“Pak.. Revan..”
“Kamu mau ke mana Lia?” suara baritone yang sangat dalam dari Pak Revan menembus hati Lia membuatnya entah kenapa ingin menangis dalam pelukan hangat ini.
Lia tak menjawab, namun malah menangis terisak. Membuat Revan mengurungkan niatnya untuk bertanya hal yang lainnya, dia hanya memeluk Lia makin erat dalam dekapannya.
Hampir sepuluh menit, Lia menangis terisak dalam pelukan bos nya, membuat kemeja Revan basah kuyup tepat di bagian dada di mana Lia menyandarkan wajahnya.
Setelah reda emosinya, Lia merasa malu. Perlahan dia menjauhkan tubuhnya dari dekapan Pak Revan. Revan yang merasa Lia mulai bergerak menjauh akhirnya mulai melonggarkan pelukannya.
"Tanah di makam Ibu masih basah, tapi mas Toni sudah ribut mau jual rumah Ibu! Kebangetan kamu Mas!" Ucap Lia sambil berusaha menahan emosi nya yang meletup-letup di dada."Ya bukan begitu maksudku, biar semuanya clear," jawab kakak kedua Lia dengan santai."Aku juga setuju dengan usul Toni," tiba-tiba Sandy, kakak pertama Lia muncul dan ikut berkomentar."Nanti kamu bisa ikut mas atau mau ikut Toni juga nggak apa-apa."Lia merasa tak bisa berkata-kata lagi, lidahnya terasa kelu."Nggak perlu! Aku bisa mengurus diriku sendiri!" Lia menghentikan kegiatan makannya yang belum selesai. Dia sudah tak punya napsu makan sama sekali.
Lia diajak masuk ke dalam restaurant yang sangat besar itu dan digiring menuju tempat duduk yang ada di dekat jendela dengan pemandangan taman yang sangat indah.Revan memperlakukannya dengan sangat sopan, dia bahkan menarik kursi yang akan diduduki Lia agar Lia dapat duduk dengan mudah.“Te.. terima kasih,” ucap Lia gugup.“Nggak usah gugup, Saya nggak akan macam-macam. Cuma mau temani kamu makan siang,” Revan mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum, sangat menawan.“Ehm.. “ Lia berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, dan duduk dengan tenang di kursinya. Ini benar-benar kali pertama baginya makan di tempat semewah ini, apalagi dengan seorang pria setampan atasannya itu.
Amalia kembali ke kantornya dengan jantung yang berdebar-debar tak karuan. Dia merasa takut.Takut jika dia ketahuan telah makan siang dengan Pak Revan, pasti semua teman kantornya sangat heboh walau sebenarnya Pak Revan mengatakan kalau itu semua tidak masalah buatnya.Apalagi kalau Novi sampai tahu, ahh... Lia tak berani membayangkannya.Lia berusaha memasang wajah senormal mungkin saat masuk ke dalam ruang kerjanya dan duduk dengan manis di kursinya.Lia merasa sangat konyol, memangnya dia melakukan kesalahan apa? Hanya makan siang dengan atasannya, itu bukan sebuah dosa kan? Hanya makan siang! Iya hanya makan siang!Namun entah kenapa, hati Lia menginginkan lebih dari sekedar makan siang. Salah
Saat waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Lia dengan terburu-buru menyelesaikan semua pekerjaannya dan bergegas untuk pulang.Hari ini, setelah magrib akan ada acara baca doa lagi di rumahnya, dia harus bergegas beberes rumah. Karena kedua kakaknya sudah pulang ke Jogja jadi semuanya harus Lia urus sendiri.“Lia! Lia!”Saat Lia hendak menyalakan motornya, Anita berlari tergopoh-gopoh mendekatinya. Lia pun menurunkan standar motor dan menunggu Anita hingga mendekat.“Ada apa Nit?”“Nanti acara baca doanya jam berapa?”“Habis magrib, makanya aku buru-buru mau pulang.”“Wah, mepet sekali! Sekarang kan sudah jam lima!” tanpa bicara lagi Anita langsung naik ke atas motor Lia.“Loh, Nit? Ngapain?”“Aku ikut ke rumahmu, bantu-bantu. Aku kira acaranya
“Kali ini kamu nggak bisa mengelak lagi! Ayo bilang, atau aku akan terus di sini menunggu!”Amalia duduk sambil menundukkan kepalanya persis seorang murid yang ketahuan mencontek saat ulangan oleh Guru yang galak. Dan Anita adalah guru galak itu.Anita menyilangkan tangannya di dada sambil menatap Amalia yang masih terus tertunduk. Posisinya yang berdiri membuat Amalia semakin terintimidasi.“Semalam kamu bisa mengelak dengan alasan sudah lelah, aku maklum karena aku juga merasa lelah. Tapi sekarang nggak ada alasan kan? Ayo cerita, mumpung kita hanya berdua di sini!" Ya, ruang klaim memang saat ini sedang kosong.Saat jam istirahat, admin klaim yang hanya terdiri dari dua orang yaitu Anita dan Pak Anhar tak
Lia memarkirkan motornya di pelataran sebuah restoran dengan bangunan yang bergaya belanda kuno.“Benar ini tempatnya kan?” ucap Lia bermonolog.Lia belum pernah datang ke sini sebelumnya, dia hanya mengikuti lokasi yang dibagikan oleh Revan lewat chat. Dia tak menyangka kalau tempat makan kali ini begitu lengang. Bahkan hanya ada dua mobil di halaman parkirnya.Lia jadi sedikit takut jika dia salah masuk tempat. Akhirnya dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Revan.“Pak... Saya sudah ada di depan,” ucap Lia saat panggilan teleponnya diangkat oleh Revan.“Ya, masuk aja Lia. Saya sudah ada di dalam.”“Oh... i
Lia berulang kali menatap pantulan dirinya di cermin. Malam ini, setelah acara baca doa selesai dan Anita pulang, Lia langsung mengganti bajunya dengan baju terbaik yang dia miliki. Tadi siang saat makan siang dengan Pak Revan, dia berjanji untuk makan malam di angkringan dekat rumahnya. Entah kenapa Lia selalu menurut dan tak bisa menolak permintaan atasannya itu. Revan ngotot minta makan malam bersama karena Lia tak bisa ikut makan siang esoknya. Lia tak bisa makan siang dengan Pak Revan karena dia sudah membuat janji makan siang bersama Anita. Besok adalah hari ulang tahunnya, tapi Lia enggan mengatakan yang sebenarnya pada Revan. Lia terdiam, dia teringat kembali saat Pak Revan mengatakan bahwa dia menyukainya, bahwa dia merasa nyaman saat di dekatnya. Tanpa Lia sadari senyum mengembang di bibi
"Selamat ulang tahun Lia.." Anita sengaja menyiapkan sebuah kue tart mungil dilengkapi dengan tiga lilin ulir warna pink."Ayo tiup lilinnya," Ucap Anita sambil bertepuk tangan."Stt! Malu ah, kaya ABG aja pakai tiup lilin segala," Lia menunduk malu. Ini adalah kali pertamanya dia merayakan ulang tahun di sebuah restoran. Selama ini, Lia selalu merayakan ulang tahunnya sendirian, karena tak pernah ada teman yang memperhatikan hari lahirnya itu. Jujur Lia sangat senang dan terharu atas perhatian Anita namun dia tetap merasa malu, dia merasa terlalu tua untuk melakukan ini semua.“Maaf aku datang terlambat,” Adam datang dengan sedikit tergopoh-gopoh.“Kerjaan di kantor banyak banget tadi,” lanjutny