Sesampai di kamar pengantin, ibu inang yang sedari tadi selalu berwajah murung itu memerintahkan para pelayan menyiapkan air mandi untuk ratu.Dia mendorong Sifa dan tersenyum pada Nabila."Ratu, selama bertahun-tahun, Kaisar tidak pernah menghabiskan malam dengan selir lain kecuali Selir Utama, Anda jadi perempuan pertama yang dipilih olehnya."Sifa berdiri di samping sambil menatap ibu inang itu dengan bingung.Dia belum pernah melihat pelayan tua itu melayaninya dengan penuh perhatian. Di istana ini memang berlaku hukum rimba, yang kuat akan dipuja, yang lemah akan ditindas.Ternyata kedudukan perempuan di istana harem tergantung perlakuan Kaisar. Seorang perempuan tidak akan dihormati jika Kaisar tidak mencintainya, meski perempuan itu adalah seorang Ratu.Ibu inang berbicara banyak hal pada Nabila, tapi gadis itu sama sekali tidak menggubrisnya.Dia memberi perintah dengan nada bicara dingin. "Kalian semua boleh pergi, biar Sifa saja yang melayaniku di aula dalam."...Setelah mem
Sifa yang mendengar keributan pun langsung bergegas menuju aula dalam."Ratu, apa yang ter ...."Sebelum Sifa menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba dia mendengar kata "Pergi!" yang berasal dari dalam kelambu tempat tidur Nabila.Suara laki-laki!Sifa merasa ketakutan, dia pun ingin meminta bantuan.Tiba-tiba, seorang kasim datang dan segera menahannya, lalu berkata dengan marah."Dasar bodoh! Dia itu Yang Mulia!"Sifa tercengang.Yang Mulia?! Kaisar tiran yang sudah membunuh banyak orang itu?Ini sudah sangat malam, kenapa tiba-tiba dia datang?!Di dalam kelambu.Telapak tangan besar Kaisar itu menekan satu pundak Nabila, sementara tangannya yang satu lagi mencengkeram pergelangan tangan Nabila yang memegang belati. Dia menindih tubuh Nabila, seperti singa yang siap menerkam mangsanya.Nabila bisa saja melawan, tapi setelah tahu siapa laki-laki itu, dia pun mengurungkan niatnya.Dia tidak bisa melihat wajah laki-laki itu karena gelap.Tapi aura membunuh yang terpancar dari laki-laki it
Malam ini ditakdirkan untuk menjadi bencana, Nabila sudah menebaknya.Sejujurnya daripada harus menyerahkan kesuciannya pada Kaisar, tidak ada salahnya kalau Nabila harus melukai dirinya sendiri.Setidaknya dia tidak harus terus ditindih oleh Kaisar.Nabila merobek bagian bawah piamanya dan menjadikannya sapu tangan untuk dijadikan alas yang biasa digunakan pengantin baru untuk membuktikan bahwa dirinya masih perawan.Dia lantas mengangkat bagian bawah piamanya dengan satu tangan, satu tangannya memegang belati dengan posisi terbalik.Nabila sudah memutuskan untuk melakukannya, dia tidak bisa menolaknya.Dia berusaha menghibur dirinya sendiri, anggap saja ini luka biasa.Dari kecil sampai sekarang, dia sudah sering mendapat luka saat berlatih bela diri, 'kan?Setelah itu, dia dengan sekuat tenaga ....Pada saat ini, sebuah kekuatan besar menahan pergelangan tangannya.Nabila mengerutkan alisnya.Yohan kembali merampas belati itu. Kali ini dia berkata dengan nada bicara yang lebih tajam
