu saja setelah mengambil lukisan itu.Mendengar itu, telapak tangan Wirano dibasahi keringat.Alasannya adalah dia sama sekali bukan penyusup tadi malam!Namun, tentu saja Wirano tidak bisa menuturkan kebenarannya.Wirano berkata dengan serius."Aku hampir tertangkap saat mengambil lukisan tadi malam, mana ada waktu untuk mencuri yang lain?""Setelah pulang dan dipikirkan lagi, aku seharusnya mengambil barang ibuku secara terang-terangan. Jadi, aku datang untuk menemuimu."Tuan Kido tidak bertanya lebih lanjut.Wirano menatap punggung Tuan Kido. Dia tidak bisa melihat ekspresi pria tua itu.Tidak tahu apakah Tuan Kido memercayainya atau tidak....Di suatu penginapan di dalam kota.Nabila merawat Yohan secara pribadi.
Wirano tidak takut walau menghadapi begitu banyak orang.Wirano bahkan menangkis bilah pedang terdekat menggunakan jarinya dan berbicara dengan Tuan Kido."Aku tidak berniat untuk membunuh. Aku menyelinap ke dalam Kediaman Yanata tadi malam untuk mencari kerabatku."Wajah Tuan Kido tetap muram."Mencari kerabat?""Anak muda, ini Kediaman Yanata. Siapa kerabatmu?"Wirano mengeluarkan lukisan Risa dari dalam sakunya."Ini dia."Ekspresi Tuan Kido berubah drastis begitu melihat lukisan tersebut."Dari mana kamu mendapatkan lukisan ini?"Wirano berterus terang."Aku curi dari Kediaman Yanata tadi malam."Di balik rambut putihnya, ekspresi Tuan Kido dipenuhi kesedihan."Kamu bilang ini orang yang kamu cari? Apa hubungan kalian?"Wirano mendekatkan lukisan itu ke wajahnya."Kami sangat mirip, bukan?""Dia ibuku.""Omong kosong!" bentak Tuan Kido.Cerita ini sungguh konyol.Seorang penyusup mencuri lukisan Risa dan mengaku adalah anak Risa karena wajahnya yang mirip?Sekalipun merindukan putr
Setelah diputuskan bahwa Wirano harus pergi ke Kediaman Yanata, Nabila langsung memberitahukan semua itu pada Wirano.Wirano terbengong untuk waktu yang lama setelah mendengar seluk-beluknya.Wirano mengeluarkan potret ibunya yang selalu dia bawa dan bertanya dengan polos."Jadi ... ini bukan ibuku?"Yohan menggerutu dalam hati, orang sebodoh ini pasti bukan keturunan Keluarga Kirian.Jika dipikirkan lagi, bukankah ada cukup banyak orang bodoh di Keluarga Kirian?Marcus adalah salah satunya.Marcus berkolusi dengan musuh demi memperebutkan takhta, bahkan kehilangan nyawanya.Nabila menanyai Wirano dengan serius."Maukah kamu pergi ke Kediaman Yanata?"Wirano ragu sejenak, lalu mengangguk dengan kuat."Aku juga ingin selidiki apakah ini ibuku atau bukan! Aku ingin menangkap Dorado dan membantu Kak Yohan menetralkan racun dalam tubuhnya!"Yohan memberi pesan dengan sikap dingin."Jaga dirimu baik-baik."Wirano tersenyum lebar. "Kak Yohan, alangkah baiknya kalau kamu memang kakakku!"Wira
"Selir Risa?" Nabila tidak pernah mencari tahu detail tentang orang itu.Bagaimanapun, itu adalah selir mendiang Kaisar.Kalau begitu, keterangan "Risa Yanata" pada lukisan tersebut adalah nama wanita itu.Yohan berkata dengan suara pelan."Selir Risa adalah selir kesayangan mendiang Kaisar.""Tapi Selir Risa sepertinya dipaksa masuk ke istana. Dia selalu bersikap dingin terhadap mendiang Kaisar.""Meski begitu, mendiang Kaisar tetap sangat menyayanginya.""Saat aku masih kecil, Selir Risa sudah bunuh diri. Semua orang bilang dia tidak tahan berada di dekat seseorang yang tidak dicintainya."Nabila bertanya lagi."Di mana keluarganya?"Yohan menggelengkan kepala."Aku tidak tahu.""Yang aku tahu, janinnya juga mati bersamanya saat Selir Risa bunuh diri. Mendiang Kaisar berubah total karena kematian mereka.""Sejak itu, Selir Risa menjadi tabu di istana dan tidak ada yang berani mengungkitnya.""Oleh karena masalah Selir Risa, Mendiang Kaisar sering menasihatiku untuk jangan menyerahkan
Nabila menatap lukisan itu hingga terpana sejenak.Ketika pengawal menggeledah paviliun, Nabila langsung mengambil lukisan itu dan bergegas melarikan diri.Di Halaman Barat.Pengawal melapor pada Nyonya Riana dan suaminya."Nyonya, Tuan, penyusup itu belum tertangkap. Dia mungkin sudah kabur."Nyonya Riana terlalu mengkhawatirkan keselamatan putranya sehingga tidak punya waktu untuk menangani masalah tersebut.Suaminya berucap, "Serahkan hal ini padaku."Nyonya Riana mengangguk. Setelah itu, dia meraih manset pria itu dan mengingatkannya."Laporkan pada Ayah dulu agar dia berwaspada. Takutnya penyusup itu mengincar Ayah.""Baik."Setelah pria itu pergi, Nyonya Riana menanyai pelayannya dengan gugup."Apakah semuanya akan baik-baik saja?"Pelayan wanita menundukkan kepala dan menjawab, "Jangan khawatir, Nyonya. Ada banyak pengawal di kediaman ini, pasti bisa melindungi Nyonya dan Tuan Muda."Nyonya Riana tetap merasa gelisah.Hatinya hancur ketika dia melihat putranya yang terluka.Samp