Share

Maafkan Aku

Jessica menatap wajah Albert tak percaya, apakah Albert sudah mabuk sekarang? Pikir Jessica.

'Tentu saja sudah mabuk bodoh! Dia sudah menghabiskan 2 botol wine!' batin Jessica melihat Albert sudah mulai melantur dan tidak jelas.

Albert bangkit dan kembali memeluk Jessica dengan erat hingga Jessica sedikit kesulitan bernafas, Jessica mencoba melepaskan pelukannya Albert.

"Ihhh lepasinn! Aku mau pulang!" rengek Jessica sambil terus meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan Albert.

"Kamu cantik sekali Jessica, tidur disini saja untuk malam ini," pinta Albert yang sudah tak sadarkan diri karena alkohol itu.

"Gila kamu! Cepat lepaskan! Sakit tahu, aku sulit bernafas bodoh!" Jessica mulai geram kepada Albert, dia memukul-mukul bahu Albert dengan keras supaya laki-laki itu melepaskan pelukannya.

Pelukannya mulai merenggang, Albert menatap Jessica lalu melumat bibir gadis itu dengan kasar. Tangannya membelai lembut rambut dan tubuh Jessica dengan lembut, lalu memegang pinggang Jessica menariknya lebih intens mendekap gadis itu agar tubuhnya tidak meronta-ronta.

Jessica mulai kehabisan nafas karena dari tadi Albert terus melumati bibirnya, tubuhnya kesulitan bergerak, gadis itu menangis karena perlakukan seperti itu seperti sedang dilecehkan. Jessica terus berontak karena ketakutan.

Tubuh Jessica semakin lemas akibat terus meronta-ronta agar dilepaskan, sedangkan Albert masih terus menciumi bibir Jessica dan melumatnya dengan kasar. Hingga Jessica mencoba menendang selangkangan Albert sampai Albert melepaskan pelukan dan ciuman Jessica.

"Sshhh sakit sekali.." ucap Albert meringis kesakitan sambil memegangi bagian yang tertendang Jessica.

"Dasar laki-laki bajingan! Brengsek!" maki Jessica dengan nada penuh emosi dan ketakutan, Jessica segera berlari keluar meninggalkan apartemen Albert.

Jessica terus berlari keluar gedung apartemen itu, mencari taxi untuk segera pulang. Jessica menangis karena masih ketakutan melihat sikap Albert barusan yang mulai hilang kendali

Jessica mencoba menghentikan tangisannya, ia menahan air matanya dan masuk ke dalam taxi untuk pulang. Ketika di perjalanan pulang Jessica baru menyadari kalau ponselnya tertinggal di kamar Albert, dia bingung harus balik lagi masuk ke kandang singa atau mengiklaskan ponselnya itu. Tapi mau bagaimana lagi dia mana sempat mencari ponselnya terlebih dahulu dalam keadaan genting seperti tadi, nyawa dan dirinya lebih berharga daripada ponsel itu pikir Jessica dalam hati.

..

Hari sudah pagi Albert terbangun di kasurnya yang cukup berantakan karena kejadian semalam, dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke kamarnya.

"Ahh kenapa ini berantakan sekali," ucap Albert, dia segera merapihkan tempat tidurnya menata selimut dan bantalnya yang berserakan tak karuan. Albert melihat sebuah ponsel di samping tempat tidurnya dan menatap bingung.

"Milik siapa ini? Ko ada disini," ujar Albert kebingungan.

Albert mencoba mengingat kejadian semalam, bukankah ia bersama Jessica kemarin? Kemana gadis itu sekarang pikirnya.

"Oh ini ponsel Jessica, kenapa bisa tertinggal disini ya?" ucap Albert, dia masih belum menyadari tentang kejadian semalam.

Setelah merapihkan tempat tidurnya Albert kaget melihat botol wine yang berdiri diatas laci kamarnya, dia mulai mengingat tentang kejadian semalam. Matanya membelak dia menepuk kepalanya.

"Astaga..! Apa semalam aku mabuk? Apa jangan-jangan Jessica... Ah bodoh mengapa bisa aku mabuk sampai tak sadar diri!" Albert merutuki dirinya sendiri dan terus menepuk kepalanya, dia sudah menduga apa yang terjadi semalam sehingga Jessica meninggalkan ponselnya itu.

Albert segera bergegas mandi dan pergi ke apartemennya Jessica sebelum gadis itu berangkat kerja.