Nabila sama sekali tidak terlihat seperti istri yang sedih karena dicampakkan suaminya. Dia mengenakan pakaian ratu yang mewah, seperti burung phoenix yang turun ke dunia.Tatapannya terlihat cuek dan datar, memancarkan sifat yang tidak mudah didekati seperti batu giok.Warna kulitnya tidak putih pucat seperti standar ratu kerajaan, kulitnya terlihat kemerahan dan kencang.Wajahnya berwibawa dan memancarkan aura bangsawan yang kuat, dia terlihat cantik dan dingin seperti putri es.Para pelayan istana sudah terbiasa melihat selir yang mempunyai sedikit kemiripan dengan Selir Kehormatan. Mereka merasa takjub saat melihat kecantikan Nabila.Putri bangswan yang tercantik memang tidak bisa disamakan dengan wanita biasa.Sejak terjun di dunia persilatan, menyamar dan berpura-pura sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh Nabila.Kecantikan menjadi masalah baginya, terutama di kamp militer.Istri gurunya mengatakan bahwa Nabila sudah menyia-nyiakan kecantikannya. Dia tidak tega melihat waja
Rio merasa sedikit kesal dan mencoba menasihatinya."Apa yang Kaisar lakukan terhadap Ratu itu kejam."Yohan sudah pergi, hanya punggungnya yang terlihat. Meski demikian, wibawanya tetap terasa.Ujung pakaian Yohan tertiup angin, dia menuruni tangga dan melihat ke arah yang jauh. Dia dapat melihat pemandangan seluruh taman istana dan peternakan kuda, termasuk Ratu yang berhasil menaklukkan kuda.Nabila yang menunggangi kuda itu terlihat seperti gadis dalam ingatannya....Karena masih merasa syok, Ibu Suri kembali ke Istana Giok terlebih dulu.Sementara Nabila kembali ke istananya sendiri, Istana Rubi.Menurut aturan kerajaan, para selir harus memberi hormat pada Ratu.Tapi selir yang datang untuk memberi hormat pada Nabila hanya sedikit. Kebanyakan dari mereka mengeluh sakit atau sedang mempunyai urusan lain.Nabila juga tidak mau berbasa-basi dengan mereka. Setelah menyapa sebentar, dia lantas menyuruh mereka untuk pergi.Beberapa saat kemudian, seorang pelayan datang untuk menyampai
Sepertinya dia baru saja keluar dari Istana Giok. Saat berpapasan dengan Ratu, dia langsung memberi hormat."Salam hormat, Kakak Ipar!"Rio memanggil Nabila dengan sebutan Kakak Ipar, bukan Ratu. Sepertinya dia cukup akrab dengan Kaisar.Sifa tercengang saat melihat Rio.Pangeran Rio tampan sekali! Kulitnya putih, sikapnya sopan dan elegan! Sifatnya ini jauh lebih baik dari si Kaisar Tiran yang tidak berperasaan itu!Andai saja Nabila menikah dengannya ....Saat memikirkan hal itu, Sifa langsung menghentikan pemikiran konyolnya.Aturan istana sangat ketat, tidak seperti di kamp militer di mana dirinya bisa berbicara bebas dengan laki-laki.Saat Nabila hendak pergi, Rio kembali berbicara."Saat menyaksikan eksekusi kemarin, apa Ratu merasa terkejut?"Nabila terlihat fokus, dia lantas menjawab dengan cuek. "Tidak.""Kebetulan aku melihat langsung saat kakak Ipar berhasil menaklukkan kuda itu, Kakak Ipar memang hebat! Sebenarnya Kaisar menyukai wanita yang bisa menaklukkan kuda. Bisa jadi
Saat Kaisar mengangkat tubuh Nabila dengan paksa, percikan air di dalam bak mandi itu menimbulkan riak.Nabila dengan refleks menutup bagian depan tubuhnya dengan kedua tangannya.Bagian belakang tubuhnya terlihat.Tanpa memikirkan apa-apa, tatapan Kaisar tertuju pada bagian belakang pinggang Nabila.Tidak ada bekas luka di pinggangnya.Pinggangnya terlihat bersih dan kencang.Yohan mengerutkan alisnya, tatapannya terlihat dingin dalam waktu yang lama.Telapak tangan Nabila terasa panas, dahinya sedikit berkeringat.Baru saja dia mengalihkan kekuatannya untuk melenyapkan bekas lukanya dengan sangat cepat.Namun karena dia melakukannya dengan sangat cepat, tenaga dalamnya banyak terkuras.Saat ini dia sangat lemah.Kaisar Tiran itu tidak lantas percaya begitu saja.Setelah itu, Kaisar memegang pinggang Nabila dari samping dengan telapak tangannya yang besar. Dia lantas menekan ujung ibu jarinya dengan keras ke arah belakang pinggang Nabila."Aarrgghh!!!" Nabila tidak bisa menahan teriak
