Share

Affair with CEO
Affair with CEO
Penulis: Luisana Zaffya

Prolog

Liora membekap mulutnya, menatap nanar stik berwarna biru muda itu ke cermin. Seluruh tubuhnya gemetar, lututnya melemah dan terhuyung jatuh di dudukan toilet. Selesai sudah. Ia sudah menghancurkan masa depannya yang sudah dipenuhi kenyamanan dan keamanan. Semua rancangan masa depannya runtuh dengan kehadiran buah hati yang datang tidak tepat. Bagaimana ia harus memberi tahu Jerome?

Denting bel apartemennya berbunyi. Liora terperanjat kaget. Jerome? Dengan panik ia segera melompat berdiri. Mengambil testpack di wastafel dan melempar bukti dosa besarnya ke dalam tempat sampah. Sekilas mematut wajahnya di cermin untuk menyembunyikan kepucatannya. Setengah berlari keluar kamar dan menghampiri pintu apartemen. Menghela napas sejenak sebelum membuka pintu dan memasang seulas senyum.

Senyum itu hanya sekilas bertengger di bibir Liora, ketika pintu terbuka dan ia belum sempat bereaksi ketika tubuhnya didorong mundur. Oleh seseorang yang jelas bukan Jerome Lim, tunangannya.

Daniel langsung menangkap pinggang dan memenjara tubuh Liora di dinding. Menyambar lumatan panas di bibir Liora sebelum wanita itu sempat berkedip. Melahap rasa manis yang seperti candu, tangannya mulai bergerak menelusup ke balik pakaian Liora. Bersamaan lumatannya yang semakin dalam dan panas.

Kedua mata Liora membulat. Tubuhnya menggeliat, mengusir gairah Daniel yang mulai merambati dirinya. Kedua tangannya mendorong dada Daniel. Melemparkan tatapan tajamnya.

“Hentikan, Daniel. Jerome sebentar lagi datang,” sergah Liora.

Daniel hanya tersenyum, sama sekali tak terpengaruh dengan kalimat Liora. “Aku melihatnya masuk ke lift. Kita masih punya lima sampai sepuluh menit untuk bersenang-senang.”

Liora melotot, menyelinap keluar dari kedua lengan Daniel yang mengurungnya dan membuka pintu apartemen. “Sebaiknya kau keluar sekarang.”

Daniel malah bersandar di dinding, menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan sikap santai. “Kau ingin melewatkan lima menit berharga kita begitu saja?”

“Cepat, Daniel. Jangan bercanda.” Liora mendelik penuh peringatan. Saat kepalanya bergerak ke arah luar sebagai isyarat pengusiran, tanpa sengaja pandangannya melihat pintu lift di ujung lorong terbuka dan Jerome muncul. Kontan ia melompat masuk dan mendorong pintu apartemen terbuka.

“Jerome, cepat sembunyi.”

Daniel memutar matanya, membiarkan Liora mendorong tubuhnya ke ruang tengah. Wanita itu tampak panik, sibuk mencarikannya tempat untuk bersembunyi. “Masuk ke kamar tamu, Daniel.”

Daniel menghela napas panjang, menuruti perintah Liora bukan karena takut pada sepupunya, tetapi karena kepucatan yang memenuhi permukaan wajah kekasih gelapnya tersebut.

Jantung Liora berdegup kencang, tepat ketika Daniel menghilang di balik pintu kamar tamu, pintu apartemennya terbuka dan Jerome melangkah masuk. Pria itu berhenti sejenak, menatapnya dengan kerutan tersamar di kening. Dengan napas tertahan, Liora memaksa seulas senyum sambutan untuk pria itu.

“Hai, sayang.” Liora mehampiri Jerome. Mengalungkan kedua lengan di leher Jerome. Namun ketika ia hendak menempelkan bibir, Jerome mengurai lengannya.

“Aku harus bergegas. Apa sekretarisku membawa pakaian gantiku?”

Liora melirikkan sudut matanya ke pintu kamar tamu sambil mengangguk. “Ya, ada di kamar.”

Jerome langsung melangkah melewati Liora.

“Aku akan menyiapkan secangkir kopi untukmu.”

Jerome tak menjawab dan menghilang di balik pintu.

Liora bergegas ke pintu kamar tamu. Daniel keluar. “Cepat, Daniel.”

Daniel kembali merapatkan tubuh mereka. Berusaha mencium bibir Liora.

“Lepaskan, Daniel.” Liora menggeliat dalam pelukan Daniel. Menatap panik ke arah pintu kamar tidurnya.

Daniel hanya terkekeh. Mengikuti arah tatapan Liora. “Tenang saja, baby.

“Daniel!” delik Liora mendorong tubuh Daniel menjauh darinya ke arah ruang tamu. “Keluar.”

“Katakan kau mencintaiku.”

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu, baby.” Daniel tersenyum puas, mencuri lumatan kecil sebelum benar-benar melangkah pergi seperti keinginan Liora.

Liora bernapas lega setelah Daniel benar-benar lenyap di balik pintu apartemen, Ia bergegas ke dapur. Membuat secangkir kopi untuk Jerome. Saat ia keluar dari dapur, Jerome melangkah keluar dengan penampilan yang sudah lebih segar.

“Kau sudah selesai?” Liora menyodorkan cangkir kopi di nampan kepada Jerome.

Jerome berhenti. Selama tiga detik penuh pria itu menatap wajah Liora. Kemudian turun ke arah

Dengan tatapan sedatar itu, Liora merasa seakan Jerome tengah mencari sesuatu di wajahnya. Membuatnya menahan napas dengan waspada. “K-kenapa kau menatapku seperti itu? A-apa ada yang salah dengan wajahku?”

Segurat senyum tersamar di ujung bibir Jerome. Kemudian pria itu menggeleng.

Liora tak tahu apakah harus merasa lega atau tidak dengan jawaban Jerome. Tiga tahun menjadi kekasih dan dua tahun bertunangan dengan Jerome Lim, hingga detik ini ia tak pernah mampu meraba emosi pria itu lebih dalam.

“Aku harus pergi.” Jerome melangkah melewati Liora.

“Kopimu?”

Jerome tak menjawab.

Liora terdiam. Meletakkan nampan di meja terdekat dan melangkah mengejar Jerome ke pintu. “Jerome?”

Jerome berhenti, menoleh ke arah Liora.

Liora tampak gugup. Kedua tangannya di depan perut tampak saling terpaut. “Ada sesuatu yang perlu kubicarakan denganmu.”

Jerome mengangkat salah satu alisnya, tampak berpikir kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam metalik dari dompet dan menyodorkannya pada Liora. “Lakukan apa pun yang kauinginkan. Kau tahu aku sibuk mengurus pekerjaan untuk persiapan pernikahan kita, kan?”

Pandangan Liora turun ke arah tangan Jerome. menatap kartu itu sesaat dan mengambilnya. Memaksa seulas senyum di kedua bibirnya lalu mengangguk. Menyembunyikan kecewa yang menyelimuti hatinya.

Liora masih tertegun di depan pintu apartemen selepas kepergian Jerome. Menatap kartu hitam di tangannya, meremas kartu tersebut dan satu tangannya menyentuh perutnya yang masih rata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status