"Apa yang terjadi semalam.. Bodoh kenapa bisa aku mabuk, semoga tidak terjadi apa-apa kepada Jessica," gumam Albert khawatir.

Mobilnya sudah sampai di parkiran apartemen Jessica, Albert segera berlari menuju lift. Dia menekan Bell apartemen Jessica berkali-kali berharap gadis itu mau segera membukakan pintu dan tidak marah padanya.

"Jess.. Tolong bukakan pintunya Jess.."

Tak lama pintunya terbuka, Albert segera masuk dan menatap Jessica yang sedang melipatkan lengan di dadanya.

"Dasar manusia cabul! Mau apa kamu kesini hah!" ucap Jessica sinis.

"Jess saya mau mengembalikan ponselmu yang tertinggal di kamar saya, dan saya tidak bermaksud untuk ngapa-ngapain kamu Jess. Semalam saya tidak sadar.." jelas Albert kepada Jessica, bagai manapun juga Albert memang tidak sengaja atau berniat untuk berbuat seperti itu.

"Jess saya janji, kalau saya apa-apain kamu, kamu boleh pukul saya sekeras kerasnya."

Jessica menatap Albert dengan tatapan tajam, dia tidak mau percaya begitu saja kepada Albert. Bagaimanapun juga Jessica tidak mengenal Albert.

"Haduhh udah deh, kamu lebih baik pergi dan jangan pernah muncul lagi, Dasar mesum!" Jessica mendorong tubuh Albert agar cepat keluar, dia sudah sangat muak melihat laki-laki ini.

Albert sudah pasrah, dirinya merasa kalau memang keterlaluan terhadap Jessica. Wajar saja gadis ini membencinya sekarang, Albert berjalan menuju parkiran dia segera pergi dari apartemen Jessica dan merutuki kebodohan dirinya sepanjang jalan.

Keadaan jessica sebenarnya masih shock atas kejadian semalam, tapi sayangnya hari ini dia harus berangkat bekerja dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa agar tidak mengganggu konsentrasinya.

Jessica sudah sampai di kantornya, dia terlihat baik-baik saja ketika dia mengobrol dengan teman-temannya berharap segera melupakan kejadian semalam yang hampir saja di apa-apakan Albert.

Seorang laki-laki mendekati Jessica yang sedang mengobrol dengan temannya, memegang pundak Jessica dari belakang yang membuat Jessica kaget dan melihat kearahnya.

"Hai, maaf menganggu, boleh saya bergabung disini?" tanya laki-laki itu dengan ramah, sedangkan Jessica menatap laki-laki itu dengan malas.

"Kalau sudah tahu masih mengganggu kenapa masih disini," jawab Jessica ketus, sedangkan teman jessica hanya melotot melihat tingkah Jessica yang tidak sopan terhadap atasannya, laki-laki itu adalah Hansen.

"Jess, dia itu manager disini loh," bisik temannya Jessica, dia khawatir kepada Jessica akan mendapatkan masalah karena bersikap tidak sopan terhadap atasannya.

"A...Maaf pak Hansen teman saya bersikap kurang sopan terhadap Jessica bapak," ucap teman Jessica gugup dan canggung, berharap Hansen tidak sakit hati atas perkataan Jessica barusan.

Hansen masih tersenyum ramah, dia sangat memaklumi sifat Jessica.

"Santai saja, saya kemari hanya lewat kok. Kalau begitu saya pergi dulu ya," pamit Hansen segera meninggalkan Jessica karena merasa tidak enak, dia datang bukan di moment yang pas.

Memperhatikan Jessica dari jauh mungkin lebih baik sekarang karena Jessica sangat risih ketika melihat Hansen.

Sedangkan Jessica yang sedang kesal karena Albert sekarang makin kesal melihat Hansen, memang laki-laki itu sangat menyebalkan selalu bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain, batin Jessica kesal.

Jessica sekarang tak ingin dekat dengan siapapun apalagi mantan kekasihnya, bahkan teman kantornya yang berusaha mendekatinya dia selalu menghindar. Memang sangat repot sekali jika aku memang sangat cantik pikir Jessica.

Gadis itu berpikir kalau untuk saat ini hidup sendiri itu sangatlah menyenangkan seperti tidak memiliki beban hidup, daripada memili pacar tapi selalu menjadi beban pikiran saja seperti hal yang terjadi kemarin. Menurut Jessica jatuh cinta itu membuat orang termasuk dirinya menjadi lebih bodoh dan sangat lemah.

  ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status