Ruang Kerja Istana.Kaisar yang sedang melakukan evaluasi itu menghentikan gerakannya, tatapannya terlihat dingin."Ratu menginginkan Cap Emas?"Kasim yang menyampaikan pesan itu terlihat gemetaran."Benar, Yang Mulia. Ratu menunggu di luar untuk meminta Cap Emas."Saat ini, Cap Emas itu berada di tangan Cindy.Bukankah Ratu sengaja mencari masalah?!Kasim itu ketakutan dan berkeringat dingin, dia takut Kaisar akan melampiaskan kemarahan padanya.Sesosok bayangan terlihat dari jendela di belakang takhta berukir naga.Cahaya terang dan gelap terlihat di wajah Kaisar, mata panjangnya yang sipit itu terlihat tajam dan berbahaya seperti mata elang."Katakan padanya, kalau dia terus merasa gelisah, aku akan membuangnya.""Hamba mengerti!"....Di luar Ruang Kerja Istana.Tatapan Nabila terlihat tenang, ekspresinya datar, dia terlihat seperti tidak peduli dengan urusan dunia.Kasim itu menyampaikan pesan kasar dan mencoba membujuk Nabila."Ratu, sebaiknya anda kembali ke Istana Rubi saja.""
Desas-desus tentang si kembar mendatangkan malapetaka bagi negara semakin tersebar luas.Meskipun Yohan mengutus orang untuk menekannya, sulit menghentikan mulut semua orang.Di istana.Para menteri tua itu menandatangani petisi yang menyuruh Kaisar dan Ratu untuk mengikuti peraturan lama dengan mengusir pangeran kedua.Apalagi di luar terlalu banyak gosip, jadi semua itu harus ditekan lebih dulu untuk menenangkan hati rakyat.Di Ruang Kerja Istana.Kaisar sangat marah.Dia menjatuhkan buku ke lantai tanpa melihatnya.Akan tetapi semakin dipikirkan, semakin jengkel jadinya. Dada Yohan agak sesak dan napas agak tersengal.Leonard membujuk Kaisar untuk tenang sambil memberi isyarat kepada anak angkatnya.Tidak lama kemudian, Nabila datang.Nabila memberi isyarat agar yang lain pergi sebelum mengambil buku di lantai.Saat melihatnya, kerutan di kening Yohan mengendur. Dia hanya bisa memaksakan senyuman karena tidak ingin Nabila khawatir."Nabila, kenapa kamu datang kemari?"Dia tanpa sada
Dafka mengenakan baju hujan dan topi bambu. Dia segera melepas topi bambunya sebelum memberi hormat kepada Kaisar dan Ratu dengan tangan ditangkupkan."Hormat kepada Kaisar, Yang Mulia Ratu! Kali ini aku kembali untuk menerima hukuman!"Dafka gagal melindungi Kaisar, menyebabkan Kaisar diculik oleh orang Jaming dan dirinya sendiri terluka parah. Baru sebulan yang lalu dia sadar sepenuhnya.Dia bergegas kembali tanpa menunggu lukanya sembuh.Dafka tahu dia telah melakukan kesalahan besar dan tidak layak lagi menjadi pengawal kekaisaran.Yohan menatap Dafka. Bagaimanapun, orang ini telah bersamanya selama bertahun-tahun dan memiliki hubungan baik."Baguslah kalau sudah kembali." Sebagai seorang Kaisar, tidak ada kata-kata emosional yang tidak perlu.Dafka mengangguk dan segera berdiri di belakang Kaisar untuk melindunginya.Baron berdiri di belakang Nabila, menyikut Dafka dengan lembut sambil mengedipkan mata dan bertanya dengan suara rendah."Kamu terluka parah? Masih bisa memegang peda
Rega tidak benar-benar mendambakan Ratu, dia hanya ingin membalas dendam pada Yohan karena mendesaknya untuk menikah.Semakin marah Yohan, Rega akan merasa semakin senang.Nabila juga bisa melihat Rega mirip dengan Pangeran Rio, orang yang menyembunyikan kekejaman di balik senyuman.Mungkin orang yang blak-blakan seperti Yohan tidak akan bisa menang."Kaisar itu mengkhawatirkanmu, kamu tidak perlu begini. Mengenai perebutan takhta, semua itu terjadi di luar dugaan. Tidak peduli seberapa suka bercanda dirimu, tetap saja tidak boleh mengungkit masalah ini." Nabila mengingatkan Rega dengan sikap protektif.Tidak masalah untuk bercanda, tetapi jangan berbicara sembarang dalam masalah penting.Amarah Yohan tiba-tiba meluap dan dia memegang tangan Nabila.Rega menangkupkan tangan."Aku telah salah bicara."Yohan berkata dengan tegas, "Ini bukan hanya tentang takhta, kamu juga harus mengerti kalau mendiang Kaisar telah memilih Nadine untukmu, jadi apa maksudmu aku merebutnya darimu?"Rega ber
Yohan selesai mandi dan berganti pakaian bersih.Saat melihat kedua putranya lagi, ternyata pengasuh sedang menyuapi mereka.Dia duduk di sebelah Nabila dan bertanya dengan suara rendah."Si bungsu selalu menangis, bukankah dia terlalu lemah?"Sudut bibir Nabila terangkat."Kudengar Ibu Suri bilang saat kecil kamu juga seperti ini."Ekspresi Yohan agak membeku."Mana mungkin? Putra sulung yang sama denganku."Nabila mengambil cangkir dan menyesap teh sebelum berkata dengan santai."Ibu Suri bilang si bungsu mirip denganmu."Yohan tidak akan bisa mengakuinya.Yohan selalu merasa mustahil dia seperti itu saat masih kecil.Setidaknya tidak akan "memercik" ke mana-mana.Guntur bergemuruh di luar, tetapi kedua anak itu tidak menunjukkan rasa takut karena ayah dan ibu ada di sisi mereka.Akan tetapi, tidak semua anak begitu beruntung.Banjir menyebabkan banyak anak terpisah dari orang tua mereka.Untung saja Yohan mengambil tindakan pencegahan lebih dulu dan menyuruh pemerintah memberikan ba
Sifa mengkhawatirkan Rega dan memohon untuk masuk ke istana.Dia baru bisa merasa lega setelah mengetahui Kaisar mengutus seseorang untuk menyelamatkan Rega.Hujan kali ini sangat deras sehingga seluruh Kota Zordo diselimuti air hujan dan langit mendung, membuat orang lesu.Seolah dunia akan segera berakhir.Payung yang Sifa pegang bergoyang tertiup badai, membuatnya tidak mampu berdiri dengan mantap.Para pengikut Sean juga terlihat sama menyedihkannya dengan Sifa.Sifa kenal pria bernama Sean itu, dengar-dengar dia adalah teman baik Yang Mulia Ratu.Dia menanyakan beberapa pertanyaan dengan ramah.Pengikut itu terlihat sedih seolah akhirnya telah menemukan seseorang untuk diajak bicara dan berkata dengan jelas."Saat Tuan Muda mendengar Yang Mulia Ratu telah melahirkan anak kembar, dia berencana datang ke Kota Zordo untuk mengirimkan hadiah. Tidak disangka dia akan begitu sial sehingga langsung tersapu banjir setelah tiba.""Tuan Muda terpeleset dan jatuh ke air.""Aku ingin menyelam
Hujan deras membuat Yohan mengkhawatirkan mata pencaharian masyarakat.Dikatakan bersiap menghadapi hari hujan, belum lagi sekarang hujan sudah mulai turun.Di tengah malam, Yohan buru-buru memerintahkan pengawal untuk memeriksa berbagai tempat.Hal ini mencegah pejabat setempat berbohong tentang bencana yang akan mengakibatkan tertundanya bantuan bencana.Begitu banjir terjadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menangani para korban.Saat Yohan kembali ke kamar, hari sudah hampir fajar.Nabila tidak tidur dan berinisiatif untuk memegang tangan Yohan saat pria itu menaiki kasur."Semuanya sudah ditangani?"Yohan mengangguk, terlihat agak linglung."Semua yang bisa dilakukan sudah dilakukan."Nada suara Nabila lembut, "Lakukan yang terbaik dan serahkan sisanya pada takdir."Yohan memeluk Nabila dan berkata sambil tersenyum."Tidak pernah kusangka kamu akan punya sisi lemah lembut."Nabila langsung tersedak."Kamu juga sama."Saat baru bertemu dengan Yohan, Nabila tidak merasa
Kedua anak itu membuka mata lebar-lebar dan menatap Nabila.Nabila terlihat tidak berdaya dan bertanya kepada Yohan."Jelaskan, kenapa aku meninggalkan suami dan anakku?"Nabila duduk tepat di sebelah Yohan dan memeluk salah satu anak.Yohan menatapnya dengan cermat."Kalau tidak mau orang lain tahu, jangan dilakukan.""Kabar Ratu memilih pria kesayangan di perkemahan militer telah tersebar luas."Meskipun begitu, Yohan tahu itu hanyalah rumor.Dia hanya ingin mendengarkan penjelasan Nabila.Nabila berjanji pada Putri Agung kalau dia tidak akan memberi tahu siapa pun tentang dirinya mencari suami sebelum masalahnya selesai.Jadi Nabila hanya tersenyum pada Yohan."Yang penting ini bukan untuk diriku sendiri.""Jangan-jangan ini membuatmu rendah diri?"Pangeran Clayton dalam pelukan Nabila bersandar di bahunya, terlihat sangat manja.Anak itu tidak tahu apa yang dibicarakan orang dewasa, hanya tahu kalau pelukan ibu terasa sangat hangat.Saat Yohan ingin bertanya lebih jauh, anak di dal
Selir Nita menganggap kedua pangeran itu sebagai anaknya sendiri. Kalau bukan karena takut melihat wajah ketus Kaisar, dia ingin datang ke Istana Rubi setiap hari.Melihat wajah kedua pangeran itu, Selir Nita merasa harem ini tidak terlalu membosankan.Tidak disangka saat sedang menggoda kedua pangeran, Putri Agung datang.Selir Nita langsung tercengang."Kak?"Putri Agung yang ada di depan ini telah berubah drastis sampai Selir Nita tidak berani mengenalinya.Putri Agung menatap Selir Nita dengan mata menyipit, lalu melihat ke sekeliling."Mana Yang Mulia Ratu?"Selain kedua pangeran, hanya ada Selir Nita dan pelayan di istana ini.Ada yang tidak beres ....Selir Nita menjelaskan tanpa memusingkannya."Barusan Pangeran Arvin menjatuhkan batu tinta dan menodai tubuh Yang Mulia Ratu. Dia pergi ke ruang dalam untuk berganti pakaian."Putri Agung tiba-tiba melangkah maju untuk meraih pergelangan tangan Selir Nita dan bertanya dengan suara rendah."Terus apa yang kamu lakukan di sini?""Ni
Permaisuri Agung meninggal tanpa sempat melihat wajah keturunannya.Di dalam ruang meditasi Gunung Junga, para pelayan berlutut sambil menangis tersedu-sedu.Di dalam istana.Di Istana Giok, Ibu Suri mendengar kabar buruk itu dan berdiri di samping kasur dalam kondisi syok untuk waktu yang lama.Saat Permaisuri Agung masih hidup, Ibu Suri begitu kasar dan bahkan bisa dikatakan kejam.Sekarang setelah meninggal, ternyata Ibu Suri merasa agak sedih.Ibu Suri menghela napas dan tenggorokannya tercekat."Mana Kaisar? Apa dia tahu tentang ini?"Bibi Asih buru-buru menjawab, "Ibu Suri, Kaisar telah mengutus orang ke Gunung Junga untuk menjemput Permaisuri Agung!"Keesokan harinya, peti mati Permaisuri Agung dibawa ke istana.Istana mengadakan upacara pemakaman untuk kematian Permaisuri Agung dan semua anggota keluarga kerajaan harus menghadiri pemakaman tersebut.Para selir di harem mengenakan pakaian berkabung untuk mengantar kepergian Permaisuri Agung.Di aula duka, tangisan terus terdenga